Catatan Asep Haryono

Hari ini 8 (delapan) Tahun yang lalu kami melangsungkan Pernikahan di sebuah dusun kecil yang bernama Kembang, Kabupaten Kulon Progo, sekitar 1 jam dari kota Jogjakarta.  Saat itu 11 Desember 2005 tentu saja tanggal bulan dan tahun yang selalu kami ingat.  

Masa masa yang indah Taaruf (kami tidak menganut sistim pacaran). Kemudian dilanjutkan dengan perjanjian berat (Mitsaqon Ghaliza) dimana Allah SWT menjadi saksi ikrar kami berdua. Tidak terasa waktu begitu cepar berlalu dengan amanah yang diberikan Allah SWT kepada kami berdua.  Abbi Muhammad Furqan Haryono (5 Thn) dan Tazkia Montessori Putri Haryono yang kemarin 10 Desember 2013 merayakan Ultahnya yang ke 3 Tahun.

Kalau tidak salah dalam bilangan istimewa juga ya.  Wedding Anniversary kami yang ke 8 tahun yang jatuh pada hari ini Rabu, 11 Desember 2013 sama dengan penulisan 11-12-13 ya.  Hmmm.  Sering saya dengar sih, tapi setelah dicek ternyata bilangan unik tersebut juga terjadi pada kami sekeluarga. Ini memang kebetulan saja. Tidak ada maksud apa apa. Hmmmmmmmm

 
RESMI :  11 Desember 2005 - Desa Kembang Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Jogjakarta  Foto Dokumentasi Keluarga
LENGKAP : Saya dan sekeluarga.  Foto Dokumentasi Keluarga

Bagaimana awal pertemuan kami? Dari awal silaturahmi, Ta aruf (Kami tidak menganut asas pacaran-red) hingga sekarang sudah dikaruniai anak anak , bisa diliat dari postingan lama saya di sini.    Love of My life part 1 dan Love of My Life part 2 yang sudah lama memang dipublikasikan hanya dalam platform blog yang lain. So eh jadi tidak perlu dicopy paste lagi di sini  Capek soale hiehiheiheihee. 

Bagi kawan kawan yang sekarang sedang meniti langkah ke jenjang yang lebih serius kami sekeluarga hanya bisa berdoa semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan membimbing kalian semua.  Semoga Allah SWT memuluskan jalan kawan kawan yang ingin menyegerakan menikah agar dimudahkan urusannya.  Ya Allah SWT Mudahkan urusan mereka sebagaimana ENGKAU sudah memudahkan urusan kami., Amin Amin ya Robbal Alamin(Asep Haryono)


Catatan Asep Haryono

Selama kurang lebih  5 (lima) hari dari hari Selasa sampai dengan Sabtu, anak anak berada dalam asuhan saya. Pengalaman sebagai "orang tua tunggal" atau mengambil peran sebagai "Single Parent" sudah pernah saya tuliskan dalam tulisan saya di blog yang diposting pada tanggal 8 Desember 2012 yang lalu.

 Jika tidak merepotkan kawan kawan bisa membacanya di sini.  Semuanya sudah diceritakan. So eh jadi saya tidak perlu ya untuk rewrite lagi kisah romantikanya hari ini hiehiehiehiee.   Nah kadang saat menjemput Abbie dari sekolahnya di TK Islam Al Azhar di bilangan jalan Gajah Mada harus agak siang karena Abbie harus ikut kelas Ekskul yakni Tilawatil dan Musik.

Nah saat jemput itulah nyaris selalu berdekatan dengan masuk waktu Sholat Dhuhur sekaligus masuk jam maksi alias Makan Siang. Orang kulon saya biasa disebut dengan lunch. Nah kalau saya sih seringnya malah digabung antara Makan Pagi  (Breakfast) dan Makan Siang (Lunch). Jadilah Brunch.  Hieiehiee. Saya mau tanya nih kawan kawan sering sarapan pagi nda? Konon banyak yang mengatakan makan pagi akan membuat konsumsi makan siang menjadi normal alias nda banyal  Bener nda sih?
Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Akhirnnya keinginan untuk bisa membetulkan sepeda Abbie yang sudah berbulan bulan ngejogrok (baca : terbelengkalai) di "gudang" (Hehehe padahal memang tidak ada gudang di rumah kontrakan kami-red), minggu lalu harapan itu kembali bersinar terang.

"Ayah, pagi ini bunda dan anak anak mau liat tetangga kita yang sudah lahir anak ke 3 nya, Ayah ke bengkel aja ya betulkan sepeda Abbie" pinta bunda Abbie kepada saya.   "Iya bunda siap" kata saya.  "Jangan lupa diperiksa rantainya, dan kaitan roda empatnya dicopot saja kan Abbie sudah besar, biar cepat bisa mengayuh sepeda roda dua, masak roda empat terus sampai tua nanti" kata Bundanya.

Anak tertua saya, Abbie Muhammad Furqan Haryono, atau yang biasa kami sapa dengan panggilan sehari hari dengan Abbie memang sudah lama memiliki sepeda roda empat merek WimCycle (mangap eh maaf kalaw salah tulisannya ya masbro-red). Harganya pun juga tidak kalah aduhai, namun tidak etis kalau saya sebutkan angkanya di sini. Rodanya ada 4 (empat), dan selama ini Abbie selalu "ketinggalan" jika diajak race sama kawan kawannya yang sudah lebih dahulu gowes sepeda dengan roda dua.

Nyaris Nyungsep
Akhirnya hari itu, tepatnya hari Ahad kemarin, taggal 6 Januari 2013 sekitar jamm 10.00 WIB pagi saya pun "menenteng" sang sepeda menuju sebuah bengkel sepeda yang cukup kondang di wilayah PIL.  PIL ini bukan kepanjangan dari "Pria Idaman Lain" ya, tapi "Pondok Indah Lestari" yakni sebuah komplek perumahan di daerah Kabupaten Kubu Raya>

Idealnya "membopong" sang sepeda roda empat ini perlu 2 (dua) orang ya. Satu yang memegang kemudi kendaraan (motor), yang satu lagi dibelakang memegang sang sepeda. Yah mirip mirip nenteng Kambing yang mau dikurbankan gitu deh. Hihehiee.  Saya jadi ingat waktu beli Kambing untuk qurban pada bulan Oktober 2012 yang lalu, saya sendiri yang nyetir, dan anak istri dibelakang saya pegangan megang si kambing hiheiheiheiee.
 
NUNGGING : hiehihee ini sepeda sampai ditunggingkann sama mamang bengkelnya karena mau dibetulkan rem depannya. Yuk mareee. Foto Asep Haryono
NGINTIP :  Wah abang tukang sepedanya melirik ke saya saat lensa kameranya ini diarahkan kepadanya.  Lirik nih yee.  Belum pernah liat orang ganteng moto ya bang? Foto Asep Haryono
SEDERHANA : Honda saya diparkir pas di depan bengkel Sepedanya. Saat sepeda dibetulkan saya  makan mie tiaw di kedai yang ada di depan bengkel ini. Sayang sekali yang jualan mie tiawnya belum siap. Foto Asep Haryono

Karena anak istri sedang ke rumah tetangga nengok lahiran, saya sendiri yang praktis "memboyong" sang sepeda yang masih beroda 4 (empat ini bak menenteng Kambing hiheiheie.  Agak sulit memegang stang motor HONDA saya (bukan IRON MAN yang biasa saya pake-red) karena letak stang sepeda agak sedikit "menganggu" kemudi stang motor saya.

Alhasil saat mau belok tikungan nyaris nyungsep ke got karena stang kemudi motor  tidak bisa dibelokkan ke kiri karena terhalang stang sepeda. Hihehheiheiee. Untung aja kaki masih gape pejak pedal rem. Kalau nda sempat ya beneran nyungsep ke got barengan sama motor dan sepedanya. Akbirnya dengan perjugan gagah berani akhirnya sampai juga saya di bengkel sepedanya.

Ngutang Dulu
Dari rumah saya "hanya" dibekali budget yang pas pasan (seperti biasalah saya nda nyaman nyebutkan angka di sini-red) buat just in case (jaga jaga-red) jika ada biaya.  Ya sudahh pastilah ada biaya jaman sekarang mana ada yang gratis keculai eh kecuali ngebengkel sendiri hiehiehiehiee.  Tadinya sih niatnya cuma minta roda rantainya dibersihkan biar nda macet sekalian "ngilangin" dua wing roda kiri dan kanannya sehingga jadi sepeda roda 2.

