Catatan Asep Haryono

Hari ini 8 (delapan) Tahun yang lalu kami melangsungkan Pernikahan di sebuah dusun kecil yang bernama Kembang, Kabupaten Kulon Progo, sekitar 1 jam dari kota Jogjakarta.  Saat itu 11 Desember 2005 tentu saja tanggal bulan dan tahun yang selalu kami ingat.  

Masa masa yang indah Taaruf (kami tidak menganut sistim pacaran). Kemudian dilanjutkan dengan perjanjian berat (Mitsaqon Ghaliza) dimana Allah SWT menjadi saksi ikrar kami berdua. Tidak terasa waktu begitu cepar berlalu dengan amanah yang diberikan Allah SWT kepada kami berdua.  Abbi Muhammad Furqan Haryono (5 Thn) dan Tazkia Montessori Putri Haryono yang kemarin 10 Desember 2013 merayakan Ultahnya yang ke 3 Tahun.

Kalau tidak salah dalam bilangan istimewa juga ya.  Wedding Anniversary kami yang ke 8 tahun yang jatuh pada hari ini Rabu, 11 Desember 2013 sama dengan penulisan 11-12-13 ya.  Hmmm.  Sering saya dengar sih, tapi setelah dicek ternyata bilangan unik tersebut juga terjadi pada kami sekeluarga. Ini memang kebetulan saja. Tidak ada maksud apa apa. Hmmmmmmmm

 
RESMI :  11 Desember 2005 - Desa Kembang Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Jogjakarta  Foto Dokumentasi Keluarga
LENGKAP : Saya dan sekeluarga.  Foto Dokumentasi Keluarga

Bagaimana awal pertemuan kami? Dari awal silaturahmi, Ta aruf (Kami tidak menganut asas pacaran-red) hingga sekarang sudah dikaruniai anak anak , bisa diliat dari postingan lama saya di sini.    Love of My life part 1 dan Love of My Life part 2 yang sudah lama memang dipublikasikan hanya dalam platform blog yang lain. So eh jadi tidak perlu dicopy paste lagi di sini  Capek soale hiehiheiheihee. 

Bagi kawan kawan yang sekarang sedang meniti langkah ke jenjang yang lebih serius kami sekeluarga hanya bisa berdoa semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan membimbing kalian semua.  Semoga Allah SWT memuluskan jalan kawan kawan yang ingin menyegerakan menikah agar dimudahkan urusannya.  Ya Allah SWT Mudahkan urusan mereka sebagaimana ENGKAU sudah memudahkan urusan kami., Amin Amin ya Robbal Alamin(Asep Haryono)


Catatan Asep Haryono

Selama kurang lebih  5 (lima) hari dari hari Selasa sampai dengan Sabtu, anak anak berada dalam asuhan saya. Pengalaman sebagai "orang tua tunggal" atau mengambil peran sebagai "Single Parent" sudah pernah saya tuliskan dalam tulisan saya di blog yang diposting pada tanggal 8 Desember 2012 yang lalu.

 Jika tidak merepotkan kawan kawan bisa membacanya di sini.  Semuanya sudah diceritakan. So eh jadi saya tidak perlu ya untuk rewrite lagi kisah romantikanya hari ini hiehiehiehiee.   Nah kadang saat menjemput Abbie dari sekolahnya di TK Islam Al Azhar di bilangan jalan Gajah Mada harus agak siang karena Abbie harus ikut kelas Ekskul yakni Tilawatil dan Musik.

Nah saat jemput itulah nyaris selalu berdekatan dengan masuk waktu Sholat Dhuhur sekaligus masuk jam maksi alias Makan Siang. Orang kulon saya biasa disebut dengan lunch. Nah kalau saya sih seringnya malah digabung antara Makan Pagi  (Breakfast) dan Makan Siang (Lunch). Jadilah Brunch.  Hieiehiee. Saya mau tanya nih kawan kawan sering sarapan pagi nda? Konon banyak yang mengatakan makan pagi akan membuat konsumsi makan siang menjadi normal alias nda banyal  Bener nda sih?
Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Akhirnnya keinginan untuk bisa membetulkan sepeda Abbie yang sudah berbulan bulan ngejogrok (baca : terbelengkalai) di "gudang" (Hehehe padahal memang tidak ada gudang di rumah kontrakan kami-red), minggu lalu harapan itu kembali bersinar terang.

"Ayah, pagi ini bunda dan anak anak mau liat tetangga kita yang sudah lahir anak ke 3 nya, Ayah ke bengkel aja ya betulkan sepeda Abbie" pinta bunda Abbie kepada saya.   "Iya bunda siap" kata saya.  "Jangan lupa diperiksa rantainya, dan kaitan roda empatnya dicopot saja kan Abbie sudah besar, biar cepat bisa mengayuh sepeda roda dua, masak roda empat terus sampai tua nanti" kata Bundanya.

Anak tertua saya, Abbie Muhammad Furqan Haryono, atau yang biasa kami sapa dengan panggilan sehari hari dengan Abbie memang sudah lama memiliki sepeda roda empat merek WimCycle (mangap eh maaf kalaw salah tulisannya ya masbro-red). Harganya pun juga tidak kalah aduhai, namun tidak etis kalau saya sebutkan angkanya di sini. Rodanya ada 4 (empat), dan selama ini Abbie selalu "ketinggalan" jika diajak race sama kawan kawannya yang sudah lebih dahulu gowes sepeda dengan roda dua.

Nyaris Nyungsep
Akhirnya hari itu, tepatnya hari Ahad kemarin, taggal 6 Januari 2013 sekitar jamm 10.00 WIB pagi saya pun "menenteng" sang sepeda menuju sebuah bengkel sepeda yang cukup kondang di wilayah PIL.  PIL ini bukan kepanjangan dari "Pria Idaman Lain" ya, tapi "Pondok Indah Lestari" yakni sebuah komplek perumahan di daerah Kabupaten Kubu Raya>

Idealnya "membopong" sang sepeda roda empat ini perlu 2 (dua) orang ya. Satu yang memegang kemudi kendaraan (motor), yang satu lagi dibelakang memegang sang sepeda. Yah mirip mirip nenteng Kambing yang mau dikurbankan gitu deh. Hihehiee.  Saya jadi ingat waktu beli Kambing untuk qurban pada bulan Oktober 2012 yang lalu, saya sendiri yang nyetir, dan anak istri dibelakang saya pegangan megang si kambing hiheiheiheiee.
 
NUNGGING : hiehihee ini sepeda sampai ditunggingkann sama mamang bengkelnya karena mau dibetulkan rem depannya. Yuk mareee. Foto Asep Haryono
NGINTIP :  Wah abang tukang sepedanya melirik ke saya saat lensa kameranya ini diarahkan kepadanya.  Lirik nih yee.  Belum pernah liat orang ganteng moto ya bang? Foto Asep Haryono
SEDERHANA : Honda saya diparkir pas di depan bengkel Sepedanya. Saat sepeda dibetulkan saya  makan mie tiaw di kedai yang ada di depan bengkel ini. Sayang sekali yang jualan mie tiawnya belum siap. Foto Asep Haryono

Karena anak istri sedang ke rumah tetangga nengok lahiran, saya sendiri yang praktis "memboyong" sang sepeda yang masih beroda 4 (empat ini bak menenteng Kambing hiheiheie.  Agak sulit memegang stang motor HONDA saya (bukan IRON MAN yang biasa saya pake-red) karena letak stang sepeda agak sedikit "menganggu" kemudi stang motor saya.

Alhasil saat mau belok tikungan nyaris nyungsep ke got karena stang kemudi motor  tidak bisa dibelokkan ke kiri karena terhalang stang sepeda. Hihehheiheiee. Untung aja kaki masih gape pejak pedal rem. Kalau nda sempat ya beneran nyungsep ke got barengan sama motor dan sepedanya. Akbirnya dengan perjugan gagah berani akhirnya sampai juga saya di bengkel sepedanya.

Ngutang Dulu
Dari rumah saya "hanya" dibekali budget yang pas pasan (seperti biasalah saya nda nyaman nyebutkan angka di sini-red) buat just in case (jaga jaga-red) jika ada biaya.  Ya sudahh pastilah ada biaya jaman sekarang mana ada yang gratis keculai eh kecuali ngebengkel sendiri hiehiehiehiee.  Tadinya sih niatnya cuma minta roda rantainya dibersihkan biar nda macet sekalian "ngilangin" dua wing roda kiri dan kanannya sehingga jadi sepeda roda 2.

Nyata setelah sang sepeda di"bedah" sama tukangnya budgetnya jadi "membengkak" karena sang rantai sudh berkarat jadi harus diganti baru, selain itu juga rem depan dan belakang sepeda Abbie sudah rusak parah sehingga perlu diganti baru sesuai sarannya pak tukang sepeda. "Rantainya sudah karat nih bang, ganti baru ya, juga rem depan dan belakangnya juga total semuanya Rp.xx.xxxx" kata tukang sepedanya. Huaaaaaaaaa budgetnya nda cukup ooo.

Ya udah deh diambil aja yang penting Abbie bisa ceria dengan sepedanya yang sudahh masuk PIT itu dan bisa difungsikan kembali seperti sedia kalanya.  Lah bagaimana dengan pembayarannya?. saya waktu itu tidak bawa dompet selain "bekal" yang diberikan bunda Abbie dari rumah. Walahsil dengan diplomasi ala Menlu akhirnya boleh ngutang dulu. hiehiheiee. Setelah sepeda clear semuanya, barulah saya boyong ke rumah.  Bagaimana dengan utangnya mas bro Oh tentu saya balik lagi ke bengkel itu dan menyelesaikan kekurangan biayanya.  Hebat bisa ngutang. (Asep Haryono)

Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Bagi yang sudah memiliki putera atau puteri (baca : anak) tentu ada keinginan setiap orang tua untuk memanjakan anak anaknya (putra putrinya). Namun saya pribadi tidak selalu memanjakan anak anak dengan sifatnya kebendaan atau materi.

Bisa mengajak mereka jalan jalan wisata kuliner, berenang di kolam renang (Padahal yang namanya berenang kan bisa dimana aja ya tidak harus dikolam renang), atau sekedar duduk duduk di depan rumah sore hari. Hal hal seperti ini sudah lebih dari cukup bagi saya. Apalagi jika ada kesempatan untuk membelikan mainann buat anak anak, tentu adalah hal yang lain.

Anak tertua saya, Abbie Muhammad Furqan Haryono, atau yang biasa kami sapa dengan panggilan sehari hari dengan Abbie juga sering merengek minta dibelikan mainan kesukaannya. Sepanjang yang kami amati, memang umur anak akan menentukan jenis permainan atau mainannya. Saat dia masih sekitar usia 1 (satu) tahun kegemarannya akan mobil truk sangat dominan.  Kini diusianya yang hampir 5 (lima) Tahun Maret 2013 ini kecenderungannya berubah, orientasi mainannya tidak lagi mobil tetapi sudah mengincar "mainan" elektronik.

Rawan Mengundang Kejahatan
Sebenarnya dari usia Abbie yang masih di "kisaran" usia 5 (lima) Tahun belum waktunya diberikan "mainan" canggih ber Teknologi terbaru seperti BB (bukan Bau Badan loch-red), atau bahkan Komputer Tablet sepertii Ipad yang baru dibelikan oleh bunda Abbie beberapa minggu yang lalu. Bahkan untuk HP (handphone) yang jadul tralala pun sebenarnya kami masih belum "berkenan".  Mungkin kelak jika usianya sudah cukup, dan Abbie sudah bisa membaca tentu akan berbeda.

Sebenarnya sudah banyak yang menulis dampak positif dan negatif anak dibekali "mainan" canggih seperti ini karena selain masih terlalu dini, sebagian kalangan justru mendukungnya. Kata mereka (bukan katanya mas Rudy Arra hiheihiehiehe-red) anak anak usia Dini sudah waktunya diperkenalkan dengan dunia teknologi.  Nah saya aja jadi bingung juga, karena saya toh orang biasa saja dan bukan pakar pendidikan anak. 

7 INCI : Inilah "mainan" baru Abbie difoto untuk dokumentasi.  Mohon mangap eh maaf ada produk sponsor di sini.Hiehiheie harusnya mereka bayar ke saya karena produknya ikut nimbrung. Sekedar buat perbandingan ukuran fisiknya dengan benda lain.  Foto Asep Haryono

Baru baru ini salah seorang tetangga (jiran) saya, beda blok saja, anaknya dijambret (stolen) oleh orang yang tidak dikenal ketika sang anak bermain main di depan rumahnya. Informasi yang saya dengar dari para tetangga adalah sang anak (diduga masih seusia Abbie) bermain BB di depan rumahnya ketika tiba tiba ada dua orang pengendara motor yang merampas BB yang digenggam sang anak. They stole the boy's BB very quickly.  Ini kata para saksi mata yang melihat langsung kejadian itu.  Hmmmm seyemm juga yah kalau begini.


Abbie.  Foto Asep
Hanya Keadaan Darurat
Pada prinsipnya ini "mainan" bukanlah untuk main main, dalam artian Bunda Abbie maunya sih buat hiburan karena dalam "kotak ajaib" itu banyak diinstall game game kesukaan Abbie seperti Game si "burung Pemarah" atau "Angry Bird" dan lain sebagainya. 

Kalau dilihat dari fungsi "mainan" baru Abbie ini sangat disayangkan kalau hanya dipakai buat ngeGame saja karena tidak sebanding dengan harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan "mainan" ini.

Jadi saya dan bunda Abbie berdiskusi terbuka dan membuka dialog bersama sebelum "mainan" baru ini hand over (diserahkan-red) kepada Abbie. Hasil diskusi saya dan bunda Abbie akhirnya diperoleh beberapa MoU (Memorandum Of Understanding) atau Nota Kesepahaman antara lain bahwa ini bukanlah "mainan" biasa yang pantas dimainkan oleh anak seusia Abbie yang saat ini masih di TK. Ipad is not a toy for children actually

Jadi Abbie masih boleh menggunakan "mainan" ini untuk bermain Game  saja.  Memang secara tampilan jauh lebih menarik dari main Game di Personal Computer (PC) atau NoteBook milik bundanya karena format 3D nya itu, selain itu praktis alias portable, bisa ditenteng ke mana mana. Di luar itu "mainan" ini akan dipegang saya, ayahnya. 

TES : Saya mentes di rumah dengan mengakses Blog Bang Zachflazz dengan poisi vertikal. Foto Asep Haryono
HORIZONTAL  : Tampilan blognya Mas Rudy Arra pada  poisi Horizontal. Foto Asep Haryono

Saya sendiri santai saja dengan "mainan" ini karena untuk urusan Ngenet doangan bukan hal istimewa menggunakan "mainan" seperti ini.  Untuk tampilan screen memang lebih puas jika menggunakan PC, Laptop berlayar besar sekitar 10 inch atau ngenet di kantor yang akses internetnya berkecepatan tinggi itu (bisa sekitar 7 Mpbs-red). 

Selain itu ada fasilitas WIFI atau Hotspot dimana mana jadi untuk membeli Modem + Pulsa nya masih belum perlu.  Toh di rumah juga sudah ada LAN yang aksesnya 24 jam.  Jadi biarpun "mainan" ini ada di rumah, tidak akan dipakai sama sekali. Jadi biarlah untuk Abbie ngeGame saja.

Hanya saja "mainan" ini akan terasa manfaatnya untuk "membunuh waktu" saat menunggu Abbie di sekolah. Sambil meuunggu jam pulang toh saya masih bisa mengisi waktu dengan membaca baca berita dari "mainan" ini. Nah pada momen momen seperti inilah baru MODEM + pulsa ngenetnya akan bermanfaat.  Nah kira kira inilah yang saya maksudkan untuk keadaan darurat saja. (Asep Haryono)
Catatan Asep Haryono

Sudah bukan rahasia lagi semua makhluk hidup memerlukan air bersih sebagai penghidupan begitu pula dengan manusia juga sangat memerlukan air bersih dan sehat untuk berbagai keperluan hidup yang utama seperti untuk minum sehari hari, keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan juga untuk keperluan lainnya yang tidak kalah pentingnya.

Kebutuhan akan tersedianya air bersih di perkotaan misalnya, dalam skala nasional, sudah merambah dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di kota Jakarta saja misalnya yang sudah mencanangkan untuk bekerja sama dengan Propinsi Banten dalam hal penyediaan air bersih. Bayangkan saja untuk urusan air saja sudah lintas wilayah.


Untuk wilayah di kota Pontianak sendiri pada khususnya, dan seluruh kota di propinsi Kalimantan Barat pada umumnya juga sangat memerlukan tersedianya air bersih.  Bagaimana rasanya jika air bersih yang menjadi kebutuhan primer masyarakat itu menjadi langka? Apa yang seharusnya kita lakukan jika menghadapi kelangkaan air bersih yang sangat penting bagi masyarakat tersebut?
Derita Kekurangan Air
Tidak perlu membahas terlalu jauh sampai urusan dua kota besar yang bekerja sama dalam penyediaan air bersih seperti DKI Jakarta dan Banten yang sudah saya sebutkan di atas, saya sendiri sudah merasakan betapa sengsaranya jika (hidup) tanpa ada air bersih untuk keperluan sehari hari di rumah kontrakan saya di komplek Duta Bandara Supadio propinsi Kalimantan Barat.  Jika pasokan air dari PDAM macet atau terhenti mengalir satu hari saja sudah sangat menyengsarakan keluarga saya. 

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Apakah karena saya sering telat membayar tagihan PDAM yang setiap bulannya sekitar Rp.53.500,- (Lima Puluh Tiga Ribu Lima Ratus Rupiah) itu sehingga pasokan air bersih ke rumah saya menjadi terganggu atau dimacetkan? Tentu saja saya tidak berpikiran rendah seperti itu.  Tetangga saya di komple yang raji membayar setiap bulan pun juga sering mengalami masalah yang sama dengan saya. Air PDAM sering tidak lancar. Kalau sudah begini, yang jadi "korban" tidak saja orang tua, bahkan anak anak pun juga merasakan.
Gambar dari TribunNews
Adanya rencana Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk memberikan alat kontrasepso Kondom terhadap kalangan remaja baru baru ini menimbulkan pro dan kontra yang sangat hebat.

Berbagai pemuka masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh agama, hingga kepada politisi menyebut rencana tersebut kurang mendidik, tidak pancasila dan bahkan disebut sebagai rencana yang tidak mengindahkan norma norma agama karena dianggap melegalkan perbuatan maksiat.

Sebenarnya bagaimana jalan tengah menangani persoalan seperti ini? Ada dua sisi yang seharusnya menjadi perhatian kita bersama yakni sisi moral kepatutan dan juga sisi anak didik dalam hal ini generasi muda kita, pelajar, masa depan bangsa Indonesia. Kepentingan mana yang harus kita prioritaskan kaitannya dengan rencana pemberian alat kontrasepsi kondom kepada remaja tersebut. Mari kita coba cari pemecahannya. Tentu saja pemecahan ala Asep Haryono tentunya. Hehehe. Sok tau dot com.

Perlu Pengawasan
Memang ini persoalan yang rumit dan banyak factor yang harus diperhatikan sebelum rencana pemberian gratis kondom kepada remaja itu benar benar dilaksanakan.  Sebelum kita melangkah lebih jauh terhadap sisi positif dan negatif rencana pemberian kondom secara gratis kepada remaja,  anda akan saya coba menelaah contoh sederhana yang saya coba saya bawakan di sini.  Anda tau pisau?   Bukankah pisau dengan mudah anda temukan di pasar tradisional, pasar modern hingga kepada mal di seluruh Indonesia?. Apakah manfaat dari pisau tersebut?

Ibu ibu pada sontak menjawab ya tentu saja pisau itu digunakan untuk keperluan dapur, untuk memotong sayuran, buah buahan, daging dan juga tempe. Bahkan pisau juga bisa digunakan untuk keperluan lain seperti memotong kue, memotong kertas untuk kebutuhan anak didik kita di sekolah dan lain sebagainya.

Banyak manfaatnya. Tapi coba kita ingat bahwa benda tersebut juga bisa dipakai untuk membunuh?. Nah kaget bukan?. Alat yang sederhana sekalipun, tidak harus pisau, seperti tali plastik (tali rapiah-red) juga bisa dipakai untuk menjerat leher orang sampai tewas.  Mengerikan bukan?

Jadi dari contoh sederhana di atas bisa kita lihat dan perhatikan dengan seksama adalah yang berperan “man behind the gun” artinya manusia jugalah yang menentukan untuk apa dan untuk digimanakan suatu alat diciptakan.  Mungkin agak ekstrim kalaw saya bandingkan dengan prilaku satwa atau hewan misalnya seekor ayam.

Coba anda hunuskan atau acungkan pisau yang anda beli tadi kepada seekor ayam. Apa yang terjadi? Bisa jadi anda dipatok sang Ayam, atau malah ayamnya cengar cengir karena ayam tidak punya akal.  Coba kalaw hal serupa anda hunuskan kepada manusia, bisa jadi manusia tadi tunggang langgang lari ketakutan.   Akal atau otak manusia jugalah yang menentukan untuk apa suatu alat atau inovasi itu diciptakan.

Benar kata Pak Aswandi, pakar pendidikan itu bahwa seperti fenomena “gunung es” saja persoalan yang menghimpit generasi muda sekarang ini.  Tayangan televisi yang banyak menonjolkan aspke kebendaan yang kurang baik, internet dengan segala tayangan pornographinya yang sampai sekarang sulit dibendung, bahaya tawuran pelajar, narkoba, trafficking, dan segudang masalah siap menghantam generasi muda kita.  Apa upaya kita mencegah, menangkal kalaw perlu membasmi ancaman ancaman itu?

Kalau dulu yang namanya Narkoba dianggap barang mewah, barang mahal yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berduit saja, tapi sekarang tidak lagi.  Kaum papa dan remaja di pelosok pedesaan sekalipun kini juga memakai narkoba. Darimana mereka memperoleh barang haram tersebut?  Pake uang mereka sendiri nyaris tidak mungkin.  Yang paling masuk akal adalah mereka menjadi “kurir” dan sebagai upah untuk “misi” berbahaya tersebut mereka mendapatkan sample gratis. Nah nah masuk logika bukan?

Pergaulan Bebas Sulit Dibendung
Penyakit menular seksual (atau lazim disebut dengan sebutan PMS-red) memang harus dicegah penyebar luasannya dengan segala cara kalau perlu.  Begitupula dengan HIV/AIDS juga harus kita basmi sampai ke akar akarnya, dan penyebarannya juga harus kita cegah agar tidak terlalu meluas ke dimensi kehidupan lain dari bangsa ini. Nah upaya pemberian kondom secara free alias gratis ini juga dipandang sebagai cara yang jitu , langsung ke akar masalahnya, agar penyebaran HIV/AIDS atau PMS bisa dicegah.

Sebagai kalangan mendukung terobosan luar biasa ini, karena menurut mereka penyakit maut semacam AIDS tidak dapat dicegah hanya dengan ceramah agama di (maaf) lokalisasi, karena jika sudah menjadi budaya dengan latar belakang ekonomi (kemiskinan-red) menjadi pendukungnya, prilaku seks bebas tidak bisa dipadamkan.  Orang perlu makan, dan kemiskinan absolut dituding menjadi factor pendorong orang mencari uang dengan cara yang praktis dan prakmatis.  Menjadi pekerja sex. 

Mari bermain logika.  Seorang karyawan saja harus menunggu sampai 1 bulan untuk bisa menghasilkan Rp.300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah) misalnya. Ini Contoh saja maaf.  Artinya si karyawan tersebut mendapatkan uang makan sebesar Rp.10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) satu hari.  Jadi 1 hari @ Rp.10.000,- x 30 hari = Rp.300.000,-.

 Nah itung itungan matematika ini sederhana sekali.   Jadi kesimpulannya seorang karyawan bisa memperoleh 300 ribu rupiah harus menunggu sebulan. Tapi bagi seorang pekerja sex cukup dengan memberikan layanan kamar 1 jam saja bisa lebih dari itu.  Jadi  para pekerja sex ini berpotensi meraup pundi pundi uang dengan cepat.  Kalaw dia saja bisa menghasilkan 300 ribu hanya dalam 1 jam saja, bisa dibayangkan penghasilannya selama 1 bulan yang bisa mencapai angka fantastis  9 juta rupiah. 

Dengan demikian jika alasan kemiskinan absolut menjadi penyebab seseorang menjadi seorang pekerja sex bisa saja dia tidak akan tunduk pada ceramah agama yang konon disebut sebut banyak menekankan dosa dan pahala itu.   Jadi lebih baik cegah saja penularan penyakitnya ketimbang harus memaksa mereka berhenti dari profesi mereka.  Tapi apakah seperti itu konteks permasalahannya.  Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?   Dengan Sex Education?  Wah wah saya kurang paham, saya bukan ahli pendidikan, jadi tidak usahlah saya membahas soal itu.   Atau dengan penertiban alias pada ditangkapin saja mereka, lalu dimasukkan ke dalam panti rehabilitasi?  Begitu?

Banyak pengalaman menyebutkan beberapa dari “alumni” Panti Rehabilitasi kembali ke profesi semulanya di jalan jalan.  Hal ini yang membuat pemda setempat pusing empat belas keliling (bukan tujuh lagi-red) bagaimana mengatasi agar mereka tidak kembali ke profesi semulanya.  Jadi bagaimana donk?  Apa kita izinkan saja pemberian kondom gratis ini kepada mereka?    Kalau perlu didata siapa siapa saja yang mendapatkan “souvenir” tersebut agar bisa terpantau.  Begitu kah?

 Kembali kepada Keluarga
Saya punya usul saja,bagaiamana kalaw rencana Menteri Kesehatan yang ingin membagikan alat kontrasepsi Kondom kepada para remaja itu ditunda saja, sambil menunggu situasi yang kondusif , dingin dan telah mendapatkan masukan dari berbagai kalangan termasuk dari kalangan dunia pendidikan dan pemuka semua agama.  Mengapa dari semua agama, karena saya yakin tidak ada satu agama pun di Indonesia yang “merestui” pergaulan sex bebas. 

Ilustradi dari Internet
Mengapa harus ditunda?  Daripada bangsa ini kembali terpecah pecah karena isu yang satu ini bisa dianggap orang sebagai pengalihan isu dari masalah pelik lainnya yang masih “menggantung” untuk segera diselesaikan seperti kasus Lumpur Lapindo, Korupsi BLBI, dan seabrek lainnya. 

Biarlah urusan itu menjadi urusan para petinggi dan pejabat pemerintah kita yang pusing mencari pemecahannya, nah bagaimana dengan kita sendiri? Marilah kita kembali kepada keluarga. Back to our family. 

Mengapa harus kembali kepada keluarga?  Berkaca pada pengalaman sendiri yang Alhamdulillah sudah dikaruniai dengan sepasang anak dari Allah SWT,  bagi kami sekeluarga mengasuh, mendidik dan membesarkan adalah kewajiban orang tua terhadap anak anaknya.  Prilaku anak anak yang semuanya masih dibawah usia lima tahun (balita-red) sungguh sangat unik, menggemaskan kadang polos.  Bagaimana tidak,  nyaris apa pun yang dilakukan kedua orang tua, si anak nyaris menjadi “fotokopi” kedua orang tua dari hal yang sepele sekalipun.  Anak punya kebiasaan meniru orang tuanya.

Berbohong misalnya dengan menjanjikan sang anak hadiah berupa kue keju misalnya, tentu si anak akan membuncah harapannya dijanjikan hadiah manis itu. Dan jangan lengah janji orang tua kepada anak akan ditagih, si anak mempunyai daya ingatkan yang sangat kuat kalau orang tua mereka sudah berjanji membelikan kue keju.  Jadi jangan heran kalaw anak akan terus merengek menanyakan itu. 

Bekal pendidikan agama di lingkungan keluarga, mengajari mereka perbuatan baik dengan dasar agama yang kuat Insya Allah anak anak kita tidak akan tergoda oleh bujuk rayuan narkoba sampai kepada godaan pergaulan bebas.  Itu kalaw anak laki laki? Bagaimana dengan jika anak anda perempuan? Konon sebagian besar orang tua jauh lebih concern dan kuatir terhadap anak perempuannya.  Benarkah?   Nah bagi rekan rekan yang merasa demikian kuatirnya, bisa berbagi di sini.

Sebagai penutup, saya mencoba menggaris bawahi inti dari usulan saya dalam tulisan sederhana ini adalah agar keputusan pemberian kondom gratis kepada remaja yang digadang gadang akan segera dilaksanakan oleh Jajaran Menteri Kesehatan itu sebaiknya ditunda dahulu menunggu kondisi nya kondusif dan masyarakat sudah siap dengan segala konsekuensinya.  Mari kita kembali kepada basic nya keluarga di rumah. Mari kita bentengi anak anak kita dengan bekal agama yang tangguh Insya Allah segala godaan narkoba, pergaulan bebas beserta keluarga dan sodaranya bisa mereka hindari. (Asep Haryono)
Once upon the time in March 10, 2008, at the time my wife have planned to check her pregnancy who over around 9 months at Rumah Sakit Bersalin "Jeumpa" located in Jalan Sutan Syahrir in Pontianak, the capital city of West Kalimantan.

I still remember quite well that that day is a schedule for my wife to check her pregnancy in a regular date to Dr Taufiq.

I and my wife went to the hospital around at 10.00 AM in the morning that day, and we drove with our motor bike, Honda SupraFix KB 3815 HY , with normal speed to the hospital for daily checking as our monthly routine checking for my wife's pregnancy.

After waiting for one hour, due to lots of "ibu ibu" already on the waiting list, and we came quite late that time however we have made the arrangement to meet the doctor. We both entered the doctor room and starting checking to my wife's pregnancy. "Bu Uut, I think the time to giving birth to baby will be around tomorrow early Subuh" said doctor Taufiq. We both very surprised to know the possibility to give birth to baby will come soon.

Very Touching Moments
"I suggest Bu Uut to stay here and take the room for birth processing will be on tomorrow I hope" said doctor Taufiq. I did not have the money to support my wife to take room at the hospital, and I decided to do so. Paying is another case.

We both finished checking in his room, and we both soon come to the registering desk to order a room due to my wife will be planned to give birth to a baby tomorrow subuh.

I accompanied my wife in the room at night and welcoming Subuh together. The time has come when the time showed exactly at 02.00 WIB nearly Subuh. My wife was suffering and hold her stomach for I don't know what to say. There were more than three nurses helped my wife walked through the room to surgery operation.

I asked permission to one of the nurse to accompany my wife to witness my wife's birth processing. The nurses was wondering whether I was "ready" to see anything that might happen that day including any risk, and I said "yes, I was ready to see the risk".

I came along with my wife and several nurses in the birth processing room that day.

To shorten the stories, the birth processing was running. Unfortunately I was not taking the digital camera to capture the moments of my wife is giving birth to baby. I bought my old fashion camera with me and the camera left behind at the room.

I saw many blood and many nurses helped my wife gave birth to baby.

My wife was screaming, and two of those talented nurses holded down my wife's leg and another two nurses helping in birth processing.

I was beside on my wife's head and I saw the baby was released out and crying very loudly. Yes, that day a baby born safe and sound. Syukur Alhamdulillah, one of the nurses looked at the genital part of the baby and whispered " You have had beauty baby boy". I have had a baby boy. Alhamdulillah. Awesome


One day after giving birth to baby on March 12nd, 2008, my wife and our baby boy stayed in the room together. Photo taken by Asep Haryono


Born in a normal way. Alhamdulillah. Photo by Asep Haryono


I was lucky to capture some photos during that time and I never missed the opportunity to capture some photos around the baby. Some photos taken at the front of the hospital Rumah Sakit Bersalin JEUMPA and some photos with the nurses.

Thanks To Allah SWT for this, and my wife gave birth to baby with normal way. Do you want to know how much the fees are for the baby birth processing at the Rumah sakit Bersalin "JEUMPA"?

My wife ordered another services for the baby boy such as additional food and nutrition, and the total cost were around Rp.1.975.000,- . It was quite affordable with the normal process with that amount.

Four days after the date of the baby born, I and my wife took the baby boy home with the taxi and I bought already many baby's need such as baby's hair oil, bedak bayi (baby powder), baby soap, and many baby's tool including a doll. We had Popeye doll in the room in my house.

My wife at the time ( March 2008) was still teaching TK and KB at Al Azhar located in Jalan Ahmad Yani Pontianak, and we have received many "kado", "bingkisan" and "hadiah" for my wife's teaching staff and partner from the Al Azhar. Yes we received many gifts, prizes and presentation from my friends every where.


A moment with Abbie at home March 2008. Family documentation. Photo by Rudi Maryati


We name our first baby boy with "Abbie Muhammad Furqan Haryono" which meaning something simple, Abbie = joy in Islamic way, Muhammad means because of the march in Islamic calendar was the month of Muhammad born in the world, Rabiul Awal, so we named it after the month. The Furqan means "To differentiate the good and bad things" and the last name "Haryono" is my last name, Asep Haryono

There was a little story behind the name of Abbie here. Do you know Mr Viryan Azis? I think many of you recognized mr Viryan Azis , a great man of Dompet Umat. The name "Abbie" was from Mr Viryan Azis's idea and suggestion. I requested a name to him, and he suggested the name "Abbie" for the baby. As token of appreciation , I and my wife agree with his idea, and we name our baby boy with the first name "Abbie". Thanks Mr Viryan




A short vide of Abby at Taman Fantasia Kalbar at Jalan Ahmad Yani II. The video taken at Syawal 1431 . Video taken by Asep Haryono


Ladies And Gentlemen,

Today, four years ago, a baby boy born at 12 March 2008 or 04 Rabiul Awal 1429 H at Rumah Sakit Bersalin "Jeumpa" located in Jalan Sutan Syahrir Pontianak, the capital city of Pontianak, West Kalimantan. Today's birthday is for Abbie Muhamamd Furqan Haryono.


Abbie Muhammad Furqan Haryono and his younger sister, Tazkia Montessori Putri Haryono. Photo by Asep Haryono


Abbie is now at TK and KB Al Azhar Pontianak, and he was taught by Emma and Bu Nur at the school. Abbie entered the school three times a week ; Tuesday, Thursday and Friday , and I took him drive and pick up at the school. Happy Birthday our son, Abbie Muhammad Furqan Haryono, Happy Birthday my son. Love and Hugs from Ayah and Bunda

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia