SIMPLYASEP.COM Memiliki rumah idaman merupakan dambaaan bagi setiap keluarga di Indonesia. Dan itupula yang menjadi tumpuan harapan kami sekeluarga karena keinginan itu sudah lama sejak kami berdua resmi menjadi pasangan suami istri pada tahun 2005 lalu.
Pengalaman mengontrak rumah berkali kali selalu menjadi beban anggaran kami sekeluarga yang memang masih pas pasan ini. Harapan memiliki rumah sendiri dan terlepas dari kontrak rumah selalu menjadi keinginan kami yang kami rintis dari awal setahap demi setahap. Kendala dan problem selalu menghadang kami, namun itu tidak cukup membuat kami patah semangat untuk terus berusaha mewujudkan impian kami.
Palagi saat itu, tahun 2005, saat saya memboyong istri tercinta yang sudah ikhlas melepas semua aktifitasnya di Jogjakarta dan ikut suami berjuang di rantau Kalimantan Barat yang merupakan hal yang baru baginya. Kalau saya sih sudah "berkarat" di Kalimantan Barat, bayangkan saja sejak tahun 1990 saya sudah menginjakkan kaki di bumi nan gemuk ini, ya bumi Khatulistiwa Pontianak, Kalimantan Barat. Jadi kalau dihitung ya kira kira sekitar lebih kurang 20 (dua puluh) tahun yang lalu. Ya kalau dihitung tahun 2011 ini berarti sudah sekitar 20 tahun saya "merantau" di Kalimantan Barat. Sungguh suatu kurun waktu yang tidak sebentar.
Pengalaman Ngontrak
Nah kalaw dari sub judul tulisan saya kali ini adalah pengalaman ngontrak rumah. Hmm ya saya coba mengingat ingat sejak tahun 1990. Saat itu memang statusku masih em-ha-es alias mahasiswa dan wajar masih ngontrak. Hanya saja variasi tidak selalu kontrak rumah, ada juga yang kontrak kamar tergantung kesepakatan kalian donk. Hehehehe.
Kalaw saya sih sejak tahun 1990 saat kuliah di semester 1 Pendidikan Dunia Usaha (PDU) saya kontrak kamar di komplek Untan, Jalan Tanjung Sari Nomor 143 tepatnya di sebuah rumah milik Drs.Sabirin yang saat itu menjabat sebagai kasubbag akademik Fakultas Hukum Untan Pontianak.
Banyak kenangan di rumah kos bang Sabirin itu. Mulai dari teman yang datang dan pergi silih berganti seperti Nasri Ajo (Padang), Nurhafiz Mahkota (Jakarta), Thoyib Adiwijaya (Indramayu) hingga beberapa lagi lainnya agak lupa lupa saya namanya. Tapi kalau paras dan raut wajah tentu saya masih ingat dengan jelas. Kenangan lainnya adalah warung gado gado mbah Karni yang terletak di depan persis rumah kosan kami itu.
Bahkan ehm ehem salah seorang familinya yang cw sudah naksir saya loh, sudah janjian ketemuan namun mungkin belum jodoh kali ya hahahhaa. Eniway sekarang tentu sudah tidak ada kabar dia lagi. Gado gadonya enak banged, dan terenak saat itu. Sekarang (thn 2011-red) tentu sudah semakin banyak gado gado yang enak di Pontianak.
Kontrak kamar berikutnya di Gang Darsyad. Ya rumah yang terbilang mewah untuk ukuran warga di Gang Darsyad Adi Sucipto itu dimiliki oleh seorang pengusaha (gelar Haji-red) beristri muda yang muontok dan cantik berkulit putih. Hehehe.
Nah masa kontrak saya di rumah kosan ini sekitar 2 tahun saja, dan kamar kos saya menempati di lantai atas. Rumah ini dilengkapi dengan bak air mandi dan cuci yang terletak di halaman depannya. Suka duka tentu ada di kosan yang satu ini, namun satu hal yang saya catat adalah persahabatan yang tercipta dengan anak kosan lainnya yang rata rata anak IAIN itu terbina dengan baik. Selain itu lingkungan yang dekat masjid menjadikan saya semakin dekat dengan agama.
Kontrak berikutnya di gang yang berada tepat di depan gang Darsyad. Wah saya lupa nama gangnya, dan itu hanya berlangsung singkat saja. Selain karena harga sewanya yang cukup tinggi untuk ukuran saat itu. Ini berbeda dengan sewa kontrak kamar di rumah pak Sabirin di atas yang hanya seharga Rp.25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) sebulan.
Jaman sekarang mana ada yang harga kos kamarnya 25 ribu. Untuk harga kamar kosan sekarang aja untuk yang sudah bekerja bisa mencapai angka di kisaran 250-300 ribu rupiah, selain itu juga pertimbangan fasilitas dan lokasi juga bisa menjadi peran naik turunnya harga kamar kosan. Untuk kontrak kamar yang ini hampir semua penghuni rumahnya cewek. Saya suka risih dan grogi kalaw mau mandi pagi atau sore, soale harus melewai jemuran yang ada di samping rumahnya yang semuanya berbentuk CD kutang dan celana dalam, Hhahahahaa.
Kontrak kamar kosan terakhir tentu saja di rumah Om Joko Goetomo saat saya sudah bekerja di salah satu media terbesar di Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak tahun 2004 kalw tidak salah saya sudah kosan di kamar kos Om Joko yang juga dosen di salah satu fakultas di Untan ini. Rumahnya besar sekali mirip istana yang kalaw ditaksir oleh saya yang awam harga properti ini saya tebak bisa seharga 1 milyar. Memang besar rumahnya, udah kaya Istana.
Di kosan yang terakhir ini memang rata rata penghuninya orang kantoran juga, dan selalu datang silih berganti. Dari sinilah saya kenal anak anak kos sesama alumni lainnya seperti Mas Buce, Rafdinal Pak Dosen, Mas Junardi, Dodi RayStar, Melvin Fransjusenov, dan beberapa lagi lainnya yang PNS dari departemen Perpajakan. Ah warna warni hidupku.
Harapan Rumah Idaman
Nah saat menikah di Kulon Progo (Jogjakarta) bulan Desember 2005, dan sekembalinya ke Pontianak saya masih sendiri. Karena pasca menikah, sang istri masih harus menyelesaikan S1 nya di IKIP PGRI Semarang (Jawa Tengah). Saat itu memang saya masih ngontrak kamar di Komplek Untan Pak Joeko Goetomo itu, dan dibantu dengan dengan Pak Nono Sutiono, sahabat saya dari anak ponti,com, maka saya pun dibantu pindah rumah lagi di komplek Bank Duta Jalan Danau Sentarum. Di rumah kontrakan ini kami bergelut di portal remaja yang coba kami buat namun tidak berjalan lancar. Pak Nono dan istrinya menetap juga di rumah itu, dan saya sangat hormat kepada mereka karena mereka mengizinkan saya "menumpang" di rumahnya.
Akhirnya momen ngontrak rumah sendiri datang juga. Lepas dari rumah kontrakan yang berbau bisnis website di Bank Duta Danau Sentarum, saya akhirnya kembali dihadapkan pada kenyataan mengambil kontrak rumah sendiri di Komplek Griya Husada Sei raya Dalam. Atas bantuan dari bang Budi, salah seorang staf security kantor saya, saya pun dipilihkan ngontrak rumah di sana.
Saya pun memboyong istri di kompek Griya Husada itu selama lebih kurang 1 (satu) tahun. Walaupun kami kesulitan air pdam yang memang macet sepanjang tahun, suasana kekeluarga di komplek Griya Husada itu patut mendapatkan acungam jempol tangan saya sampai 2 hehehe. Kemana mana kami selalu bersama para bapak di komplek, baik untuk urusan kumpul, ngopi, meronda, kerja bakti sampai pada urusan mancing. Yuk mang....
Kini sekarang saya mengontrak rumah di Duta Bandara Supadio Pontianak hingga kami dikaruniai dan diberi kepercayaan dari ALLAH SWT berupa 2 anak Abbie Muhammad Furqan Haryono (3 ,5 thn) dan Tazkia Montessori Putri Haryono (5 bulan), dan istri sudah menyandang sebagai Pegawai Negeri (PNS) guru, kami masih bertahan di rumah kontrakan
itu. Lingkungan yang aseri dengan pandangan sawah dan sungai kecil di belakang rumah kami, dan suasana yang tenang memang sangat ideal untuk membesarkan kedua anak kami. Walaupun baru baru ini rumah kontrakan kami itu dibobol pencuri yang mengakibatkan sejumlah harta benda kami ludes digasak si maling, tidak menciutkan kami untuk terus bertahan sambil terus mematangkan rencana kami untuk memiliki rumah sendiri kelak dikemudian hari.
Kini saatnya kami sekeluarga mewujudkan keinginan kami untuk bisa memiliki rumah sendiri, dan rencana itu sedang berjalan. Proses sedang berjalan. Semoga Allah SWT berkenan dan mengizinkan kami sekeluarga untuk wewujudkan impian kami, memiliki rumah sederhana, dan rumah itu rumah sendiri dan tidak kontrak rumah lagi.
Pengalaman mengontrak rumah berkali kali selalu menjadi beban anggaran kami sekeluarga yang memang masih pas pasan ini. Harapan memiliki rumah sendiri dan terlepas dari kontrak rumah selalu menjadi keinginan kami yang kami rintis dari awal setahap demi setahap. Kendala dan problem selalu menghadang kami, namun itu tidak cukup membuat kami patah semangat untuk terus berusaha mewujudkan impian kami.
Palagi saat itu, tahun 2005, saat saya memboyong istri tercinta yang sudah ikhlas melepas semua aktifitasnya di Jogjakarta dan ikut suami berjuang di rantau Kalimantan Barat yang merupakan hal yang baru baginya. Kalau saya sih sudah "berkarat" di Kalimantan Barat, bayangkan saja sejak tahun 1990 saya sudah menginjakkan kaki di bumi nan gemuk ini, ya bumi Khatulistiwa Pontianak, Kalimantan Barat. Jadi kalau dihitung ya kira kira sekitar lebih kurang 20 (dua puluh) tahun yang lalu. Ya kalau dihitung tahun 2011 ini berarti sudah sekitar 20 tahun saya "merantau" di Kalimantan Barat. Sungguh suatu kurun waktu yang tidak sebentar.
Pengalaman Ngontrak
Nah kalaw dari sub judul tulisan saya kali ini adalah pengalaman ngontrak rumah. Hmm ya saya coba mengingat ingat sejak tahun 1990. Saat itu memang statusku masih em-ha-es alias mahasiswa dan wajar masih ngontrak. Hanya saja variasi tidak selalu kontrak rumah, ada juga yang kontrak kamar tergantung kesepakatan kalian donk. Hehehehe.
Kalaw saya sih sejak tahun 1990 saat kuliah di semester 1 Pendidikan Dunia Usaha (PDU) saya kontrak kamar di komplek Untan, Jalan Tanjung Sari Nomor 143 tepatnya di sebuah rumah milik Drs.Sabirin yang saat itu menjabat sebagai kasubbag akademik Fakultas Hukum Untan Pontianak.
Banyak kenangan di rumah kos bang Sabirin itu. Mulai dari teman yang datang dan pergi silih berganti seperti Nasri Ajo (Padang), Nurhafiz Mahkota (Jakarta), Thoyib Adiwijaya (Indramayu) hingga beberapa lagi lainnya agak lupa lupa saya namanya. Tapi kalau paras dan raut wajah tentu saya masih ingat dengan jelas. Kenangan lainnya adalah warung gado gado mbah Karni yang terletak di depan persis rumah kosan kami itu.
Bahkan ehm ehem salah seorang familinya yang cw sudah naksir saya loh, sudah janjian ketemuan namun mungkin belum jodoh kali ya hahahhaa. Eniway sekarang tentu sudah tidak ada kabar dia lagi. Gado gadonya enak banged, dan terenak saat itu. Sekarang (thn 2011-red) tentu sudah semakin banyak gado gado yang enak di Pontianak.
Kontrak kamar berikutnya di Gang Darsyad. Ya rumah yang terbilang mewah untuk ukuran warga di Gang Darsyad Adi Sucipto itu dimiliki oleh seorang pengusaha (gelar Haji-red) beristri muda yang muontok dan cantik berkulit putih. Hehehe.
Nah masa kontrak saya di rumah kosan ini sekitar 2 tahun saja, dan kamar kos saya menempati di lantai atas. Rumah ini dilengkapi dengan bak air mandi dan cuci yang terletak di halaman depannya. Suka duka tentu ada di kosan yang satu ini, namun satu hal yang saya catat adalah persahabatan yang tercipta dengan anak kosan lainnya yang rata rata anak IAIN itu terbina dengan baik. Selain itu lingkungan yang dekat masjid menjadikan saya semakin dekat dengan agama.
Kontrak berikutnya di gang yang berada tepat di depan gang Darsyad. Wah saya lupa nama gangnya, dan itu hanya berlangsung singkat saja. Selain karena harga sewanya yang cukup tinggi untuk ukuran saat itu. Ini berbeda dengan sewa kontrak kamar di rumah pak Sabirin di atas yang hanya seharga Rp.25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) sebulan.
Jaman sekarang mana ada yang harga kos kamarnya 25 ribu. Untuk harga kamar kosan sekarang aja untuk yang sudah bekerja bisa mencapai angka di kisaran 250-300 ribu rupiah, selain itu juga pertimbangan fasilitas dan lokasi juga bisa menjadi peran naik turunnya harga kamar kosan. Untuk kontrak kamar yang ini hampir semua penghuni rumahnya cewek. Saya suka risih dan grogi kalaw mau mandi pagi atau sore, soale harus melewai jemuran yang ada di samping rumahnya yang semuanya berbentuk CD kutang dan celana dalam, Hhahahahaa.
Kontrak kamar kosan terakhir tentu saja di rumah Om Joko Goetomo saat saya sudah bekerja di salah satu media terbesar di Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak tahun 2004 kalw tidak salah saya sudah kosan di kamar kos Om Joko yang juga dosen di salah satu fakultas di Untan ini. Rumahnya besar sekali mirip istana yang kalaw ditaksir oleh saya yang awam harga properti ini saya tebak bisa seharga 1 milyar. Memang besar rumahnya, udah kaya Istana.
Di kosan yang terakhir ini memang rata rata penghuninya orang kantoran juga, dan selalu datang silih berganti. Dari sinilah saya kenal anak anak kos sesama alumni lainnya seperti Mas Buce, Rafdinal Pak Dosen, Mas Junardi, Dodi RayStar, Melvin Fransjusenov, dan beberapa lagi lainnya yang PNS dari departemen Perpajakan. Ah warna warni hidupku.
Harapan Rumah Idaman
Nah saat menikah di Kulon Progo (Jogjakarta) bulan Desember 2005, dan sekembalinya ke Pontianak saya masih sendiri. Karena pasca menikah, sang istri masih harus menyelesaikan S1 nya di IKIP PGRI Semarang (Jawa Tengah). Saat itu memang saya masih ngontrak kamar di Komplek Untan Pak Joeko Goetomo itu, dan dibantu dengan dengan Pak Nono Sutiono, sahabat saya dari anak ponti,com, maka saya pun dibantu pindah rumah lagi di komplek Bank Duta Jalan Danau Sentarum. Di rumah kontrakan ini kami bergelut di portal remaja yang coba kami buat namun tidak berjalan lancar. Pak Nono dan istrinya menetap juga di rumah itu, dan saya sangat hormat kepada mereka karena mereka mengizinkan saya "menumpang" di rumahnya.
Akhirnya momen ngontrak rumah sendiri datang juga. Lepas dari rumah kontrakan yang berbau bisnis website di Bank Duta Danau Sentarum, saya akhirnya kembali dihadapkan pada kenyataan mengambil kontrak rumah sendiri di Komplek Griya Husada Sei raya Dalam. Atas bantuan dari bang Budi, salah seorang staf security kantor saya, saya pun dipilihkan ngontrak rumah di sana.
Saya pun memboyong istri di kompek Griya Husada itu selama lebih kurang 1 (satu) tahun. Walaupun kami kesulitan air pdam yang memang macet sepanjang tahun, suasana kekeluarga di komplek Griya Husada itu patut mendapatkan acungam jempol tangan saya sampai 2 hehehe. Kemana mana kami selalu bersama para bapak di komplek, baik untuk urusan kumpul, ngopi, meronda, kerja bakti sampai pada urusan mancing. Yuk mang....
Kini sekarang saya mengontrak rumah di Duta Bandara Supadio Pontianak hingga kami dikaruniai dan diberi kepercayaan dari ALLAH SWT berupa 2 anak Abbie Muhammad Furqan Haryono (3 ,5 thn) dan Tazkia Montessori Putri Haryono (5 bulan), dan istri sudah menyandang sebagai Pegawai Negeri (PNS) guru, kami masih bertahan di rumah kontrakan
itu. Lingkungan yang aseri dengan pandangan sawah dan sungai kecil di belakang rumah kami, dan suasana yang tenang memang sangat ideal untuk membesarkan kedua anak kami. Walaupun baru baru ini rumah kontrakan kami itu dibobol pencuri yang mengakibatkan sejumlah harta benda kami ludes digasak si maling, tidak menciutkan kami untuk terus bertahan sambil terus mematangkan rencana kami untuk memiliki rumah sendiri kelak dikemudian hari.
Kini saatnya kami sekeluarga mewujudkan keinginan kami untuk bisa memiliki rumah sendiri, dan rencana itu sedang berjalan. Proses sedang berjalan. Semoga Allah SWT berkenan dan mengizinkan kami sekeluarga untuk wewujudkan impian kami, memiliki rumah sederhana, dan rumah itu rumah sendiri dan tidak kontrak rumah lagi.
No comments:
Thank you for your visit.. Be sure to express your opinion. Your comment is very important to me :)