Nyata setelah sang sepeda di"bedah" sama tukangnya budgetnya jadi "membengkak" karena sang rantai sudh berkarat jadi harus diganti baru, selain itu juga rem depan dan belakang sepeda Abbie sudah rusak parah sehingga perlu diganti baru sesuai sarannya pak tukang sepeda. "Rantainya sudah karat nih bang, ganti baru ya, juga rem depan dan belakangnya juga total semuanya Rp.xx.xxxx" kata tukang sepedanya. Huaaaaaaaaa budgetnya nda cukup ooo.

Ya udah deh diambil aja yang penting Abbie bisa ceria dengan sepedanya yang sudahh masuk PIT itu dan bisa difungsikan kembali seperti sedia kalanya.  Lah bagaimana dengan pembayarannya?. saya waktu itu tidak bawa dompet selain "bekal" yang diberikan bunda Abbie dari rumah. Walahsil dengan diplomasi ala Menlu akhirnya boleh ngutang dulu. hiehiheiee. Setelah sepeda clear semuanya, barulah saya boyong ke rumah.  Bagaimana dengan utangnya mas bro Oh tentu saya balik lagi ke bengkel itu dan menyelesaikan kekurangan biayanya.  Hebat bisa ngutang. (Asep Haryono)

Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Bagi yang sudah memiliki putera atau puteri (baca : anak) tentu ada keinginan setiap orang tua untuk memanjakan anak anaknya (putra putrinya). Namun saya pribadi tidak selalu memanjakan anak anak dengan sifatnya kebendaan atau materi.

Bisa mengajak mereka jalan jalan wisata kuliner, berenang di kolam renang (Padahal yang namanya berenang kan bisa dimana aja ya tidak harus dikolam renang), atau sekedar duduk duduk di depan rumah sore hari. Hal hal seperti ini sudah lebih dari cukup bagi saya. Apalagi jika ada kesempatan untuk membelikan mainann buat anak anak, tentu adalah hal yang lain.

Anak tertua saya, Abbie Muhammad Furqan Haryono, atau yang biasa kami sapa dengan panggilan sehari hari dengan Abbie juga sering merengek minta dibelikan mainan kesukaannya. Sepanjang yang kami amati, memang umur anak akan menentukan jenis permainan atau mainannya. Saat dia masih sekitar usia 1 (satu) tahun kegemarannya akan mobil truk sangat dominan.  Kini diusianya yang hampir 5 (lima) Tahun Maret 2013 ini kecenderungannya berubah, orientasi mainannya tidak lagi mobil tetapi sudah mengincar "mainan" elektronik.

Rawan Mengundang Kejahatan
Sebenarnya dari usia Abbie yang masih di "kisaran" usia 5 (lima) Tahun belum waktunya diberikan "mainan" canggih ber Teknologi terbaru seperti BB (bukan Bau Badan loch-red), atau bahkan Komputer Tablet sepertii Ipad yang baru dibelikan oleh bunda Abbie beberapa minggu yang lalu. Bahkan untuk HP (handphone) yang jadul tralala pun sebenarnya kami masih belum "berkenan".  Mungkin kelak jika usianya sudah cukup, dan Abbie sudah bisa membaca tentu akan berbeda.

Sebenarnya sudah banyak yang menulis dampak positif dan negatif anak dibekali "mainan" canggih seperti ini karena selain masih terlalu dini, sebagian kalangan justru mendukungnya. Kata mereka (bukan katanya mas Rudy Arra hiheihiehiehe-red) anak anak usia Dini sudah waktunya diperkenalkan dengan dunia teknologi.  Nah saya aja jadi bingung juga, karena saya toh orang biasa saja dan bukan pakar pendidikan anak. 

7 INCI : Inilah "mainan" baru Abbie difoto untuk dokumentasi.  Mohon mangap eh maaf ada produk sponsor di sini.Hiehiheie harusnya mereka bayar ke saya karena produknya ikut nimbrung. Sekedar buat perbandingan ukuran fisiknya dengan benda lain.  Foto Asep Haryono

Baru baru ini salah seorang tetangga (jiran) saya, beda blok saja, anaknya dijambret (stolen) oleh orang yang tidak dikenal ketika sang anak bermain main di depan rumahnya. Informasi yang saya dengar dari para tetangga adalah sang anak (diduga masih seusia Abbie) bermain BB di depan rumahnya ketika tiba tiba ada dua orang pengendara motor yang merampas BB yang digenggam sang anak. They stole the boy's BB very quickly.  Ini kata para saksi mata yang melihat langsung kejadian itu.  Hmmmm seyemm juga yah kalau begini.


Abbie.  Foto Asep
Hanya Keadaan Darurat
Pada prinsipnya ini "mainan" bukanlah untuk main main, dalam artian Bunda Abbie maunya sih buat hiburan karena dalam "kotak ajaib" itu banyak diinstall game game kesukaan Abbie seperti Game si "burung Pemarah" atau "Angry Bird" dan lain sebagainya. 

Kalau dilihat dari fungsi "mainan" baru Abbie ini sangat disayangkan kalau hanya dipakai buat ngeGame saja karena tidak sebanding dengan harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan "mainan" ini.

Jadi saya dan bunda Abbie berdiskusi terbuka dan membuka dialog bersama sebelum "mainan" baru ini hand over (diserahkan-red) kepada Abbie. Hasil diskusi saya dan bunda Abbie akhirnya diperoleh beberapa MoU (Memorandum Of Understanding) atau Nota Kesepahaman antara lain bahwa ini bukanlah "mainan" biasa yang pantas dimainkan oleh anak seusia Abbie yang saat ini masih di TK. Ipad is not a toy for children actually

Jadi Abbie masih boleh menggunakan "mainan" ini untuk bermain Game  saja.  Memang secara tampilan jauh lebih menarik dari main Game di Personal Computer (PC) atau NoteBook milik bundanya karena format 3D nya itu, selain itu praktis alias portable, bisa ditenteng ke mana mana. Di luar itu "mainan" ini akan dipegang saya, ayahnya. 

TES : Saya mentes di rumah dengan mengakses Blog Bang Zachflazz dengan poisi vertikal. Foto Asep Haryono
HORIZONTAL  : Tampilan blognya Mas Rudy Arra pada  poisi Horizontal. Foto Asep Haryono

Saya sendiri santai saja dengan "mainan" ini karena untuk urusan Ngenet doangan bukan hal istimewa menggunakan "mainan" seperti ini.  Untuk tampilan screen memang lebih puas jika menggunakan PC, Laptop berlayar besar sekitar 10 inch atau ngenet di kantor yang akses internetnya berkecepatan tinggi itu (bisa sekitar 7 Mpbs-red). 

Selain itu ada fasilitas WIFI atau Hotspot dimana mana jadi untuk membeli Modem + Pulsa nya masih belum perlu.  Toh di rumah juga sudah ada LAN yang aksesnya 24 jam.  Jadi biarpun "mainan" ini ada di rumah, tidak akan dipakai sama sekali. Jadi biarlah untuk Abbie ngeGame saja.

Hanya saja "mainan" ini akan terasa manfaatnya untuk "membunuh waktu" saat menunggu Abbie di sekolah. Sambil meuunggu jam pulang toh saya masih bisa mengisi waktu dengan membaca baca berita dari "mainan" ini. Nah pada momen momen seperti inilah baru MODEM + pulsa ngenetnya akan bermanfaat.  Nah kira kira inilah yang saya maksudkan untuk keadaan darurat saja. (Asep Haryono)
Catatan Asep Haryono

Sudah bukan rahasia lagi semua makhluk hidup memerlukan air bersih sebagai penghidupan begitu pula dengan manusia juga sangat memerlukan air bersih dan sehat untuk berbagai keperluan hidup yang utama seperti untuk minum sehari hari, keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan juga untuk keperluan lainnya yang tidak kalah pentingnya.

Kebutuhan akan tersedianya air bersih di perkotaan misalnya, dalam skala nasional, sudah merambah dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di kota Jakarta saja misalnya yang sudah mencanangkan untuk bekerja sama dengan Propinsi Banten dalam hal penyediaan air bersih. Bayangkan saja untuk urusan air saja sudah lintas wilayah.


Untuk wilayah di kota Pontianak sendiri pada khususnya, dan seluruh kota di propinsi Kalimantan Barat pada umumnya juga sangat memerlukan tersedianya air bersih.  Bagaimana rasanya jika air bersih yang menjadi kebutuhan primer masyarakat itu menjadi langka? Apa yang seharusnya kita lakukan jika menghadapi kelangkaan air bersih yang sangat penting bagi masyarakat tersebut?
Derita Kekurangan Air
Tidak perlu membahas terlalu jauh sampai urusan dua kota besar yang bekerja sama dalam penyediaan air bersih seperti DKI Jakarta dan Banten yang sudah saya sebutkan di atas, saya sendiri sudah merasakan betapa sengsaranya jika (hidup) tanpa ada air bersih untuk keperluan sehari hari di rumah kontrakan saya di komplek Duta Bandara Supadio propinsi Kalimantan Barat.  Jika pasokan air dari PDAM macet atau terhenti mengalir satu hari saja sudah sangat menyengsarakan keluarga saya. 

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Apakah karena saya sering telat membayar tagihan PDAM yang setiap bulannya sekitar Rp.53.500,- (Lima Puluh Tiga Ribu Lima Ratus Rupiah) itu sehingga pasokan air bersih ke rumah saya menjadi terganggu atau dimacetkan? Tentu saja saya tidak berpikiran rendah seperti itu.  Tetangga saya di komple yang raji membayar setiap bulan pun juga sering mengalami masalah yang sama dengan saya. Air PDAM sering tidak lancar. Kalau sudah begini, yang jadi "korban" tidak saja orang tua, bahkan anak anak pun juga merasakan.
Gambar dari TribunNews
Adanya rencana Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk memberikan alat kontrasepso Kondom terhadap kalangan remaja baru baru ini menimbulkan pro dan kontra yang sangat hebat.

Berbagai pemuka masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh agama, hingga kepada politisi menyebut rencana tersebut kurang mendidik, tidak pancasila dan bahkan disebut sebagai rencana yang tidak mengindahkan norma norma agama karena dianggap melegalkan perbuatan maksiat.

Sebenarnya bagaimana jalan tengah menangani persoalan seperti ini? Ada dua sisi yang seharusnya menjadi perhatian kita bersama yakni sisi moral kepatutan dan juga sisi anak didik dalam hal ini generasi muda kita, pelajar, masa depan bangsa Indonesia. Kepentingan mana yang harus kita prioritaskan kaitannya dengan rencana pemberian alat kontrasepsi kondom kepada remaja tersebut. Mari kita coba cari pemecahannya. Tentu saja pemecahan ala Asep Haryono tentunya. Hehehe. Sok tau dot com.

Perlu Pengawasan
Memang ini persoalan yang rumit dan banyak factor yang harus diperhatikan sebelum rencana pemberian gratis kondom kepada remaja itu benar benar dilaksanakan.  Sebelum kita melangkah lebih jauh terhadap sisi positif dan negatif rencana pemberian kondom secara gratis kepada remaja,  anda akan saya coba menelaah contoh sederhana yang saya coba saya bawakan di sini.  Anda tau pisau?   Bukankah pisau dengan mudah anda temukan di pasar tradisional, pasar modern hingga kepada mal di seluruh Indonesia?. Apakah manfaat dari pisau tersebut?

Ibu ibu pada sontak menjawab ya tentu saja pisau itu digunakan untuk keperluan dapur, untuk memotong sayuran, buah buahan, daging dan juga tempe. Bahkan pisau juga bisa digunakan untuk keperluan lain seperti memotong kue, memotong kertas untuk kebutuhan anak didik kita di sekolah dan lain sebagainya.

Banyak manfaatnya. Tapi coba kita ingat bahwa benda tersebut juga bisa dipakai untuk membunuh?. Nah kaget bukan?. Alat yang sederhana sekalipun, tidak harus pisau, seperti tali plastik (tali rapiah-red) juga bisa dipakai untuk menjerat leher orang sampai tewas.  Mengerikan bukan?

Jadi dari contoh sederhana di atas bisa kita lihat dan perhatikan dengan seksama adalah yang berperan “man behind the gun” artinya manusia jugalah yang menentukan untuk apa dan untuk digimanakan suatu alat diciptakan.  Mungkin agak ekstrim kalaw saya bandingkan dengan prilaku satwa atau hewan misalnya seekor ayam.

Coba anda hunuskan atau acungkan pisau yang anda beli tadi kepada seekor ayam. Apa yang terjadi? Bisa jadi anda dipatok sang Ayam, atau malah ayamnya cengar cengir karena ayam tidak punya akal.  Coba kalaw hal serupa anda hunuskan kepada manusia, bisa jadi manusia tadi tunggang langgang lari ketakutan.   Akal atau otak manusia jugalah yang menentukan untuk apa suatu alat atau inovasi itu diciptakan.

Benar kata Pak Aswandi, pakar pendidikan itu bahwa seperti fenomena “gunung es” saja persoalan yang menghimpit generasi muda sekarang ini.  Tayangan televisi yang banyak menonjolkan aspke kebendaan yang kurang baik, internet dengan segala tayangan pornographinya yang sampai sekarang sulit dibendung, bahaya tawuran pelajar, narkoba, trafficking, dan segudang masalah siap menghantam generasi muda kita.  Apa upaya kita mencegah, menangkal kalaw perlu membasmi ancaman ancaman itu?

Kalau dulu yang namanya Narkoba dianggap barang mewah, barang mahal yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berduit saja, tapi sekarang tidak lagi.  Kaum papa dan remaja di pelosok pedesaan sekalipun kini juga memakai narkoba. Darimana mereka memperoleh barang haram tersebut?  Pake uang mereka sendiri nyaris tidak mungkin.  Yang paling masuk akal adalah mereka menjadi “kurir” dan sebagai upah untuk “misi” berbahaya tersebut mereka mendapatkan sample gratis. Nah nah masuk logika bukan?

Pergaulan Bebas Sulit Dibendung
Penyakit menular seksual (atau lazim disebut dengan sebutan PMS-red) memang harus dicegah penyebar luasannya dengan segala cara kalau perlu.  Begitupula dengan HIV/AIDS juga harus kita basmi sampai ke akar akarnya, dan penyebarannya juga harus kita cegah agar tidak terlalu meluas ke dimensi kehidupan lain dari bangsa ini. Nah upaya pemberian kondom secara free alias gratis ini juga dipandang sebagai cara yang jitu , langsung ke akar masalahnya, agar penyebaran HIV/AIDS atau PMS bisa dicegah.

Sebagai kalangan mendukung terobosan luar biasa ini, karena menurut mereka penyakit maut semacam AIDS tidak dapat dicegah hanya dengan ceramah agama di (maaf) lokalisasi, karena jika sudah menjadi budaya dengan latar belakang ekonomi (kemiskinan-red) menjadi pendukungnya, prilaku seks bebas tidak bisa dipadamkan.  Orang perlu makan, dan kemiskinan absolut dituding menjadi factor pendorong orang mencari uang dengan cara yang praktis dan prakmatis.  Menjadi pekerja sex. 

Mari bermain logika.  Seorang karyawan saja harus menunggu sampai 1 bulan untuk bisa menghasilkan Rp.300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah) misalnya. Ini Contoh saja maaf.  Artinya si karyawan tersebut mendapatkan uang makan sebesar Rp.10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) satu hari.  Jadi 1 hari @ Rp.10.000,- x 30 hari = Rp.300.000,-.

 Nah itung itungan matematika ini sederhana sekali.   Jadi kesimpulannya seorang karyawan bisa memperoleh 300 ribu rupiah harus menunggu sebulan. Tapi bagi seorang pekerja sex cukup dengan memberikan layanan kamar 1 jam saja bisa lebih dari itu.  Jadi  para pekerja sex ini berpotensi meraup pundi pundi uang dengan cepat.  Kalaw dia saja bisa menghasilkan 300 ribu hanya dalam 1 jam saja, bisa dibayangkan penghasilannya selama 1 bulan yang bisa mencapai angka fantastis  9 juta rupiah. 

Dengan demikian jika alasan kemiskinan absolut menjadi penyebab seseorang menjadi seorang pekerja sex bisa saja dia tidak akan tunduk pada ceramah agama yang konon disebut sebut banyak menekankan dosa dan pahala itu.   Jadi lebih baik cegah saja penularan penyakitnya ketimbang harus memaksa mereka berhenti dari profesi mereka.  Tapi apakah seperti itu konteks permasalahannya.  Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?   Dengan Sex Education?  Wah wah saya kurang paham, saya bukan ahli pendidikan, jadi tidak usahlah saya membahas soal itu.   Atau dengan penertiban alias pada ditangkapin saja mereka, lalu dimasukkan ke dalam panti rehabilitasi?  Begitu?

Banyak pengalaman menyebutkan beberapa dari “alumni” Panti Rehabilitasi kembali ke profesi semulanya di jalan jalan.  Hal ini yang membuat pemda setempat pusing empat belas keliling (bukan tujuh lagi-red) bagaimana mengatasi agar mereka tidak kembali ke profesi semulanya.  Jadi bagaimana donk?  Apa kita izinkan saja pemberian kondom gratis ini kepada mereka?    Kalau perlu didata siapa siapa saja yang mendapatkan “souvenir” tersebut agar bisa terpantau.  Begitu kah?

 Kembali kepada Keluarga
Saya punya usul saja,bagaiamana kalaw rencana Menteri Kesehatan yang ingin membagikan alat kontrasepsi Kondom kepada para remaja itu ditunda saja, sambil menunggu situasi yang kondusif , dingin dan telah mendapatkan masukan dari berbagai kalangan termasuk dari kalangan dunia pendidikan dan pemuka semua agama.  Mengapa dari semua agama, karena saya yakin tidak ada satu agama pun di Indonesia yang “merestui” pergaulan sex bebas. 

Ilustradi dari Internet
Mengapa harus ditunda?  Daripada bangsa ini kembali terpecah pecah karena isu yang satu ini bisa dianggap orang sebagai pengalihan isu dari masalah pelik lainnya yang masih “menggantung” untuk segera diselesaikan seperti kasus Lumpur Lapindo, Korupsi BLBI, dan seabrek lainnya. 

Biarlah urusan itu menjadi urusan para petinggi dan pejabat pemerintah kita yang pusing mencari pemecahannya, nah bagaimana dengan kita sendiri? Marilah kita kembali kepada keluarga. Back to our family. 

Mengapa harus kembali kepada keluarga?  Berkaca pada pengalaman sendiri yang Alhamdulillah sudah dikaruniai dengan sepasang anak dari Allah SWT,  bagi kami sekeluarga mengasuh, mendidik dan membesarkan adalah kewajiban orang tua terhadap anak anaknya.  Prilaku anak anak yang semuanya masih dibawah usia lima tahun (balita-red) sungguh sangat unik, menggemaskan kadang polos.  Bagaimana tidak,  nyaris apa pun yang dilakukan kedua orang tua, si anak nyaris menjadi “fotokopi” kedua orang tua dari hal yang sepele sekalipun.  Anak punya kebiasaan meniru orang tuanya.

Berbohong misalnya dengan menjanjikan sang anak hadiah berupa kue keju misalnya, tentu si anak akan membuncah harapannya dijanjikan hadiah manis itu. Dan jangan lengah janji orang tua kepada anak akan ditagih, si anak mempunyai daya ingatkan yang sangat kuat kalau orang tua mereka sudah berjanji membelikan kue keju.  Jadi jangan heran kalaw anak akan terus merengek menanyakan itu. 

Bekal pendidikan agama di lingkungan keluarga, mengajari mereka perbuatan baik dengan dasar agama yang kuat Insya Allah anak anak kita tidak akan tergoda oleh bujuk rayuan narkoba sampai kepada godaan pergaulan bebas.  Itu kalaw anak laki laki? Bagaimana dengan jika anak anda perempuan? Konon sebagian besar orang tua jauh lebih concern dan kuatir terhadap anak perempuannya.  Benarkah?   Nah bagi rekan rekan yang merasa demikian kuatirnya, bisa berbagi di sini.

Sebagai penutup, saya mencoba menggaris bawahi inti dari usulan saya dalam tulisan sederhana ini adalah agar keputusan pemberian kondom gratis kepada remaja yang digadang gadang akan segera dilaksanakan oleh Jajaran Menteri Kesehatan itu sebaiknya ditunda dahulu menunggu kondisi nya kondusif dan masyarakat sudah siap dengan segala konsekuensinya.  Mari kita kembali kepada basic nya keluarga di rumah. Mari kita bentengi anak anak kita dengan bekal agama yang tangguh Insya Allah segala godaan narkoba, pergaulan bebas beserta keluarga dan sodaranya bisa mereka hindari. (Asep Haryono)
Once upon the time in March 10, 2008, at the time my wife have planned to check her pregnancy who over around 9 months at Rumah Sakit Bersalin "Jeumpa" located in Jalan Sutan Syahrir in Pontianak, the capital city of West Kalimantan.

I still remember quite well that that day is a schedule for my wife to check her pregnancy in a regular date to Dr Taufiq.

I and my wife went to the hospital around at 10.00 AM in the morning that day, and we drove with our motor bike, Honda SupraFix KB 3815 HY , with normal speed to the hospital for daily checking as our monthly routine checking for my wife's pregnancy.

After waiting for one hour, due to lots of "ibu ibu" already on the waiting list, and we came quite late that time however we have made the arrangement to meet the doctor. We both entered the doctor room and starting checking to my wife's pregnancy. "Bu Uut, I think the time to giving birth to baby will be around tomorrow early Subuh" said doctor Taufiq. We both very surprised to know the possibility to give birth to baby will come soon.

Very Touching Moments
"I suggest Bu Uut to stay here and take the room for birth processing will be on tomorrow I hope" said doctor Taufiq. I did not have the money to support my wife to take room at the hospital, and I decided to do so. Paying is another case.

We both finished checking in his room, and we both soon come to the registering desk to order a room due to my wife will be planned to give birth to a baby tomorrow subuh.

I accompanied my wife in the room at night and welcoming Subuh together. The time has come when the time showed exactly at 02.00 WIB nearly Subuh. My wife was suffering and hold her stomach for I don't know what to say. There were more than three nurses helped my wife walked through the room to surgery operation.

I asked permission to one of the nurse to accompany my wife to witness my wife's birth processing. The nurses was wondering whether I was "ready" to see anything that might happen that day including any risk, and I said "yes, I was ready to see the risk".

I came along with my wife and several nurses in the birth processing room that day.

To shorten the stories, the birth processing was running. Unfortunately I was not taking the digital camera to capture the moments of my wife is giving birth to baby. I bought my old fashion camera with me and the camera left behind at the room.

I saw many blood and many nurses helped my wife gave birth to baby.

My wife was screaming, and two of those talented nurses holded down my wife's leg and another two nurses helping in birth processing.

I was beside on my wife's head and I saw the baby was released out and crying very loudly. Yes, that day a baby born safe and sound. Syukur Alhamdulillah, one of the nurses looked at the genital part of the baby and whispered " You have had beauty baby boy". I have had a baby boy. Alhamdulillah. Awesome


One day after giving birth to baby on March 12nd, 2008, my wife and our baby boy stayed in the room together. Photo taken by Asep Haryono


Born in a normal way. Alhamdulillah. Photo by Asep Haryono


I was lucky to capture some photos during that time and I never missed the opportunity to capture some photos around the baby. Some photos taken at the front of the hospital Rumah Sakit Bersalin JEUMPA and some photos with the nurses.

Thanks To Allah SWT for this, and my wife gave birth to baby with normal way. Do you want to know how much the fees are for the baby birth processing at the Rumah sakit Bersalin "JEUMPA"?

My wife ordered another services for the baby boy such as additional food and nutrition, and the total cost were around Rp.1.975.000,- . It was quite affordable with the normal process with that amount.

Four days after the date of the baby born, I and my wife took the baby boy home with the taxi and I bought already many baby's need such as baby's hair oil, bedak bayi (baby powder), baby soap, and many baby's tool including a doll. We had Popeye doll in the room in my house.

My wife at the time ( March 2008) was still teaching TK and KB at Al Azhar located in Jalan Ahmad Yani Pontianak, and we have received many "kado", "bingkisan" and "hadiah" for my wife's teaching staff and partner from the Al Azhar. Yes we received many gifts, prizes and presentation from my friends every where.


A moment with Abbie at home March 2008. Family documentation. Photo by Rudi Maryati


We name our first baby boy with "Abbie Muhammad Furqan Haryono" which meaning something simple, Abbie = joy in Islamic way, Muhammad means because of the march in Islamic calendar was the month of Muhammad born in the world, Rabiul Awal, so we named it after the month. The Furqan means "To differentiate the good and bad things" and the last name "Haryono" is my last name, Asep Haryono

There was a little story behind the name of Abbie here. Do you know Mr Viryan Azis? I think many of you recognized mr Viryan Azis , a great man of Dompet Umat. The name "Abbie" was from Mr Viryan Azis's idea and suggestion. I requested a name to him, and he suggested the name "Abbie" for the baby. As token of appreciation , I and my wife agree with his idea, and we name our baby boy with the first name "Abbie". Thanks Mr Viryan




A short vide of Abby at Taman Fantasia Kalbar at Jalan Ahmad Yani II. The video taken at Syawal 1431 . Video taken by Asep Haryono


Ladies And Gentlemen,

Today, four years ago, a baby boy born at 12 March 2008 or 04 Rabiul Awal 1429 H at Rumah Sakit Bersalin "Jeumpa" located in Jalan Sutan Syahrir Pontianak, the capital city of Pontianak, West Kalimantan. Today's birthday is for Abbie Muhamamd Furqan Haryono.


Abbie Muhammad Furqan Haryono and his younger sister, Tazkia Montessori Putri Haryono. Photo by Asep Haryono


Abbie is now at TK and KB Al Azhar Pontianak, and he was taught by Emma and Bu Nur at the school. Abbie entered the school three times a week ; Tuesday, Thursday and Friday , and I took him drive and pick up at the school. Happy Birthday our son, Abbie Muhammad Furqan Haryono, Happy Birthday my son. Love and Hugs from Ayah and Bunda

Dalam hitungan beberapa minggu ke depan lagi tahun 2011 akan segera kita tinggalkan dengan sejunlah catatan penting terutama bagi diri saya sendiri kaitannya dengan aktifitas saya sehari hari dan juga keluarga di rumah. Beberapa catatan yang akan saya ceritikan secara singkat di sini adalah agenda yang belum dapat diselesaikan dalam waktu tahun 2011 yang akan berakhir dalam beberapa minggu ini.

Sengaja saya buat catatan mini ini sebagai pengingat diri ini untuk tidak mengulangi kesalahan dan kekeliruan yang sama pada tahun yang akan datanng. Sebenarnya manusia memang gudangnya salah, namun bukan berarti pembenaran melakukan kesalahan hanya beralasan kita adalahh manusia yang tidak sempurna. Memang benar manusia tidak sempurna, tapi kita bisa bersikap dan berbuat yang terbaik dengan cara yang sempurna, dan itu boleh saja dilakukan untuk kebaikan. Baiklah untuk mempersingkat waktu saya akan ceritakan

Beramal dan Bersodakoh
Nah salah satu agenda yang jarang atau kurang banyak saya lakukan dalam tahun 2011 ini adalah kegiatan amal ibadah dan juga sedekah atau sodakoh dengan harta yang saya miliki. Walaupun kita smua tau yang namanya sedekah atau sodakoh tidak selalu dengan harta. Hal yang sepele sekalipun seperti memberikan senyum kepada orang lain, mengucapkan salam, dan bahkan menyingkiran onak dan duri di jalanan pun bisa dianggap sebagai sedekah. Sedekah yang baik bukan dilihat dari banyaknya materi yang disumbangkan kepada orang lain, namun lebih jauh dari itu adalah sedekah yang berasal dari niat yang tulus di hati sanubari kita masing masing. Sedekah dengan amal harta itu baik, dan sedekah dengan memberikan bantuan dan tenaga yang membutuhkan juga baik. Amal ibadah sodakoh yang berawal dari niat yang tulus dan suci Insya Allah akan menghasilkan sesuatu yang baik juga.

Saya berharap banya ditahun yang mendatang ini, tahun 2012, adalah tahun kesempatan lagi buat saya untuk bisa melakukan akfititas mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga amal ibadah lainnya yang bermanfaat buat umat. Memang terdengar agak klise dan abdsur, bermanfaat untuk umat, namun setidaknya saya sudah ada niat yang dalam untuk bisa melakukan aktifitas ibadah yang lebih tenang, dan juga amal ibadah yang lainnya di masa yang akan datang ini, dan ini sudah menjadi tekad saya untuk benar benar dilaksanakan dan tidak sebatas teori semata saja yang selama ini saya rasakan. Selain itu juga saya masih memiliki cita cita yang terpendam yang sudah lebih dari 5 tahun tertunda tunda selalu karena berbagai aktifitas saya yang semakin intens saja beberapa tahun terakhir ini. Yah namanya juga hidup bermasyarakat tentu tidak akan terlepas dari yang namanya masalah, nah justru dengan masalah itu pula kita semua akan menjadi matang, dewasa dalam berpikir dan lebih bijaksana dalam bertindak. Itu yang saya mau sekarang.




Tanggal 4 Desember 2011 kemarin bagi kami sekeluarga adalah tanggal yang cukup mengharukan terutama kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan anak anak. Mengapa cukup mengharukan ya karena anak anak kami, Tazkia dan Abbie, harus segera "angkat kaki" dari rumah pengasuhannya selama ini dikeluarga Pak Muhyar. Kami memang mempercayakan pengasuhan tambahan anak anak dengan keluarga itu sejak anak kami yang pertama Abbie masih berusia 8 (delapan) bulan. Keadaan sekarang sudah berubah, dimana Abbie sudah berusia hampir 3 (tiga) tahun, dan adiknya, Tazkia, hampir mencapai usia 1 (satu) tahun. t

Antara kami dengan mereka memang satu komplek yang sama yang tinggal di komplek Duta Bandara Permai yang terletak di kawasan Ahmad Yani 2 Supadio itu. Salah satu pemicunya adalah keinginan sang "bu care" yang meminta secara sepihak kenaikan "honor" pengasuhan anak anak sebesar Rp.150.000,- (Seratus ribu rupiah), sehingga kalaw ditotal biaya yang harus kami keluarkan untuk "tarif baru" ini adalah sebesar Rp.750.000,- (Tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dari kisaran normalnya yang Rp.600.000,- (Enam ratus ribu rupiah) itu. Tak pelak usulan kenaikan baru ini membuat kami tersentak, wajar sekaligus kaget. Apa pertimbangannya sampai menuntut kenaikan tersebut?

Wajar Saja Kenaikan
Ditengah derasnya kenaikan kebutuhan sehari sehari dewasa ini kenaikan apapun itu masih dianggap wajar, dan bahkan memang seharusnya naik. Usulan kenaikan sebesar yang diminta secara sepihak oleh ibu pengasuh sebesar Rp.150.000,- (Seratus ribu rupiah) itu juga masih kami anggap wajar dari sisi kenaikannya. Ya memang apa apa serba mahal sekarang, dan semua orang tau itu. Namun dari segi EKONOMI, terus terang saja angka kenaikan itu "tidak kena" di hati kami, dan kami sekeluarga merasa keberatan. Sehingga kalaw ditotal biaya yang harus kami keluarkan untuk "tarif baru" ini adalah sebesar Rp.750.000,- (Tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dari kisaran normalnya yang Rp.600.000,- (Enam ratus ribu rupiah) itu. Tak pelak usulan kenaikan baru ini membuat kami tersentak, wajar sekaligus kaget. Apa pertimbangannya sampai menuntut kenaikan tersebut? itu yang kami tanyakan kepada mereka. Mereka pun sudah diberitahu bahwa keadaan kami sekeluarga memang tidak "semewah" penampilan kami sehari hari, dan ternyata kami sekeluarga juga masih menanggung banyak hutang.

Kasus yang pernah menimpa kami sekeluarga, dengan ditipunya kami dalam urusan tanah sebesar Rp.25.500.000,- (Dua puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) beberapa tahun yang lalu juga masih menyisakan persoalan bagi kami sekeluarga di mana kami juga masih harus menanggung beban hutang Bank Kalbar itu hingga beberapa tahun ke depannya. Belum lagi dengan pengeluaran rutin dan sifatnya tetap keluarga lainnya seperti pengeluaran untuk dapur, susu, pempes, bedak dan lain sebagainya, Kondisi keuangan kami saat ini memang masih jauh dari sebutan "Established" atau "steady" alias stabil atau mapan. Memang dari pandangan dari luar sih enak saja ya karena kami memang sama sama bekerja, saya sebagai salah satu karyawan swasta di salah satu perusahaan media cetak, sedangkan istri sebagai Pegawai Negeri Sipil dan mengajar di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Kubu.

Saat saya menyambangi keluarga itu kemarin (hari Ahad 4 Desember 2011, sekitar jam 18.30) memang terjadi dialog antara saya dengan keluarga Pak Muhyar. Saya yang memang dipercaya istri menjadi duta atau wakil keluarga menyampaikan keberatan dengan kenaikan tersebut dan menyampaikan keinginan untuk "menarik" anak anak dari pengasuhan mereka selama ini. Sontak keinginan kami ini disambut dengan keterkejutan mereka juga, bahkan sang bu care yang menjadi titik sentral kenaikan ini pun sempat meneteskan air mata. Saya sih santai saja menanggapinya dan saya bisa melihat masih ada sisi baik dari kedua orang tua ini terhadap anak anak kami, dan kami menyadari kasih sayang dan cinta mereka terhadap anak anak masih ada. Itu menjadi bahan pertimbangan kami dalam memutuskan keputusan ini.

Sebenarnya sayang juga kami dengan keluarga pak Muhyar yang sudah kami percayakan menjadi pengsuhan tambahan bagi anak anak sejak kira kira 3 (tiga) tahun yang lalu. Saat anak kami pertama, Abbie, masih berusia 8 (delapan) bulan sudah dipercayakan diasuh mereka. Selain memang jaraknya dekat dengan rumah (karena memang satu komplek), keluaga pak Muhyar kami nilai sangat familiar dengan anak anak, dan menganggap anak anak sebagai anak mereka juga. Namun keputusan sudah kami ambil, dan dalam penilaian bunda (sebutan untuk stri saya-red) yang memang mempunyai latar belakang sebagai guru TK Al Azhar itu mempunyai pertimbangan lain. Anak anak yang memang sudah beranjak besar, terutama Abbie, memang memerlukan suasana baru dari yang selama ini hanya menatap orang yang "itu itu" saja, menjadi berbeda semuanya. Kami sedang survey lembaga Penitipan anak yang baik dan islami sebagai tempat pengasuhan yang baru bagi Abbie kelak, sedangkan adiknya Tazkia yang hampir satu tahun ini kembali kepangkuan pengasuhan ibu kandungnya.


Hari ini hari Kamis tanggal 17 November 2011 pada pagi hari saya mengantar keluarga ku berkunjung ke Puskesmas yang ada di Jalan Ahmad Yani Supadio Pontianak, dalam rangka mengantar anak anak saya dan juga istri tercinta. Kami sekeluarga memang sedang kurang fit, dan anak anak terkena flu ringan, dan juga batuk batuk. Setiap hari memang tidak terlepas dari pengamatan kami, pertumbuhan kedua anak anak kami itu.

Dan biarlah semuanya itu berlalu seperti air mengalir. Kita semua tentunya mau sehat setiap hari bukan, ya tentu saja demikian. Siapa sih yang mau sakit?. Dan akhirnya gejala batuk pun melanda putra kami yang pertama, Abbie, dan juga pilek menerpa adiknya Tazkia Putri lucu sekali. Sedangkan bundanya juga terkena pilek ringan, dan alhamdulillah hanya saya saja yang sampai saat ini masih dalam kondisi fit dan tidak kurang suatu apa.

Mungkin karena sugesti dalam diri saya yang kuat yang mampu menyingkirkan sakit sakit ringan seperti itu. Alhamdulillah saya selalu menjaga asupan gizi agar selalu seimbang, walaupun bulan bulan ini asupan makanan saya sungguh tidak karuan juntrungan gizinya. Saya menghimbau rekan rekan blogger dan para pembaca setia blog saya untuk tetap bugar, dan selalu menjaga penampilan eh salah menjaga kesehatan diri. Kalaw sampai jatuh sakit tentu segala urusan akan terhambat bukan?. Barangkali ini saja dahulu sepenggal postingan saya yang super pendek, Insya Allah besok akan kembali posting sebagaimana biasanya.


Hi semua. APa kabarnya nih dengan saya. Jumpa lagi dengan blog Asep Haryono. Hallo rekan rekan blogger dan para pembaca setia blog saya, saya mohon maaf karena lebih dari seminggu sudah jarang aktif posting tulisan lagi. Mau tidak mau memang saya harus mempunyai alasan yang jitu untuk memuaskan nafsu eh salah memuaskan dahaga dan rasa penasaran teman teman semua, mengapa akhir akhir ini saya sudah jarang nulis blog lagi di sini. Memang rindu banged buat nulis lagi, dan memang ada beberapa catatan yang harus saya sampaikan di forum blog saya hari ini. Beberapa catatan itu setidaknya menjawab keraguan teman teman, para pembaca setia blog saya di mana saja berada.

Beberapa catatan itu memang remeh dan tidak penting untuk rekan rekan, karena itulah apa yang saya tulis nanti sifatnya hanya informasi searah. Informasi yang datang dari saya pemilik blog Asep Haryono ini sebagai informasi tambahan buat rekan rekan semua. Tidak kenal maka tidak sayang, dan saya ingin disayang rekan rekan blogger, dan semua pembaca setia saya dari blog ini juga saya menyampaikan permohonan maaf yang setulusnya. Nah untuk mempersingkat waktu, izinkanlah saya menyampaikan beberapa catatan sederhana "inactive" saya dalam seminggu ini tidak memposting tulisan baru yang saya rakum dalam beberapa poin di bawah ini.

Urusan Keluarga
Salah satu alasan terbesar kesibukan saya dalam seminggu ini yang terutama dan terdepan adalah urusan keluarga. Sebagai kepala rumah tangga, yang diberi amanah dari Allah SWT dengan hadirnya sepasang anak memiliki tanggung jawab (responsibility) yang ekstra. Selain itu juga istri tercinta, Rudi Maryati S.Pd yang kini sedang melesat karirnya juga tidak luput dari perhatian saya untuk memantau aktifitasnya di rumah, dan menjaga serta mengingatkan dirinya untuk tepat waktu makan dan istirahat. Dengan record sakit maag yang pernah diderita dan dialami istri saya itulah saya selalu concern padanya untuk tetap konsisten dengan waktu makan dan waktu istirahat yang cukup serta baik walaupun kesibukan yang menyita waktu setiap harinya dan amat melelahkan itu.

Selain itu hadirnya anak anak, sepasang putra dan putri, Abbie Muhammad Furqan Haryono (3,5 thn) dan Tazkia Montessori Putri Haryono (10 bulan) juga tidak luput dari perhatian ekstra saya setiap hari. Sebagai "Bapak Rumah Tangga" yang diberikan amanah dari Allah SWT untuk menjaga dan membimbing mereka menjadi anak yang berguna, salih dan berbakti kepada kedua orangtuanya serta patuh kepada Allah SWT bukanlah perkara mudah.

Bagi yang belum memiliki anak mungkin kendala dan hambatan yang saya hadapi tidak terasa, tetapi bagi mereka yang sudah "senior" dalam berumah tangga, dan pernah meimiliki anak, pasti akan memahami betapa njelimetnya membagi waktu untuk kedua anak dan juga menata dan membereskan waktu untuk diri sendiri. Hmmm. Sibuk memang, tapi juga kadang mencemaskan. Apalagi saat anak anak dilanda fisik yang kurang sehat, sakit ringan sekalipun semisal flu dan batuk, juga membuat saya dan istri amat kuatir. Sakit apapun jenis dan manifestasinya yang melanda anak anak selalu kami anggap serius. Nah dari urusan keluarga inilah yang akhir akhir ini (terutama dalam semingguan terakhir-red) menyebabkan saya tidak konsentrasi dalam menulis di blog. Nah lega rasanya saya sudah menyampaikan alasan pertama ini kepada rekan rekan blogger, dan para pembaca setia blog saya di mana saja berada.

Asyik Sebagai Adsense Publisher
Nah untuk yang satu ini emang agak beda. Mungkin bagi para penerbit iklan (adsense Publisher) yang sudah terbiasa dengan bermain adsense ini, baik adsense lokal maupun adsense internasional (sekelas Google Adsense-red) adalah hal yang biasa. Namun akan menjadi aneh dan sesuatu yang baru bagi para pemula atau yang jarang bermain Internet atau mereka yang sebenarnya sering berselancar di dunia internet namun kurang tau atau belum tau apa itu Adsense Publisher. Ya rekan rekan tentu sering ngenet, namun terbatas pada chatting, YM an, FaceBook an, Twitter-ran, Linkeld, atau bermain myspace juga Skype-an.

Ya itu memang salah satu manifestasi keonline-an kalian di internet, selain browsing alias menjelajah situs situs Internet lainnya baik situs yang bersifat hiburan, informasi, pengetahuan, kuliner, politik, sains, olah raga, musik, film maupun yang hobi ngakses situs "lucu". Ah masa sih nda tau situs "lucu", ya sudah nda usah saya bahas ya.

Nah dari semua itu ada hobi diNgenet yang bersifat Hunting Duit alias berburu dollar di Internet. Nah salah satu akfititas mencari atau berburu uang baik uang rupiah dan dollar itu adalah dengan menjadi penerbit iklan (adsense publisher-red). Nah seorang adsense publisher adalah orang yang meletakkan script adsense iklan di website yang jika diklik orang dengan IP unik , maka otomatis sen sen Dolalr Amerika atau rupiah masuk ke account adsense anda. Nah aktifitas meletakkan script iklan diw website atau blog inilah yang dimaksud dengan Adsense Publisher. Jelas kan?

Sejauh ini saya sudah "babak belur" sama dari Google Adsense yang amat "kejam" dan "bengis" itu yang "tidak rela" script adsense sombongnya itu dipasang pada situs atau blog yang berbahasa Indonesia. Padahal dari informasi rekan rekan di milis, bahwa ads dari Google Adsense sudah support Bahasa Indonesia. Dan berbagai tayangan video sukses para pemain adsense juga sudah banyak saya liat, kalaw mereka juga sukses dengan Ads berbahasa Indonesia yang disupport sama Google Adsense.

Eh giliran sama saya mempraktekkan nya dengan menaruh skrip iklan Adsense Google di website bahasa Indonesia, wah saya langsung di "tendang" alias di "pecat" tentu saja dengan "hormat" sama Mbah Google Adsense. Mau banding (dispute-red) rasanya sudah malas. Namun demikian saya masih menaruh harapan atas akun Google Adsense yang sudah saya siapkan atas nama anak saya, yang akan saya perlakukan dengan hati hati. Saat ini saya sedang asyik di Adsense Lokal berbahasa Indonesia, Adsense Camp, yang cukup menjanjikan, dan semoga earning saya akan semakin baik di masa yang akan datang. Nah inilah alasan kedua saya mengapa saya sudah jarang memposting tulisan di blog dalam waktu seminggu ini.

Bagian Penutup
Dari 2 (dua) alasan di atas itulah yang menjadi "biang keledai" mengapa saya susah sekali memposting tulisan baru di blog. Ini emmang memerlukan keteguhan dan ketabahan dalam menjalaninya, karena dari semua itu sebenarnya masih ada tujuan lain dan rencana rencana lain saya yang juga tidak kalah hebatnya untuk persiapan menyambut dan mengisi tahun 2012 yang akan datang ini. Namun bukan saya kalaw tidak bisa mengkritik diri sendiri. Ada salah satu kesalahan fatal bagi saya selama tahun 2011 ini yakni "mengabaikan" tujuan semula yakni ikut bertanding dalam CCIP 2011 Beasiswa Fullbright yang sudah saya pernah ikuti dan kurang berhasil ditahun 2010 lalu.

Nah tahun 2011 ini seakan akan tergerus tanpa arti dan tanpa aktifitas yang benar benar bermanfaat buat saya, dan waktu seakan akan terbuang percuma begitu saja tanpa ada artinya. Ini kritikan yang hebat dan kejam yang pernah saya buat, untuk masukan buat diri saya sendiri agar tidak berbuat tolol dan goblok tahun 2011 ini. Keasyikan yang saya sebut di atas sebenarnya masih bisa disiasati dengan metode dan strategi baru yang harus sudah dimulai saat ini sebelum memasuki tahun 2012 yang akan datang. Sebuah masukan dari diri saya sendiri yang harus benar benar saya perhatikan dan saya jaga konsistensinya mulai saat ini. Membaca koran Kompas, belajar kembali Bahasa Inggris , menekuni hobi dan segudang aktifitas yang bermanfaat dan berpotensi menambah revenue (pemasukan-red) buat keluarga sudah saatnya saya perhatikan dengan benar mulai hari ini dan mulai dari sekarang.

See you tomorrow ya.

Abbie dan Tazkia

Kesibukan keluarga modern dewasa ini sering menuntut tersedianya waktu untuk meniti karir hingga setinggi tingginya demi mencapai tujuan yang diinginkan. Keluarga modern yang dalam hal ini secara jelas disebutkan adalah bapak dan ibu yang sama sama menjadi lokomotif alias sama sama mencari nafkah. Kedua orang tua yang sama sama mencari nafkah dan bekerja inilah yang menjadi tema tulisan saya hari ini kaitannya dengan judul hari ini "Bapak Rumah Tangga" lebih menitikberatkan kepada peranan para ayah yang selain beraktifitas kesehariannya juga bertindak sebagai pengasuh anak anak di rumah.

Ini memang sering terjadi dan memang banyak terjadi di keluarga keluarga Indonesia dewasa ini. Peran ibu atau bunda yang merawat dan membesarkan anak anaknya kini sudah bisa digantikan perannya secara temporary atau sementara oleh sang ayah atau bapak. Pertanyaannya di sini sederhana saja, kemanakah ibunya?. Seorang ayah yang mengantarkan anakknya ke sekolah dan mengambilkan raport di sekolah sering mendapati pertanyaan seperti ini, dimanakah ibunya?. Untuk menjawab pertanyaan inilah saya coba membahasnya secara sederhana saja dalam tulisan ini berpangkal pada pengalaman empiris sehari sehari saya yang sudah 3 (tiga0 tahun sebagai "bapak rumah tangga".

Peranan Menjaga Anak
Nah untuk sub bahasan ini sengaja saya tulis "peranan menjaga anak" nah kata menjaga tentu tidak sama dengan "membesarkan" atau "mendidik" anak yang mengandung dimensi yang dalam dan bermakna amat luas. Mendidik dan membesarkan anak bukanlah perkara mudah bagi mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak baik anak pertama, anak kedua maupun mereka yang memiliki lebih dari 2 (dua) orang anak. Pada tulisan ini sengaja saya mengambil contoh dalam keluarga saya sendiri yang alhamdulillah ya (Syahrini mode on-red) sudah dkaruniai 2 (dua) orang anak, sepasang putra dan putri.



Yang tertua putra bernama Abbie (lengkapnya Abbie Muhammad Furqan Haryono-red) yang kini sudah masuk PlayGroup berusia 3,5 tahun, dan adiknya yang perempuan Tazkia Putri (Nama lengkapnya Tazkia Montessori Putri Haryono-red) yang kini sudah memasuki usia ke 10 (Sepuluh) bulan. Peranan mendidik dan membesarkan anak anak adalah tanggung jawab kami berdua, sejatinya, dan pernaan Ibu atau bunda tetaplah menjadi "milik" anak anak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Nah peranan "menjaga anak" inilah yang sudah saya mainkan selama 3 (tiga) tahun terakhir ini mengingat aktifitas dan kesibukan istri saya, Rudi Maryati, S.Pd, yang PNS Guru dan mengajar di SMA Negeri 1 Kubu Raya yang luar biasa. Waktu yang "tersisa" bagi anak anak hanyalah sekitar 3-4 hari saja dalam seminggu.

Sisa hari lainnya adalah milik Negara atau sebagai abdi negara, aparatur pemerintah mengajar di Sekolah yang terletak di kabupaten Kubu Raya. Walhasil saya mengambil alih menjaga anak saat sang istri tidak di rumah. Menjaga anak ini dikhususkna untuk anak saya yang tertua saja, Abbie "Siganteng' Muhammad Furqan Haryono yang sudah lumayan nakalnya ini. Sedangkan adik perempuannya Tazkia Putri "Lucu Sekali" ini sudah dikawal dan dirawat oleh pengasuhan kami yang sudah lama kami kenal dengan baik. Bahkan saat Abbie masih bayi hingga sekarang inilah, mereka juga sudah merawatnya. Dan Sekali lagi Abbie sudah menjadi "alumni" dan kini adiknya kembali menjadi "anak" mereka. Pola ini kami rasakan cukup membantu karena saya dan istri sama sama bekerja.

Bayangkan untuk hari hari mereka saja sudah cukup membuat kami berpikir keras bagaimana menyiasati sang waktu agar kami bisa selalu bersama dalam periode tertentu dalam satu tahun. Ini memerlkukan kecermatan dan kebiasaan karena kami sudah menjalaninya sejak masih memiliki anak pertama. Nah para pembaca setia blog saya mungkin belum mengetahui bagaimana kami berdua pontang panting menyiasati semua kesibukan, perawatan, hingga kepada perhatian untuk kami sendiri sebagai keluarga dan juga sebagai individu, nah mungkin kali ini akan saya coba gambarkan secara sederhana saja agar tidak memusingkan yang membacanya. Saya aja sudah mulai pusing bagaimana harus menyusun kalimatnya ini hehehehehhee.

Pola Pengasuhan Anak

Nah dalam subjudul ini saya akan coba membuat peta atau Map bagaimana sih pola pengasuhan anak anak yang saat ini telah dan sedang kami jalankan. Nah untuk menjelaskannya perlu saya jelaskan di sini bahwa saat ini kami sudah memiliki dua orang anak Abbie dan Tazkia yang sudah saya ceritakan di atas. Saat ini saya bekerja di salah satu perusahaan media cetak koran terbesar di Kalimantan Barat (katanya sih-red) dan istri saya PNS Guru mengajar di SMA NEgeri 1 Kubu dan mengajar antara hari Rabu sampai Sabtu setiap minggunya. Sedangkan aktifitas saya tetap berlangsung secara biasa mulai dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Untuk yang tertua, si Abbie kini bersekolah di PlayGroup TK Islam Al Azhar dan masuk selama 3 (tiga) kali dalam seminggu yakni hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan istri ke lokasi tugas mengajar berangkatnya hari Selasa, dan kembali pada hari Sabtu. Nanti di bagian lain dari blog ini akan saya ceritakan peranan saya sebagai "sopir" antar jemput.

Secara sederhana dapat saya buat "peta" kesibukan keluarga kami setiap harinya dalam seminggu dalam "rumus" yang sederhana sebagai berikut :
  1. Antar Abbie ke Sekolah setiap hari Senin, Rabu dan Jumat.
  2. Antar Bunda ke Kubu setiap hari Selasa, dan Sabtu jemput pulangnya.
  3. Setiap hari saya ke Kantor dari Senin sampai Sabtu
  4. Motor cuma satu diandalkan untuk antar jemput anak anak dan bundanya.
  5. Hari Minggu hari bersama semua keluarga kumpul di rumah
Sebagai "Sopir" Antar Jemput juga tidak kalah ribetnya. Dengan mengandalkan satu motor saja untuk saat ini menjadi andalan untuk semua aktifitas yang saya sebutkan antara 1 sampai dengan 3 itu setiap harinya dalam seminggu. Ini belum ditambah lagi dengan kesibukan jika ada undangan di hari ahadnya, atau juga ada kegiatan workshop sang istri di Kota Pontianak yang tentunyas memerlukan sarana transportasi antar jemput. Hal ini menjadi kebiasaan, dan akan semakin "heboh" dengan aktifitas saya sendiri yang setiap hari berjalan ke kantor eh maksudnya naik motor ke kantor setiap hari Senin sampai dengan Sabtu setiap minggunya. Rute Supadio dan Gajah Mada ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit dengan kecepatan kendaraan yang biasa saya pakai adalah 40 Km perjam. Cukup lelet kata orang, tidak ada masalah dengan itu bagi saya soal lelet atau tidak , tidak perlu saya tanggapi kata orang.



Memandikan Abbie setiap hari saat bersama saya di rumah, mulai dari hari Senin sampai dengan hari kamis. Bagaimana sibuknya memandikan Abbie setiap pagi yang kadang rewel tidak mau mandi. Ya Mandi donk, kalwa nda mandi kan bau hehehehe. Udah gitu saya harus memasak air hangat dulu untuk keperluan dia mandi. Acara mandi dimulai pada jam sekitar jam 06.00 WIB pagi setiap harinya, dan air hangat harus tersedianya baginya untuk mandi. Abbie sangat tidak nyaman dengan air dingin, dan memang wajar demi kesehatannya juga kan. Nah untuk memandikan ini juga ada seninya.

Tidak sekedar membasuh air di badannya tapi juga menggosokkan kaki dan tangannya dari kotoran dan daki kala dia main seharian. Dan juga mendidiknya menggosok gidi dengan pasta gigi Komodo eh kodomo kesukaannya. Sudah gitu selesai kali mandi, saya juga memasangkan kemeja atau baju dan celananya. Menyisirkannya, membedaknya, dan kalwa sempat membuatnya sarapan. Sarapan bisa sarapan berat nasi, dengan lauk naget atau telor ceplok, atau cukup sereal kesukannya kokran hehehe, Wah wah sampai hafal saya. Maklum inilah peran "Bapak Rumah Tangga" yang saya jalankan hingga memasuki tahun ke 2 lamanya. Wah tidak terasa lama juga ya. Dan setelah rapih semuanya, saya mengantarkan Abbie ke sekolah, khusus untuk hari Senin, Rabu dan juga Jum'at setiap minggunya.

Di luar hari itu, Abbie setelah rapih dan sarapan akan diantar ke rumah "pengasuhnya" yakni keluarga Muhyar yang letaknya memang berdekatan dengan rumah kontrkan kami yang memang sama sama di Komplek Duta Bandara Supadio Jalan Ahmad Yani II Pontianak. Sedangkan untuk saya sendiri kalaw masak di rumah sederhana saja, karena memang saya dasarnya tidak bisa masak. Tidak bisa masak atau memang dasarnya saya malas belajar masak hehehe. Ya gitu deh. Jadi untuk saya sendiri sih untuk makan malam (Dinner) cukup memasak sendiri mie goreng, mie rebus, telor ceplok, kornetr atau goreng ikan, tempe aja deh yang praktis. Kadang juga saya saya mempraktekkan resep masakan yang diajarkan istri, ya tidak apa deh semua bahan dicampur. Yang penting dirasakan oleh lidah saya enak, dan saya makan sendiri kan hehehe. Yuk mareee

Abbie diantar ke PlayGroup TK ISlam Al Azhar setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Mulai masuk ke dalam kelas pada pukul 07.30 WIB dan Keluar kelas alias pulang pada jam sekitar 10.15 WIB. Setelah saya antar jemput dari dan ke Sekolah lalu ke rumah pengasuhnya, saya pun bergegas kembali ke kantor saya yang terletak di bilangan Gajah Mada. Kesibukan ini rutin setiap hari Senin, Rabu dan juga Jumat, dan kesibukan ini akan bertambah dengan mengantar bundanya ke Dermaga Steher Rasau setiap hari Selasa.

Jadi pas hari Selasa menjemput pulang Abbie dari Sekolah jam 10.15 WIB maka saya pun langsung tancap gas motor mengantar istri tercinta ke dermaha steher rasau di siang harinya atau sekitar jam 12.30 WIB. Lama waktu tempuh dari Duta Bandara Supadio ke Dermaga Steher Rasau biasanya sekitar 45 menit sampai dengan 1 jam tergantung pada cuaca dan kecepatan yang diambil, Makin cepat kecepatan tentunya Insya Allah akan cepat sampai, apalagi kondisi jalan dari Kuala Dua menuju Rasau lumayan berantakan dan kadang ada mulus juga. Wah macam macam deh.

Sudah diantar di Rasau, saya pun kembali meluncur ke Gajah Mada Pontianak yang jarak tempuh dari Rasau tentu dua kali lipatnya, dan bisa ditempuh sekitar 1 jam setengah. Agak lama memang karena fisik sudah letih, dan kecepatan motor saya pun semakin lambat. Sudah pasti sesampai di meja kerja saya pun tampak lecek, kumal dan tentu saja bau matahari. Dampak lainnya adalah kulit saya yang semakin kelam alias tidak putih lagi karena terkena sinar matahari baik secara langsung maupun tidak dalam proses antar jemput ini. Banyak kendala memang, ini belum termasuk kendala motor bocor di jalan, bang kempes, dan juga cuaca ekstrim misalnya hujan lebat yang juga bisa menghambar perjalanan kami semua itu. Nah jika semuanya sudah dilaksanakan baik dalam proses antar jemput, nah hari hari yang ditunggu pun akhirnya tiba yakni hari Ahad (Minggu-red). Pada hari ahad inilah adalah waktu yang amat mahal bagi kami sekeluarga. Karena pada hari inilah anak anak dijemput dari rumah pengasuhnya dan kembali kepada kami, dan kami sekeluarga di rumah. Kesibukan dan kepenatan kembali terulang jika sudah memasuki hari Senin dan segala sesuatunya berputar lagi dengan kesibukan rutin yang sudah saya gambarkan di atas.

Bagian Penutup
Itulah kerepotan kami sekarang yang punya 2 (anak) ini. Kami berdua sama sama bekerja, dan pola pengasuhan sepenuhnya tetap menjadi tanggung jawab kami berdua, orang tuanya, namun demikian peranan pengasuh anak anak kami (sebut saja baby sitter-red) yang juga merupakan sebuah keluarga Pak Muhyar tentu menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari anak anak dan sudah kami anggap sebagai "orang tua" bagi anak anak kami. Panggilan bapak dan ibu adalah untuk Pak Muhyar dan Bu Muhyar, sedangkan panggilan Ayah dan Bunda tetap terpulang kepada kami, saya sebagai AYAH dan istri saya sebagai BUNDAnya.

Jadi jangan heran kalaw anak tertua kami yang diplaygroup Al Azhar itu, Abbie, ditanya orang "siapa nama bapak dan ibunya?", tentu Abbie akan menjawabnya "Pak Muhyar dan Bu Muhyar". Tetapi tanyalah Abbie dengan pertanyaan "Siapa ayah dan bundanya?" jawabannya pasti kepada kami berdua, saya sebagai Ayah, dan istri sebagai bunda. Saya rasa inilah bagian akhir dari tulisan lebih tepatnya cerita kami bersama anak anak, dan peranan "Bapak Rumah Tangga" yang saya jalankan selama 1 sampai tiga tahun terakhir ini. Memiliki anak apalagi sampai 2 memerlukan kecermatan, ketelatenan, dan juga kesabaran tersendiri. Sibuk, lelah namun tetap mengasyikkan. Letih badan kami berdua, orang tuanya, hilang jika mendengar tangis sang bayi dan celoteh nakal dan senyum anak anak di rumah.


Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia