Bagian kedua dari tiga tulisan
Catatan Asep Haryono

Bagi yang baru datang di blog ini dan atau yang malas membuka cerita pada bagian pertama DAY 20 : Menjelajah Candi Prambanan , dapat saya gambarkan ringkasan Bagian Pertama kemarin :

Ringkasan Bagian Pertama - Abstraksi
Saya Asep Haryono, mudik lebaran di Yogyakarta dari tanggal 22 Juni s/d 12 Juli 2016.  Saya sekeluarga ramadhan sekaligus merayakan perayaan Idul Fitri di rumah mertua saya di Dusun Kembang, Pundak IV, Nanggulan, Kulon Progo ( 1 jam dari kota Jogjakarta-red).

Dari hari pertama (DAY 01) hingga saat artikel ini ditulis (DAY 21), saya sering ditemani oleh local guide saya yang juga tetangga sebelah rumah di Pundak IV yakni Mas Sabiyan atau akrab kami sapa dengan Lik Sap.   

Di bagian pertama, pada intinya adalah certia saya berkunjung ke Candi Prambanan diantar atau ditemani oleh Lik Sap hari Senin 11 Juli 2016 yang lalu.  Diceritakan persiapan menjelang keberangkatan ke Candi Prambanan dengan Lik Sap dengan menggunakan Sepeda Motor. 

Dengan persiapan yang cukup sederhana, hingga sampai ke Parkiran Sepeda Motor kawasan Taman Wisata Candi Prambanan.  Ada banyak cerita kekonyolan dari sejak berangkat dari rumah hingga sampai membeli karcis Masuk ke kawasan Candi Prambanan.

Sebelum saya memulai travel report DAY 20 Menjelajah Candi Prambanan – Bagian kedua ini, saya terlupa untuk menceritakan profil singkat siapa Mas Sabiyan atau akrab saya sapa dengan Lik Sap ini  Beliau  memang masih satu family (keluarga) dari pihak istri saya,  Beliau tinggalnya beberapa rumah saja dari rumah kediaman orang tua istri (mertua) di Pundak IV Nanggulan Kulon Progo. 

Nah Lik Sap inilah yang juga sebagai Local Guide saya selama berada di Yogyakarta, sekaligus guide saya selama kunjungan di Taman Wisata Candi Prambanan.   Nah sekarang kita mulai travel report bagian Keduanya. Selamat membaca.

Candi Yang Masih Misteri
Dari brosur brosur yang saya dapatkan darti Tourist Information Center (TIC) atau Pusat Informasi Wisatawan yang letaknya berada di sisi kiri pintu masuk pembelian tiket masuk Karcis Terusan Candi Prambanan – Ratu Boko banyak menceritakan sejarah prambanan. 

Lembaran brosurnya sendiri dicetak sederhana saja dengan tampilan warna yang cukup sederhana.    Brosur Prambanan yang saya dapatkan ini dicetak oleh PT Taman Wisata Candi – Unit Prambanan yang beralamat di Jalan Raya Yogya – Solo KM 16, Prambanan Yogyakarta  55571.

Dari brosur yang saya baca tertulis sejarah daripada Candi Prambanan yang konon juga identik dengan sebutan Candi Roro Jonggrang   Sudah banyak tulisan sejarah Candi Prambanan yang tersebar di Internet yang mudah diakses oleh masyarakat luas  

Cukup dengan mencarinya di Google dengan keyword (kata kunci) “sejarah candi prambanan” Insya Allah akan muncul puluhan link link yang berisi tentang Sejarah Candi Prambanan.   Namun tidak ada salahnya saya tuliskan kembali intisari sejarah Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Candi Prambanan yang saya dapatkan di lokasi wisata.

Candi Prambanan ini merupakan candi terbesar umat Hindu yang ada di Jawa Tengah, Dibangun sejak abad ke 9 pertengahan oleh Dinasti Sanjaya.    Beda dengan Candi Borobudur yang dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra di abad ke 8 masehi. 

Candi Prambanan yang megah ini pada dasarnya memiliki 3 halaman utama yang tersusun rapih dengan arah memusat kepada halaman candi utama  yang berada di bagian tengah atau pusat.   Jumlah Candi di halaman 1 ada 16 buah , Halaman II ada 224 buah, dan di halaman III nya tidak ada sama sekali (Candi).  Jadi total keseluruhan pada mulanya sebanyak 240 buah candi.

“Candi ini sebenarnya masih misteri, mengenai siapa yang sebenarnya membangun candi Prambanan ini” terang Lik Sap, guide saya selama di kawasan Candi Prambanan, 

“Candi Prambanan ini terbuat dari batu yang berat, nah coba liat ukiran ukiran patung patung yang ada di dalam Candi candi ini semuanya rapih seperti dipahat oleh seorang ahli pahat modern, sedangkan ini dibangun pada masa Majapahit” kata Lek Sap menambahkan.

Saya pun memperhatikan beberapa detil relief relief yang ada di beberapa candi tertentu di kawasan Candi Prambanan memang indah, dan tiap lekukan atau pahatan batu yang membetuk relief orang atau semacammya sangat detil. 

Saya membayangkan alat yang digunakan pada masa itu untuk membangun Candi seperti apa.    Namun yang mengusik saya adalah siapa sesungguhnya yang membangun Candi candi nan Indah dan sangat mendetil ini sedangkan semuanya terbut dari batu batu yang sangat luar biasa beratnya?   Benrkah dibangun oleh para Jin seperti yang dikisahkan dalam brosur tersebut? 

Kisah legenda Bandung Bondowoso yang gagal membangun 1000 candi dalam semalam itu dikisahkan dalam legenda dengan bantuan para Jin namun gagal.  Diceritakan betapa murkanya Bandung Bondowoso karena gagal memenuhi syarat 1000 Candi yang diajukan oleh Roro Jonggrang.  Dikisahkan sang Roro Jonggrang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi sebuah arca yang dijadikan sebagai pelengkap untuk menggenapi 1000 candi tersebut.  

Dari berbagai sumber disebutkan sebenarnya arca tersebut bukan arca Roro melainkan Arca Durga Mahisa Suramardhini, istri  Dewa Siswa yang berada di bilik bagian utama Candi Siwa. 

Nah dari kisah inilah akhirnya ada sebutan Candi Prambanan adalah juga Candi Roro Jonggrang.  Demikian kira kira inti dari cerita atau legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Prambanan yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kawasan Candi Prambanan.   Cukup membantu

Tidak Masuk Ke dalam Candi
Saya mulai memasuki gerbang utama masuk kawasan Candi Prambanan tepatnya memasuki  Gernang Pameran Kampung Kepurbakalaan yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Jl Jogja-Solo Km 15 Boom sleman DIY.   Yang unik dari gerbang ini adalah  ada 3 orang “prajurit” Kraton lengkap dengan atributnya “menjaga” pintu gerbangnya dengan maksud menawarkan diri siapa yang mau foto SELFIE dengan mereka.  

“ini pada foto foto sama mereka mbayar nda?” Tanya saya kepada Lek Sap, guide.   “Oh sama sekali tidak silahkan silahkan” jawab Lek Sap.    Saya melihat banyak orang orang yang antre berfoto dengan mereka, dan semuanya dilayani dengan ramah dan senyum oleh “pasukan” Kraton itu 

Saya pun tidak melewatkan kesempatan yang berharga ini . “ wah ini bagus nih tidak ada bayaran sama sekali, dan saya akan meunggunggu giliran untuk biasa foto dengan mereka” kata saya seolah sedang berbisik kepada orang lain,  padahal ngomomg sendiri. Ihiehiheiheiheie.

Saya pun mendekati 3 orang “prajurit”keratin itu untuk foto bersama.  Dari 3 foto yang dijepret, hanya 2 yang terbukti yang berhasil terekam, sedangkan yang lainnya belum sempat  Masuk ke dalam lagi akhirnya saya menemukan sebuah gallery atau diorama candi candi yang dipamerkan.  Kawasan pamerannya cukup luas.  Saya sempat mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas d meja informasi.  

Setelah mengisi buku daftar pengunjung, pandangan mata saya tertumbuk pada pohon pohon yang daunnya berupa kertas kertas yang bertuliskan semacam ungkapan atau kata taka.    Di area ini juga ada gedung yang menyajikan informasi tentang Prambanan dalam bentuk pandang dengar atau Audio Visual.  Film khusus yang memutar film tentang Cand Prambanan, letaknya 300 meter namun saya tidak ke sana.

“Oh yang itu namanya Pohon harapan mas, silahkan menulis pesan dan harapan atau keinginan seperti apa agar masyarakat bisa tergerak hatinya bisa ditulis dalam kertas yang sudah disediakan lalu digantung di pohon ini bersama dengan kartu kartu dari pengunjung lainnya”  jelas mba yang bertugas, Sayang  sekali saya belum sempat melihat nama petugasnya  Salah satu petugas yang hadir di meja informasi seperti mengenakan seragam kampus atau baju sekolah.  Ada yang magang kah di sana?

Saya pun berkeliling di dalam ruangan itu dan memfoto beberapa diorama candi candi yang ada lengkap dengan penjelasannya .   Ketika saya meminta brosur tentang Candi Prambanan tidak menyediakan. “Oh kalau brosur wisata Candi Prambanan bisa diperoleh di pintu luar mas, dekat pintu loket pembayaran ada di sebelah kirinya, di situ ada tourist information center atau TIC bisa diambil gratis di sana” kata mba itu menjelaskan. 

Cuaca siang itu yang panas menyengat tidak menyurutkan langkah saya, dan Lek Sap untuk berkeliling ke beberapa sudut yang ada di komplek percandian itu.    Salah satu kendala saya dalam mengabadikan momen dalam bentuk foto adalah kamera HP yang saya gunakan nyaris tidak keliatan layar (screen) untuk previwnya karena terkena sinar matahari langsung. 

Jadi saya agak kesulitan untuk membuat pemetaan bingkai (Frame) yang akan saya buat seperti membidik dengan kamera digital, bukan kamera yang ada HP nya atau HP berkamera seperti yang saya gunakan saat itu. 

Samsung Galaxy Grand Prime yang saya bawa tidak banyak membantu dalam memberikan preview Frame yang mau dijepret. Walhasil setiap kali “menembak” objek foto hanya perkiraan saja,   Mudah mudahan objeknya focus dan tidak terlalu miring ke kiri atau ke kanan.   

Android ini sangat mumpuni jika ruanhannya teduh baik dibawah pohon rindang atau sudut candi yang agak gelap jadi saya bisa screen (layar) jendela bidik yang ada di android itu.   Beberapa foto yang diambi bahkan gagal alias tidak terjepret sama sekali. 

Padahal volume Android sudah dimaksimalkan agar terdengar suara “cetret” tanda foto berhasil di “tembak”.  Walau sudah volume maksimal, tetap tidak mampu “menandingi” bisingnya suara orang lalu lalang di kawasan Candi.   Mungkin suatu saat nanti saya akan bawa Kamera sungguhan yang berfumgsi benar bemar sebuah digital camera bukan HP berkamera. (Asep Haryono)


To be Continued  Bersambung. 
 
AUDIO VISUAL :  Yang mau nonton film dokumenter tentang Candi Prambanan bisa datang ke sini.  Foto Asep Haryono
AUDIO VISUAL :  Yang mau nonton film dokumenter tentang Candi Prambanan bisa datang ke sini.  Foto Asep Haryono

FOTO :  Mau berfoto dengan 3 prajurit keraton ini? Memang bukan yang aseli namun cukup memberi warna tersendiri di kawasan candi. Foto Asep Haryono
FOTO :  Mau berfoto dengan 3 prajurit keraton ini? Memang bukan yang aseli namun cukup memberi warna tersendiri di kawasan candi. Foto Asep Haryono

DIORAMA : Saya sempat ke sini untuk mengambil brosur tentang Candi Prambanan namun tersedia   Ada banyak miniatur candi di sini. Foto Asep Haryono
DIORAMA : Saya sempat ke sini untuk mengambil brosur tentang Candi Prambanan namun tersedia   Ada banyak miniatur candi di sini. Foto Asep Haryono

POHON KEHIDUPAN : Silahkan menuliskan pesan dan harapannya bagi kemajuan bangsa Indonesia bisa dipasang di pohon ini Foto Asep Haryono
POHON KEHIDUPAN : Silahkan menuliskan pesan dan harapannya bagi kemajuan bangsa Indonesia bisa dipasang di pohon ini Foto Asep Haryono

GAYA :  Saya tidak harus ada dalam tulisan ini. Namanya juga menceritakan  Namun sebagai bukti aja kalau saya benar benar  ada di kawasan Candi Prambanan ini,  No hoax kan? Foto Asep Haryono
GAYA :  Saya tidak harus ada dalam tulisan ini. Namanya juga menceritakan  Namun sebagai bukti aja kalau saya benar benar  ada di kawasan Candi Prambanan ini,  No hoax kan? Foto Asep Haryono

CANDI SEWU :  Ini adalah Miniatur Candi Perwara Candi Sewu.  Dipajang di gedung pameran dan diorama di kawasan candi  Foto Asep Haryono
CANDI PERWARA Ini adalah Miniatur Candi Perwara Candi Sewu.  Dipajang di gedung pameran dan diorama di kawasan candi  Foto Asep Haryono

TANPA KACA :  Bentuk indah daripada Miniatur Candi Sewu ini dikemas dalam wadah tanpa kaca.  Apakah tidak takut kena debu? . Foto Asep Haryono
TANPA KACA :  Bentuk indah daripada Miniatur Candi Sewu ini dikemas dalam wadah tanpa kaca.  Apakah tidak takut kena debu? . Foto Asep Haryono

INDAH :   Salah satu sudut kawasan Candi Prambanan yang saya foto dari luar, dan akan segera masuk ke bagian dalam. Cuaca terik menyengat. Foto Asep Haryono
INDAH :   Salah satu sudut kawasan Candi Prambanan yang saya foto dari luar, dan akan segera masuk ke bagian dalam. Cuaca terik menyengat. Foto Asep Haryono

SEMPIT : Karena bukan kamera sungguhan , sisi lain dari kawasan Candi Prambananyang saya jepret tidak maksimal bentuk framena, Foto Asep Haryono
SEMPIT : Karena bukan kamera sungguhan , sisi lain dari kawasan Candi Prambananyang saya jepret tidak maksimal bentuk framena, Foto Asep Haryono

Bagian Pertama dari 2 Tulisan
Catatan Asep Haryono

Ahamduilillah catatan perjalanan mudik saya di Yogyakarta sudah memasuki DAY 20 atau tepatnya pada tanggal 11 Juli 2016.  Agenda saya di hari ke 20 ini adalah menjelajahi Candi Prambanan, candi umat Hindu terbesar di Indonesia saat ini memang banyak memancing minat banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung selama musim liburan yang segera akan berakhir ini. 

INDAH :  Candi Prambanan tampak megah diambil gambarnya dari luar. Foto diambil pada tanggal 11 Juli 2016 dengan menggunakan Android Samsung Galaxy Grand Prime.  Foto Asep Haryono
INDAH :  Candi Prambanan tampak megah diambil gambarnya dari luar. Foto diambil pada tanggal 11 Juli 2016 dengan menggunakan Android Samsung Galaxy Grand Prime.  Foto Asep Haryono

Walaupun Hari senin 11 Juli 2016 menjadi hari kerja bagi yang sudah mulai menjalankan antifitas sehari hari (bekerja di kantor-red), namun pengunjung yang saya saksikan hari itu sepeti tidak terpengaruh sama sekali.  Candi Prambanan penuh sesak oleh wisatawan domestic dan mancangera.  

Tadinya saya rencanakan untuk mengunjungi Candi Prambanan di hari minggu 10 Juli 2016 yang lalu atau H+2 , namun saya batalkan sebab hari itu dipekirakan puncak arus Balik dari dan keluar Yogyakarta.  Namun Alhamdulillah ditemani dengan local guide saya, Mas Sabiyan, saya berhasil menjelajahi Candi Prambanan tersebut pada hari yang sama, Senin 11 Juli 2016. 

Bagaimana keseruannya berkeliling Candi Prambanan saat itu, dan bagaimana situas terkini Candi kebanggaan Umat Hindu di Indonesia tahun 2016 ini , dan apa yang unik dari  “karya wisata” saya ini di candi tersebut, berikut catatannya.


5000 Rupiah saja
Saya menumpang motor tetangga saya, Mas Sabiyan   Pemuda aseli Kulon Progo yang rajin merawat orang tuanya yang sudah sepuh ini saya mintakan bantuannya untuk mengantar saya hari itu ke Candi Prambanan. 

Walau pun ada sedikit kekuatiran beliau menolak karena “kesibukan” beliau yang harus merawat mbahnya yang sudah sepuh dan terbaring di tempat tidur.  Namun Alhamdulillah beliau dengan senang hati siap mengantar saya ke Candi Prambanan pagi hari. 

“Sekitar jam 8 ya aja ya santae” kata mas Sabiyan,   Saya pun mengangguk dengan tenang. “ah jam 8 kan masih lama sekarang aja masih jam 07 00 WIB pagi saya aja masih membaca Koran Kedaultan Rakyat” gumam saya dalam hati.  Candi Prambanan di hari pertama lebaran, seperti yang dikutip oleh koran Kedaulatan Rakyat tanggal 6 Juli 2016 tercatat jumlah pengunjungnya mencapai 5.287 orang.  Namun sehari setelahnya, jumlah pengunjung candi Prambanan melonjak drastis. 

Koran Kedaularan Rakyat menyebut dari tanggal 1-9 Juli 2016 jumlah pengunjung tercatat 105.809 orang termasuk paket Prambanan Boko serta wisatawan mancanegara.   Penasaran juga membaca berita tersebut, seolah sekalian ingin membuktikan seberapa padat sih pengunjung candi Prambanan pasca Lebaran ini.

Jam menunjukkan pukul 08.15 WIB pagi,  saya pun bergegas menyambangi rumah mas Sabiyan, yang memang berdekatan dengan base camp saya selama mudik di Kulon Progo ini,  Sama sama warga Pundak IV, dan kami bertetangga.   Namun setelah ditunggu hamper 1 jam lamanya, dan saya sudah siap “tempur” dengan tas ransel ala backpacker, dan sandal jepit. 

Saya sampai terkantuk kantuk menunggu mas Sabiyan keluar dari rumahnya.   Bibi dan saudara mas Sabiyan pun kaget dan menanyakan ke saya mau pake apa ke candi Prambanan, dan saya jawab pake kendaraan Umum (bus). 

“Waah nda bisa pasti lama, belum lagi nyangkut nyangkutnya, dan harus nyambung satu satu ke lokasi Candinya, ya sudah pake motor saja, nanti disiapkan” tawar Mba Nur, yang masih family mas Sabiyan.  Mba Nur yang sekilas mirip gadis manis keturunan, Mei mei di kartun IPIN dan UPIN ini menyerahkan kunci motor (beserta motornya juga donk masak kuncinya aja sih-red), helm dan STNK.  “ Wah lengkap kalau gini surat suratnya beres” kata saya.

Tepat pukul 09.15 WIB, saya dan mas Sabiyan pun ngacir ke Candi Prambanan.   Saya yang menjadi “pilot” alias pengendaranya, dan mas Sabiyan sebagai penumpang saya. “dah kamu saja yang bawa motornya soalnya saya nda punya SIM” kata Mas Sabiyan.  Oalaaaaa.  

Perjalanan motor ditempuh lebih kurang 1 jam setengah  hingga sampailah kami berdua di parkiran motor kawasan Candi Prambanan.   Kami masuk ke halaman khusus parkir kendaraan roda dua (motor) . Setelah membayar TMTP (Tanda Masuk Taman Parkir)  Borobudur – Prambanan- Ratu Boko sebesar Rp.3.000,- kami pun masuk  Petugas parkir nya semuanya berkemeja putih dengan celana panjang hitam dan mengenakan ID card,  Semuanya lanang (laki laki), dan tidak terlihat yang perempuan.

Yang unik dari karcis parkir ini adalah himbauan yang tertulis pada kertas parkirnya yang menghimbau agar pemilik kendaraan bermotor untuk TIDAK meninggalkan karcis parkirnya di kendaraan.  Namun kenyataannya yang saya liat karcis karcis saya yang sudah lunas di loket, justru direkatkan atau  ditempel  di kabel rem depan motor saya atau di dekat stang kemudi oleh petugasnya .   Weeee kok jadi gini.

“Sewa payung mas?”
tawar seorang penjaja sewa Payung yang berdiri dekat dengan lokasi kendaraan motor kami yang diparkir. “Pinten sewane mas e” (Berapa harga sewanya mas) kata saya yang sok ngerti Bahasa Jawa. “Limangewu mas” (lima ribu rupiah mas) jawab mas itu,  

Ma situ menjelaskan sewa dengan tarif segitu sampai  selesai seharian, dan dibayar setelah keluar dari candi.   Mikir juga saya  Apa selama saya nyewa nanti mas penyewa Payung itu akan mengikuti kemana saya pergi?   Nggak banged deh.   “Sampun mas, matur suwun” (Sudah mas gak apa, terima kasih). Jawab saya yang gaya pake Bahasa Jawa. 


PD dan PA

Setelah urusan perparkiran beres, saya dan mas Sabiyan pun berjalan dengan santai menuju loket masuk Candi Prambanan yang berjarak lebih dari 200 meter dari titik lokasi perparkiran motor.  


Kami berjalan dengan santai, cuaca masih lembut sinar matahari masih belum menampakan kekuatan menyengatnya.  Kami berjalanan melewati kendaraan roda empat alias mobil yang berjejer rapih. 

Dari plat kendaraannya yang bermacam macam.  Yang saya liat ada plat B (Jakarta),  H (Semarang), BK (Bali), dan masih banyak lagi lainnya   Ada plat nomor kendaraan "BH", nah loh. Jangan negative dulu ini plat kendaraan BH memang ada kok Itu plat kendaraan dari kota Jambi.

Tidak lama kemudian sampailah saya di lokasi penjuan tiket masuk Lokasi Candi Prambanan.   Ada dua loket masuk lokasi wisata candi ini. Satu loket khusus untuk paket Candi Prambanan - Boko, dan satu loket lagi khusus upntuk candi Prambanan saja. 

PARKIR MOTOR :  Sebelum masuk kawasan candi Prambanan,  para pemakai kendaraan roda dua masuk ke lokasi pakiran khusus sepeda motor di sini  Foto Asep Haryono
PARKIR MOTOR Sebelum masuk kawasan candi Prambanan,  para pemakai kendaraan roda dua masuk ke lokasi pakiran khusus sepeda motor di sini  Foto Asep Haryono

SEWA PAYUNG :  Cuaca panas di kawasan Candi Prambanan membuka peluang bisnis sewa payung. Tarifnya hanya 5000 rupiah bisa sewa payung seharian. Mau coba?  Foto Asep Haryono
SEWA PAYUNG Cuaca panas di kawasan Candi Prambanan membuka peluang bisnis sewa payung. Tarifnya hanya 5000 rupiah bisa sewa payung seharian. Mau coba?  Foto Asep Haryono

DIREKATKAN DI MOTOR :  Masuk kawasan Candi Prambanan  bagi pemotor cukup membayar 3 ribu rupiah, dan karcis nya ditinggal di kendaraan anda dengan cara ditempel.  Foto Asep Haryono
DIREKATKAN DI MOTORMasuk kawasan Candi Prambanan  bagi pemotor cukup membayar 3 ribu rupiah, dan karcis nya ditinggal di kendaraan anda dengan cara ditempel Foto Asep Haryono

TIKET TERUSAN :  Bagi yang memilih tiket terusan Candi Prambanan - Ratu Boko masuk ke loket ini, dan bayarlah dengan uang pas (disarankan). Foto Asep Haryono
TIKET TERUSAN Bagi yang memilih tiket terusan Candi Prambanan - Ratu Boko masuk ke loket ini, dan bayarlah dengan uang pas (disarankan). Foto Asep Haryono

LOKET PRAMBANAN  :  Yang nemilih tiket masuk khusus Candi Prambanan saja masuk nya di loket ini, lokasi nya disebelah kanan dari loket terusan.  Harga dewasa 30 ribu rupiah.  Foto Asep Haryono
LOKET PRAMBANAN Yang nemilih tiket masuk khusus Candi Prambanan saja masuk nya di loket ini, lokasi nya disebelah kanan dari loket terusan.  Harga dewasa 30 ribu rupiah.  Foto Asep Haryono

PEMERIKSAAN :  Petugas khusus yang memeriksa kembali tiket karcis masuk anda untuk dicocokkan dengan kondisi fisik pemiliknya agar  sesuai dengan tarifnya masing masing .  Foto Asep Haryono
PEMERIKSAAN :  Petugas khusus yang memeriksa kembali tiket karcis masuk anda untuk dicocokkan dengan kondisi fisik pemiliknya agar  sesuai dengan tarifnya masing masing .  Foto Asep Haryono

MASUK :  Yang sudah berhasil diverifikasi kesesuaian antara tiket yang dibayar dengan pemiliknya bisa langsung masuk ke kawasan Candi Prambanan   Foto Asep Haryono
MASUK Yang sudah berhasil diverifikasi kesesuaian antara tiket yang dibayar dengan pemiliknya bisa langsung masuk ke kawasan Candi Prambanan   Foto Asep Haryono

KARCIS PARKIR Karcis parkir kendaraan roda dua sebelum memasuki kawasan Candi Prambanan..  Foto Asep Haryono


Karena tujuan awal saya ke Candi Prambanan saja maka loket ini yang saya pilih,  Harga tiketnya untuk pengunjung dewasa adalah Rp. 30.000,- (Tiga puluh ribu rupiah), sedangkan untuk pengunjung anak anak adalah Rp.12.500.  Satarif wisatawan asing jauh lebih mahal lagi tentunya sudah dikurs rupiahkan

"anak anak yang masuk dalam antrian tiket yang tidak berkepentingan harap tidak mengantri ya agar antrian tidak semakin panjang" teriak beberapa pemandu yang saya duga adalah guide dari pihak pengelola Taman Wisata Candi Prambanan.  Saya sempat berpikir ini bisa ngakalin nih pengunjung yang bisa saja mengaku membawa anak kecil agar dapat tarif murah.   Karena sang anak tidak diperlihatkan di depan petugas tiket. 

Namun nyatanya dugaan saya salah.  Sebab dibagian gerbang masuk kawasan Candi Prambanana,  petugas khusus akan memeriksa lagi tiket tiket anda dan disesuaikan dengan kondisi fisik sang pemegang tiket.  


Selain itu ada tanda dua huruf  disetiap tiket untuk membedakannya.   Kode "pd" menandakan pemilik tiketnya adalah "pengunjung dewasa", dan kode "pa" artinya "pengunjung anak".  Jadi jika anda orang dewasa kedapatan memegang tiket berkode huruf "pa" maka anda akan ditolak masuk atau diminta membayar harga tiket untuk pengunjung dewasa. To be continued. Bersambung - (Asep Haryono)

Catatan Asep Haryono
Dari Lokasi Mudik di Kulon Progo Jogjakarta
22 Juni - 13 Juli 2016

Mendengarnya saja sudah mirip pengucapan “gebleg” (badung-red), namun huruf e yang dilafalkan “ge..”pada panganan Geblek ini seperti “ge”buk, “gelas”, “ger”hana, “ge”jala , dan masih banyak lagi.  Jadi pengucapan jelas untuk “blek” nya seperti mengucapkan “jeLEK” , “ DeREK’, “NgeTREK” dan lain sebagainya.    Geblek ini sangat menarik perhatian ku untuk menuliskannya di blog kesayanganku ini   Ini adalah sisi lain dari Tulisan Geblek yang pernah kutayangkan sebelumnya.

Saya sendiri yang pertama kali mencoba penganan khas Kulon Progo ini sekitar tahun 2010 yang lalu, saat mampir ke Pundak IV dan membelinya di pasar Dekso Nanggulan. 

Tekstur dari jajanan pasar khas Kulon Progo ini amat kenyal.  Sekilas saat digigit ada sensasi sedang menikmati Pempek Palembang, namunn ternyata jauhh sekali.   Teksturnya yang a lot memang agak sulit untuk digigit dengan gigi, dan terasa sulit untuk dikunyah   Bahkan untuk Geblek yang baru ditiriskan dari penggorengan, dan masih terasa hangat pun masih terasa teksturnya yang a lot dan sukar untuk digigit

Agak berbeda dengan Bakpia Pathok yang juga menjadi ciri khas kota Gudeg Djogjakarta yang dibeli dengan bentuk per kotak, maka untuk membeli penganan Geblek ini boleh membeli dengan “eceran” per kilo.  Bentuknya yang putih sekilas memang mempunyai kemiripan yang sangat tinggi dengan marsmellow, cemilan yang manis kenyal dan bisa dipanggang di atas baru api.  Geblek, bedanya tidak dipanggang, melainkan digoreng dengan menggunakan minyak.

“Cara menikmati Geblek ini bisa langsung dimakan begitu saja, atau dipadukan dengan sambal kacang, atau sambel botol sesuai selera” kata mas Pri salah seorang pedagang eceran Geblek yang saya temui di pasar Dekso, Kulon Progo.  Ayah dua anak ini menjajakan penganan Geblek bersama dengan aneka penganan takjil khas bulan suci Ramadhan.  Bentuknya memang seperti donat bulat atau bundar dengan lobang ditengahnya

Ketika saya amati sebuah Geblek, memang bentuknya seperti donat ada lobang ditengahnya,  Hanya saja kalau donat bentuk circle (lingkaran-red)  nya jelas, bundar, licin dan teksturnya halus dipermukaan.  Beda dengan Geblek yang bentuknya “memaksa” kan diri agar  mirip donat namun bentuk lingkarannya sungguh berantakan, dan tidak rapih

Geblek Kualitas Terbaik
Ketika saya berkunjung ke dua pasar yang berbeda, Pasar Klenting dan  Pasar Dekso di kecamtan Kalibawang, banyak sekali ditemui para penjual Geblek. Nyaris di tiap sudut pasr selalu tersedi penganan khas Jogya yang bernama Geblek ini.  Muali dari yang dijual dalam bentuk plastic besar besar atau  dijual dengan partai kecil alias pembeli eceran.

Ketika saya mencoba beberapa potong Geblek yang saya beli dari kedua pasar yang berbeda tersebut saat digigit tekstur cita rasanya agak a lot dan kurang terasa sekali gurihnya. 

Saat  sudah digoreng bahkan dalam keadaan yang masih panas pun tetap saja sang Geblek  teksturnya tetap a lot seperti karet.  “Geblek yang seperti dijual di pasar pasar itu Geblek yang kurang komposisi Ketela dan Bawang Putihnya, dan kualitasnya tidak sebaik Geblek kualitas nomor 1 yang saya bawa ini” kata Sabiyan atau biasa dipnggil dengan Lik Sap.  "Nanti kalau ke sana lagi saya ajak kamu ya" kata Lek Sap.  Waa bole bole hihihi

Beliau ini masih family dari keluarga istri saya   Orangnya masih muda, rajin sholat ke Masjid, dan masih bujangan. Eh ehm.  Lek Sap kini lebih banyak dirumah merawat ibundanya yang sudah berusia sangat lanjut.  Salut untuk kepatuhan dan ketelatenan beliau terhadap ibundanya.   


Beliau juga yang sering mengantar saya selama mudik di Kulon Progo dari 22 Juni - 13 Juli 2016 ini.  Begitu pula saat Lek Sap ada keperluan saya pun yang gantian menemaninya, Enak juga sih nemenin dia.  Suka ditraktir Mie Ayam Bakso Hiehiheie.   Sejak kapan sih saya nolak sama makanan?

Nah Lek Sap ini yang mengantar saya ke salah satu sentra pengrajin atau pembuat Geblek yang paling enak se Nanggulan menurut lek Sap. "Yok sini mau ndak saya ajak ke penjual Geblek paling enak se Nanggulan, ntar malam ya" ajak Lek Sap. 


 Singkat certia malam itu saya dan Lek Sap boncengan ke daerah Boto masih kecamatan Nanggulan. Di sana saya dan Lek Sap memasuki sebuah rumah besar yang ternyata rumah pebisnis Geblek.  Rumah inilah yang dikatakan lek Sap sebagai penjual Geblek paling enak menurutnya.

Saya melihat banyak peralatan pembuatan Geblek, muali dari mesin penggilingan dan penyaringan ketela, ber nampan nampan tepung kanji (basah) , berikat ikat bawang putih yang siap di olah, dan juga dan garam garam.  "Nah inilah bahan bahan dan peralatan pembuatan GEbleknya ada di rumah ini".  Saya kagum,  Saya jepret beberapa foto di sana sebagai dokumentasi.


"Setiap orang di Nanggulan memang bisa membuat Geblek karena memang bahan dan cara pembuatannya relatif mudah, namun untuk membuat Geblek kualitas nomor 1 perlu pengalaman dan keterampilan dalam membuatnya, dan itu hanya ada di sini menurut saya" kata Lek Sap setengeh berpromosi.


Harga Yang Bersahabat
Sayang sekali saat Lek Sap "bertransaksi" dengan penjualanya mereka full menggunakan Bahasa Jawa yang tidak saya pahami sama sekali.  Hanya harganya jelas terdengar, 1 bungkus Geblek dibandrol dengan harga Rp.10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah).   


Lek Sap memesan 15 (lima belas) bungkus dengan total nilainya Rp.150.000,- (Seraturs Lima Puluh Ribu Rupiah). Dari aromanya saja sudah tercium harum gurih Geblek dengan ciri khas bau Bawang putihnya.  "Geblek produksi sini sudah terkenal, dari penyebarannya sudah kemana mana dari mulut ke mulut" kayta Lek sap.   

Saya sempat berpikir kalau prospeknya bagus mengapa tidak "dilempar" saja ke pasar pasar atau ke supermarket.  "Maunya sih begitu tapi usaha ini masih home industri dan belum mendapatkan lisensi atau serifikat Halal dari MUI dan Dinas Kesehatan untuk mendapatkan seri nya" kata Lek Sap.  Saya pun manggut manggut saja mendengar penjelasan Lek Sap. Saya memperhatikan bungkusan luarnya,  Tidak ada ada brand di sana, Hanya tertulis "Geblek Mentah Siap Goreng, Geblek Gurih Nanggulan" sempat berpikir kalau prospeknya bagus mengapa tidak "dilempar" saja ke pasar pasar atau ke supermarket. 

"Maunya sih begitu tapi usaha ini masih home industri dan belum mendapatkan lisensi atau serifikat Halal dari MUI dan Dinas Kesehatan untuk mendapatkan seri nya"
kata Lek Sap.  Saya pun manggut manggut saja mendengar penjelasan Lek Sap.

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Yogya atau ke Kulon Progo pada khususnya silahkan datang ke Sentra Penjualan Geblek yang aseli (ori) dengan alamat  Bapak Yanto. RT 39/RW14 Bejaten Jatisarono Nanggulan dengan Nomor HP nya  081328099655 , 081392060668.(Asep Haryono)
 


BAHAN BAHAN : Inilah nampan yang berisi bahan bahan Geblek yang siap di olah di rumah pemilik Geblek kualitas nomor satu itu    Foto Asep Haryono
BAHAN BAHAN : Inilah nampan yang berisi bahan bahan Geblek yang siap di olah di rumah pemilik Geblek kualitas nomor satu itu    Foto Asep Haryono

BAHAN BAHAN : Inilah nampan yang berisi bahan bahan Geblek yang siap di olah di rumah pemilik Geblek kualitas nomor satu itu    Foto Asep Haryono

BAHAN BAHAN : Inilah nampan yang berisi bahan bahan Geblek yang siap di olah di rumah pemilik Geblek kualitas nomor satu itu    Foto Asep Haryono

JEMUR : Geblek yang sudah menyelesaikan tahap awal, dijemur untuk mendapatkan Geblek basah yang siap digoreng.  Foto Asep Haryono
JEMUR : Geblek yang sudah menyelesaikan tahap awal, dijemur untuk mendapatkan Geblek basah yang siap digoreng.  Foto Asep Haryono

PLANG NAMA  : Papan namanya jelas terlihat.  Silahkan para wisatawan untuk memesan sendiri dengan datang langsung ke rumahnya. Foto Asep Haryono
PLANG NAMA  : Papan namanya jelas terlihat.  Silahkan para wisatawan untuk memesan sendiri dengan datang langsung ke rumahnya. Foto Asep Haryono

RUMAH  : Inilah rumah pak Yanto yang juga merangkap sebagai pabrik pembuatan Gebkelk Gurih, Silahkan datang    Foto Asep Haryono
RUMAH  : Inilah rumah pak Yanto yang juga merangkap sebagai pabrik pembuatan Gebkelk Gurih, Silahkan datang    Foto Asep Haryono

TRANSAKSI : Gaya Lek Sap saat "bertransaksi" Geblek dengan tuan pemilik Sentra Geblek enak ini    Gambar diambil diam diam, jadi agak miring deh.Foto Asep Haryono
TRANSAKSI : Gaya Lek Sap saat "bertransaksi" Geblek dengan tuan pemilik Sentra Geblek enak ini    Gambar diambil diam diam, jadi agak miring deh.Foto Asep Haryono

Catatan Asep Haryono

Alhamdulillah selesai sudah puasa Ramadhan selama 30 (tiga puluh) hari, dan hari ini tanggal 6 Juli 2016 bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1437 Hijriah umat Islam di seluruh Indonesia merayakan hari kemenangannya,  Hari Raya Idul Fitrie  

Catatan mudik lebaran saya yang suah dimulai sejak tanggal 22 Juni 2016 yang lalu Insya Allah masih akan terus berlangsung hingga tanggal 12 Juli 2016 mendatang    Pada hari pertama Idul Fitri 1437 Hijriah ini, saya sekeluarga masih di base camp Dusun Kembang Pundak IV Nanggulan Kulon Progo.   

Agenda DAY 14 catatan perjalanan mudik saya di Kulon progo antara lain adalah pelaksanaan Sholat Idul Fitri 1437 Hijriah , Berziarah ke Makam orang tua mertua saya, dan bersilaturahmi dengan kerabat, saudara dan handai taulan.  Hari pertama Idul Fitri 1437 Hijriah di Pundak IV dimulai dengan Sholat Iedul Fitri di plaza Masjid ATTAQWA Pundak IV Nanggulan Kulon Progo

Sholat Idul Fitri
Sholatnya sendiri sama seperti daerah lainnya di seluruh Indonesia tepat pada pukul 0700 WIB pagi.  Setelah malam harinya saya mengikuri Takbir Keliling yang selesai sekitar pukul 22.00 WIB.  Saya kira tadi malam ada pertandingan sepakbola nyata tidak atau belum ada.  Alhamdulillah tepat 1 hari menjelang memasuki Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah sudah ada televise berwarna di rumah Bapak Ponijo ( mertua saya di Jogja-red).

TV berukuran 32 Inchi merek Samsung itu dirasa lebih dari cukup untuk member warna saran hiburan dan informasi di rumah.  TVRI SPK Jogja menjadi salah satu channel kesukaan saya. 

Kalau di Bali saat saya masih aktif sebagai Champion KangGuru Indonesia langganan nontonnya Bali TV.  Program KangGuru Indonesia sudah berakhir bulan Juni 2016 kemarin.

Ada sedikit insiden dari sang khatib merangkak Imam sholat Idul Fitri tadi. Sang Imam lupa membaca Takbir di rakaan kedua, dan langsung membaca surah Al Fatihah. Namun kekeliruan ini langsung di sadari oleh sang Imam, namun tidak urung para jamaah sholat Id pun sudah member tanggapan dengan mengucap Subhanallah.

Pada sholat Idu Fitri selalu dimulai Sholat terlebih dahulu baru kemudian disusul dengan pelaksanaan khutbah Sholat Idul Fiti.  Sedangkan dalam Sholat Jumat dimulai dengan Khutbah Jumat terlebih dahulu baru kemudian Sholatnya.    Para jamaah tidak meninggalkan plaza Masjid begitu sholat Idul Fitri selesai dilakukan.  

Sholat Idul Fitrinya sendiri full menggunakan Bahasa Jawa yang belum saya pahami sama sekali.  Aada beberapa kosa kata sehari hari Bahasa Jawa yang paham arti dan cara pengucapannya namun jumlahnya sangat terbatas dan benar benar memprihatinkan.  Jadi selama berlangsungnya khatib Idul Fitri itu saya praktis tidak dapat memahami sama sekali  

Kemudian setelah selesai, para jamaah berdiri rapih juga dengan barisan Jamaah perempuan yang ada di bagian belakang jamaah laki laki.  

Mereka membetuk barisan seperti halnya barisan shaf shaf Sholat, namun bukan untuk sholat lagi melainkan bersalaman satu persatu melingkari satu sama lainnya sehingga semua Jamaah bisa langsung bersalaman dan bersilaturahmi dengan semua Jamaah masjid.  Subhanallah sungguh indah sekali.  Secara tidak langsung 1 warga Pundak sudah berlebaran satu sama lainnay saat itu.

Mengunjungi Makam Leluhur
Selesai mendirikan Sholat Idu Fiti,  kami sekeluarga dan rombongan pulang ke rumah terlebih dahulu baru kemudian bergerak menuju Makam para leluhur dari keluarga istri.  

Namanya Komplek Pemakaman Pundak yang letaknya agak sedikit ke “dalam” wilayah pundak yang amsih dipenuhi banyak pohon yang masih asri dan juga dengan latar belakang pegunungan atau bukit Menorah.

Letak makamnya memang agak ke dalam dan jalan menuju ke komplek Pemakaman Muslim warga Pundak IV itu turun naik  , licin dan cukup terjal    Mungkin karena pertimbangannya ada orang tua pihak istri (Mertua-red) yang sudah sepuh, dan sungguh tidak tega rasanya membiarkan mereka berjalan turun naik jalanan yang cuku p panjanng , dan berdebu.  Kami pun bergerak ke makam Pundak IV dengan menumpang mobil Xenia milih kakak dari istri.

Yang unik saat memasuki gerbang makam Pundak IV ini para pengunjung (Jamaah ) yang datang dimint kerelaannya untuk melepaskan atau mencopot sandal atau sepatunya saat memasuki areal makam.  

Kondisi tanah pemakaman Mulim Pundak IV ini sama pada umumnya ada yang berpasir dan ada sebagian yang rinda dan berumput hasah karena embun .   Namun demikian saya sepat mendeteksi ada seorang jamaah atau pengunjung yang enggan melepaskan sendalnya, dan masu ke kawasan makam

“Ini makam dari pihak orang tua saya” kata Pak Ponijo “memimpin” doa disebuah gundukan makam yang saya duga adalah letak makam leluhur beliau.   Setelah puas mengambil beberapa gambar saat mereka berdoa, pandangan mata saya tertuju pada sosok seorang ibu yang sudah berusia sepuh sedang menyapu sebuah makam dengan sebuah sapu lidi.

Saya sempat menduga kalau ibu ini adalah petugas khusus dari Pemakaman Pundak untuk membersihkan dn merawat makam makam.  “Oh bukan , itu adalah peziarah maka juga sama seperti kita, dan nenek itu membersihkan makam milik anggota keluarganya sendiri” kata mas Suripto.   Beberapa keluarga keluarga lain juga banyak yang nyekar setelah mereka melaksanakan Sholat Ied tadi .  Ada yang datang sendiri, dan ada juga yang datang beramai ramai.

Makan Ketupat Bersama
Pulang dari Sholat Idul Fitri di Masjid AT TAQWA Pundak IV Nanggulan, saya dan keluarga besar dari pihak istri berjalan santai pulang ke rumah untuk menikmati ketupat lebaran khas Pundak IV.  

Kami duduk dengan rapih dengan posisi melingkar dan kadang berhadapan.  Tidak ada masalah dengan posisi duduk yang penting “posisi” menu utamanya Sate Ayam, Opor Ayam, Ketupat da kerupuk, tidak jauh dari hadapan saya  Hiehiehiee

Menu utamanya Ketupat dengan sambel kentang cabe yang berasa pedas, sate ayam, opor ayam lengkap dengan kuahnya  dan juga kerupuk.   Makan jika tidak dilengkapi dengan sambel dan kerupuk rasanya kurng lengkap bagi sebagian orang.

Sate ayamnya bakar sendiri? Oh tidak.   Sate ayamnya sendiri memesan dari Pusat pemotongan ayam dan bebek AbazMulyo yang sudah terkenal di Pundak IV.  AbazMulyo ada wiraswasta yang menjadikan rumah tinggalnya sebagai pusat pemotongan ayam Islami, menerima pemesanan sate ayam untuk berbagai keperlua , aqiqahan, aneka roti, dan juga jasa pemotongan hewan ayam.   Begitu kita kira profil AbazMulyo ini.

Langsung Berlebaran
Tidak ada dikotomi hari pertama lebaran khusus untuk keluarga dekat, dan untuk kerabat dan handai taulan di tempat jauh sedangkan para tetangga dekat di hari yang lain.  Tradisi ini melekat pada kultur masyarakat Pontianak. 

Namun berbeda dengan  tradisi Lebaran di Pundak IV Nanggulan Kulon Progo Jogjakarta ini.   Bahkan saat kami baru pulang Sholat Idul Fitri dan sedang bersantap makan sekeluarga pun para tetangga sudah berdatangan untuk berlebaran   Awesome.   Jadi mau tidak mau kami “mewakili” anggota keluarga lain yang sedang bersantap untuk menyambut tamu yang datang berlebaran.

Yang unik di sini adalah tradisi saling berkunjung Silaturrahmi lebarannaya itu.   Satu rumah misalnhya, kami sebut saja begitu, bergerak “rombongan” untuk berlebaran ke tetangga yang lain yang masih di komplek Pundak IV.

Namun di saat yang nyaris bersamaan, para tetangga lain yang juga rombongan juga keluar rumah untuk berlebaran ke rumah yang lain.  Jadi bisa jadi saat kami sekeluarga mendatangi satu rumah isinya sang penghuni ruah sudah “kabur”.   Rumahnya dibiarkan kosong, bahkan ada yang pintu rumahnya terbuka lebar.   Berisiko kemalingan?  Ini dia yang mau saya cerita sedikit.

Mungkin karena Desa Pundak IV Nanggulan Kulon Progo ini masyarakatnya religious (Amiin) sehingga tidak ada kekuatiran kalau rumah kosong ditinggal pemiliknya Sholat atau ke pasar, Insya Allah rumah aman aman saja.  Saya tidak pernah merasa kuatir ngecas Android saya di ruang tamu bahkan saat ruang tamunya tidak dikunci saat saya ada keperluan ke luar rumah.

Tidak pernah ada kekuatiran barang di rumah, di meja tamu, di colokan TV ruang Tamu ditinggal begitu saja saat tuan rumah pergi dan ruah dalam keqdaan tidak terkunci.


Insya Allah amann aman saja. Anak anak senang sekali saat diberi “sangu” dari pemilik rumah yang merasa senang dengan kehadiran mereka.  Anak anak sudah seperti memiliki “penghasilan sendiri” di setiap Idul Fitri.   Uang berjumlah ratusan ribu rupiah berhasil dikantong anak anak itu, semoga mereka menabung untuk keperluan sekolahnya. (Asep Haryono)
 


MAKAM : Inillah pemakaman Muslimin milik warga Pundak IV yang bisa dikunjungi ole masyarakat setempat.  Foto Asep Haryono
MAKAM : Inillah pemakaman Muslimin milik warga Pundak IV yang bisa dikunjungi ole masyarakat setempat.  Foto Asep Haryono

SHOLAT ID : Suasana saat akan dimulainya shalat Idul Fitri di Masjid ATTAQWA Pundak IV Nanggulan Kulon Progo.  Khatibnya berbahasa Jawa..  Foto Asep Haryono
SHOLAT ID : Suasana saat akan dimulainya shalat Idul Fitri di Masjid ATTAQWA Pundak IV Nanggulan Kulon Progo.  Khatibnya berbahasa Jawa..  Foto Asep Haryono

KETUPAT LEBARAN : Suasana saat akan dimulainya shalat Idul Fitri di Masjid ATTAQWA Pundak IV Nanggulan Kulon Progo.  Khatibnya berbahasa Jawa..  Foto Asep Haryono
KETUPAT LEBARAN : Suasana saat akan dimulainya shalat Idul Fitri di Masjid ATTAQWA Pundak IV Nanggulan Kulon Progo.  Khatibnya berbahasa Jawa..  Foto Asep Haryono

SILATURAHMI :  Hari pertama Lebaran langsung bersilaturahmi dan berlebaran sesama warga Punda IV.  Foto Asep Haryono
SILATURAHMI :  Hari pertama Lebaran langsung bersilaturahmi dan berlebaran sesama warga Punda IV.  Foto Asep Haryono

MINTA MAAF :  Tradisi lebaran di Pundak IV adalahh minta maaf kepada para sesepuh anggota keluarga   Mendengr nasihat yang disampaikan denganc cara bisik berbisik seperti ini.  Menarik. Foto Asep Haryono
MINTA MAAF :  Tradisi lebaran di Pundak IV adalahh minta maaf kepada para sesepuh anggota keluarga   Mendengr nasihat yang disampaikan denganc cara bisik berbisik seperti ini.  Menarik. Foto Asep Haryono

BUKAN PETUGAS :  Mereka tampak seperti petugas makam yang sedang bertugas membersihkan makam.  Mereka sebenarnya adalah peziarah juga yang membersihkan makam anggota keluarganya.  Menarik. Foto Asep Haryono
BUKAN PETUGAS :  Mereka tampak seperti petugas makam yang sedang bertugas membersihkan makam.  Mereka sebenarnya adalah peziarah juga yang membersihkan makam anggota keluarganya.  Menarik. Foto Asep Haryono



Catatan Asep Haryono

Takbir keliling adalah kegiatan mensyiarkan kemenangan yang diraih setelah berpuasa selama bulan sucri ramadhan yang sudah diselenggarakan oleh Desa Kembang Pundak IV Nanggulan Kulon Progo. 

Pada tahun 2016 ini Desa Kembang Pundak IV bertindak sebagai coordinator dari beberapa desa di wilayah kecamatan Nanggulan  yang terdiri dari pundak I sampai dengan pundak IV.

Pada tahun sebelumnya Desa Kembang Pundak IV Nanggulan menjadi ajang tempat diselenggarakannya penilaian Takbir keliling, namun saying sekali gelar juara umum pada waktu itu diraih oleh TPA / Remaja masjid dari desa lain tapi masih dalam wilayah Nanggulan. 

Pada tahun 2016 inii Desa Pundak IV menjadi titik keberangkatan dari beberapa Desa di wilayah Nanggulan yang mengirimkan perwakilannya untuk berlomba dalam Takbir Keliling. 

“Tujuan diselenggarakannya Takbir Keliling ini bukan semata mata untuk mencari hadiah atau pemenang saja, melainkan lebih daripada syiar Islam itu sendiri yakni mensyukuri bahwa perjuangan selama bulan Ramadhan berhasil dilalui dengan gemilang, jadi yang utama adalah syiarnya” kata Suripto, warga Desa Kembang pundak IV yang berhasil saya temui malam itu.

Yang menjadi aspek penilaian daripada kegiatan Takbir Keliling ini adalah kerapihan, kekompakan, kostum yang digunakan, dan yang lebih utama adalah kesesuaian tema.  Tema Takbir Keliling kali ini mengambil tema “teknologi”.

Juri yang menilai para peserta Takbir Keliling ini dipencar dan disebar di beberapa titik atau jalur yang dilewati oleh para peserta Takbir Keliling, Nilai yang dihasilkan dari pantauan para Juri di lapangan ini kemudian digabung dengan penilaian di kantor kecamatan sebagai tempat final dan berkumpulnya
para peserta Takbir Keliling.

“Khusus untuk peserta dari Desa Kembang Pundak IV diwakili oleh Remaja Masjid Desa Kembang (IrmaDeKa) antara lain dengan menampilkan trasi kreasi yang mudah gerakannya namun Islami” kata salah seorang peserta.

Para anak anak Taman Pendidikan Alquran (TPA) yag berusia di atas 8 tahun pun ikut dilibatkan.   Mereka sangat atusias sekali untuk bisa ikutan memeriahkan tradisi malam menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah ini .

Salah satu peserta Takbir Keliling ada yang membuat berbagai atribut yang sesuai tema Teknologi misalnya ada yang membuat kardus besar menyerupai fitur sebuah android lengkap dengan icon icon social medianya seperti facebook , twitter, email , dan lain sebgainya. 

Ada yang menjadi reporter stasiun TV lengkap dengan mik nya saat wawancara secara live. Helikopter, sampai tiang listrik bertegangan tiinggi juga ditampilkan di sini.  To be continued.  Bersambung. (Asep Haryono)
.  



JAM AKHIRAT :   Jam besar bertuliskan "jam akhirat" memberi makna agar senantiasa memanfaatkan waktu (demi masa). Foto Asep Haryono
JAM AKHIRAT :   Jam besar bertuliskan "jam akhirat" memberi makna agar senantiasa memanfaatkan waktu (demi masa). Foto Asep Haryono
JAUH :  Anak anak TPA yang ikutan acara takbir keliling ini seolah tidak kenal lelah menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke finish. Foto Asep Haryono
JAUH :  Anak anak TPA yang ikutan acara takbir keliling ini seolah tidak kenal lelah menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke finish. Foto Asep Haryono
BERHENTI : Salah satu stand peserta Takbir Keliling berhenti sejenak menunggu aba aba dari pimpinan rombongannya. Foto Asep Haryono
BERHENTI : Salah satu stand peserta Takbir Keliling berhenti sejenak menunggu aba aba dari pimpinan rombongannya. Foto Asep Haryono
HILAL : Salah satu stand menampilkan deorama ulama sedang melihat Hilal.   Benar benar kreatif.  Salut bangeds. Foto Asep Haryono
HILAL : Salah satu stand menampilkan deorama ulama sedang melihat Hilal.   Benar benar kreatif.  Salut bangeds. Foto Asep Haryono
TPA :  Anak anak santri TPA pun ikut larut dalam kegembiraan syiar Takbir Keliling. Padahal acaranya sampai malam loh.  Luar niasa. Foto Asep Haryono
TPA :  Anak anak santri TPA pun ikut larut dalam kegembiraan syiar Takbir Keliling. Padahal acaranya sampai malam loh.  Luar niasa. Foto Asep Haryono
SEMANGAT : Mas yang satu ini seperti membaca sesuatu.  Apakah surat dari kampung halaman suruh mudik? Ini sudah mudik. Foto Asep Haryono
SEMANGAT : Mas yang satu ini seperti membaca sesuatu.  Apakah surat dari kampung halaman suruh mudik? Ini sudah mudik. Foto Asep Haryono
SAMA :  Seorang santri putri pun bertindak sebagai pemberi semangat melalui takbirnya.  Semangat mbak. Foto Asep Haryono
SAMA :  Seorang santri putri pun bertindak sebagai pemberi semangat melalui takbirnya.  Semangat mbak. Foto Asep Haryono
PENYIAR TV : Salah satu peserta Takbir Keliling menjadi "penyiar berita" lengkap dengan stelan jasnya  Kreatif. Foto Asep Haryono
PENYIAR TV : Salah satu peserta Takbir Keliling menjadi "penyiar berita" lengkap dengan stelan jasnya  Kreatif. Foto Asep Haryono
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia