Tag :
Kulon Progo,
Malioboro,
Mudik Lebaran,
Travelling
- Asep Haryono | DAY 03 : Survey Nanggulan - Powered by Blogger
Catatan Asep Haryono
Alhamdulillah, memasuki Mudik hari ke 3 di Desa Kembang Pundak IV Nanggulan Kulonprogo masih belum banyak tempat yang dikunjungi. Hanya di sekitar kawasan Pundak dan sekitarnya saja yang saya coba telusuri dengan menggunakan Sepeda Motor milik mbah Kung (Sebutan dari Ayah sang istri-red).
Berbekal sepeda motor saya pun berkeliling sebentar saja di kawasan dekat dekat saja. Saat artikel ini ditulis waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB dan badan sudah terasa letih. Hhehe Tapi draft naskah tulisan ini sudah ada sejak siang setelah Sholat Jumat. Beberapa foto hasil jepretan saya sendiri juga disertakan dalam cerita hari ini.
Kawasan Nanggulan dan sekitarnya memiliki akses jalan mulus aspal yang cukup baik. Dan mungkin karena di desa, banyak pengendara sepeda motor di sini yang memakai helm standar. Walaupun nyaris tidak terlihat polisi lalu lintas atau mobil Patwal atau Patroli Lalu Lintas bersliweran seperti di kota Pontianak pada umumnya. Begitu juga dengan yang tidak memakai helm juga ada.
Bahkan saya sendiri kedapatan juga sering tidak membawa (helm) saat ke depan membeli pulsa dan lain sebagainya.
Aqiqah Sekilas
Oh iya bagaimana dengan cerita aqiqahan yang diselenggarkan kemarin. Dalam DAY 02 Aqiqah dan Oleh oleh , saya hanya memaparkan persiapan menjelang acara Aqiqahan dimulai ya. Alhamdulillah menyambung cerita Aqiqahan kemarin, Alhamdulillah acaranya berlangsung sukses, walaupun singkat dan dengan suasana dan sarana yang sederhana namun cukup memadai baik dari segi venue (tempat acara) hingga makanan yang disajikan.
Untuk makanan yang disajikan untuk para undangan antara lain hidangan teh hangat yang sudah terasa manis dengan kadar yang secukupnya. Sebab kami juga menjaga kesehatan kadar gula dari para tetamu yang rada rada sudah berusia lanjut (maaf).
Untuk makanan utamanya adalah nasi putih pulen dan Tongseng. Tidak lupa kerupuk juga disertakan, Para tamu yang datang adalah warga komplek Pundak IV saja yang nyaris semua bapak bapaknya adalah Jamaah Masjid At Taqwa.
Bagaimana dengan sambel? Untuk yang satu ini hidangan Tongseng diracik dengan tingkat kepedasan yang rendah. Jadi bagi yang kurang suka rasa pedas bisa menerimanya. Agak sulit memang membuat menu masakan untuk banyak orang dengan tingkat kemauan dan selera yang berbeda beda. Selera memang tidak dapat diperdebatkan.
Saya sempat bertanya bagaimana dengan teknis pelaksanaannya kepada “panitia” Aqiqah, istri saya sendiri. “Buka Puasa ne piye karena banyak jamaah masjid At Taqwa di sini yang pasti langsung bergegeas sholat berjamaah apakah buka puasanya kue kue ringan dulu, lalu mereka pada sholat Magrib berjamaah lalu balik lagi ke sini untuk buka beratnya begitu?” Tanya saya.
“Oh tidak, mereka buka puasane langsung buka berat, dan selesai langsung menuju masjid untuk magrib” jawab istri saya. Dan memang yang saya liat di lapangan persis seperti yang diperkirakan.
Begitu adzan Magrib untuk wilayah Nanggulan Kulon Progo hari itu (23/6) pukul 17..28 WIB berkumandang, para undangan yang hadir langsung menyambar menu masakan “berat” yang memang sudah dipersiapkan. Hidangan kue kue dan juga masakan Tongseng, nasi dan minuman teh hangat yang menggugah selera. Tidak banyak waktu bagi mereka “menikmati” berbuka dengan waktu injury time seperti ini.
Memang tidak lama kemudian suara Iqomah pun berkumandang dari pengeras suara Masjid At Taqwa yang jaraknya cukup dekat dengan rumah. Para tamu pun bergegas keluar dari rumah, menuju masjid. Tidak lupa saya dan ayahnya Istri “mengantar” tamu sampai di pintu lalu kami semua bersama sama menuju Masjid At Taqwa untuk Sholat Magrib Berjamaah
Full Bahasa Jawa
Saya yang memang blasteran Sunda – Jawa (Almarhum ayah Cirebon –Almarhumah Ibu Semarang) yang memang tidak bisa sama sekali boso jowo (Bahasa Jawa) banyak mengalami kesulitan memahami warga pundak yang menggunakan Bahasa Jawa.
Beberapa dari mereka memang menanyakan kepada saya dalam bahasa Jawa yang sama sekali saya tidak tau artinya dalam bahasa Indonesia. “Maaf mas, saya belum bisa bahasa jawa” kata saya meminta excuse. “oooo bahasa Indonesiaaaaa” kata mereka. Saya pun tersenyum saja.
Berkunjung ke Jogjakarta pada umumnya, atau Pundak IV Nanggulan pada khususnya sudah kesekian kalinya bagi saya Beberapa masjid di sini memang banyak menerapkan full bahasa Jawa bahkan saat berlangsungnya Sholat Jum’at. Khatib Jumat ada yang berbahasa Jawa seperti Masjid At Taqwa dalam komplek Pundak IV Nanggulan ini.
Mau tidak mau saya banyak terdiam saja menyimak khutbah Khatib Sholat Jum’at yang disampaikan dalam Bahasa Jawa. Yang saya suka di Djogjakarta ini adalah keramahtamahan warga Djogja nya yang keren banged. Warga Pundak IV tempat base camp mudik saya selama ini juga terkenal ramah, dan murah senyum. Itu yang membuat saya terkesan akan keramah tamahan warga Djogja baik kepada sesama warga Djogja sendiri atau kepada “tamu asing” seperti saya ini.
Dalam waktu dekat saya dan istri serta anak anak sudah merencakanan untuk jalan jalan ke beberapa tempat wisata sesuai dengan jangkauan waktu dan dana yang tersedia untuk itu. Jalan jalan kurang seru kalau tidak disertai dengan wisata kuliner dan aktifitas berbelanja oleh oleh tentunya. Dua hal itu selalu menyerttai para traveler
Keliling Nanggulan
Akhirnya jalan jalan jarak dekat pun berhasil saya lakukan dengan meminjam motor milik Pak Ponijo, ayah mertua. Oh ya sekilas “rute” yang saya tempuh yang dekat saja , bahkan ada yang ditempuh dengan berjalan kaki tralala. Beberapa foto berhasil saya rekam selama touring itu.
Kembang yang merupakan masuk dalam wilayah kecamatan Nanggulan mempunyai luas 437.249 ha. Jumlah penduduknya saya kurang tau update terbarunya. Namun dari data lama tercatat 1.129 KK, 5.894 jiwa. Entah ini data tahun berapa. Jadi berapa jumlah penduduk Desa Kembang yang sekarang saya tidak tau.
Menurut data dari Wikipedia menyebutkan bahwa Desa ini berlokasi di kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari sejarah berdirinya sendiri desa Kembang ini terbentuk atas Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1946.
Maklumat itu membahas tentang Penggabungan Kelurahan yang ada dalam wilayah hukumnya. Sehingga dengan demikian 3 (tiga) Kelurahan : Boto, Pundak, dan Kenteng dilebur menjadi satu “kelurahan” yang otonom : Kelurahan Kembang. Nah cukup sedikit aja pelajaran sejarahnya.
Sederhana mungkin bagi penduduk setempat, namun bagi saya adalah berkah dan apresiasi yang luar biasa. Saya yang banyak di “manja” oleh kemudahan fasilitas kota besar yang tinggal pencet, atau tinggal pakai saja, tidak di sini Untuk mandi saja harus menimba air darke dalam sumur.
Saluran PDAM memang sudah masuk, namun belum maksimal penggunaannya Air di sini yang jernih dan bagi saya terasa begitu dingin padahal hari sudah siang. Tetap saja airnya sejuk dan dingin terasa menyentuh kulit pori pori saya.
Mengingat mudik lebaran saya sekeluarga di Nanggulan Kulon Progo terbilang cukup lama hinga perkiraan tanggal 14 Juli 2016, beberapa agenda kunjungan ke tempat wisata yang berada di kota Djogjakarta seperti berburu supenir di Malioboro sudah direncanakan.
Walau sudah bukan yang pertama kali berkunjung (ke Malioboro) namun tetap saja kangen melihat dan mengalami sensasi keindahan dan gemerlapan Malioboro dan aneka masakan dan Menikmati Makan Malam di Malioboro Belum lagi dengan aneka Kaos DAGADU aseli dan supenir menarik lainnya. Rasanya sudah tidak sabar ya hihii.
Ada juga sahabat saya dulu di Pontianak Post, seoran wartawati yang tidak dapat saya sebutkan namanya yang pesan 4 (empat) buah T Shirt khas Djogja. Saya rencanakan beli di Dagadu saja, pusatnya T Shirt keren khas Djogja.
“Saya pesan 4 kaos yang unik dank has Djogja ya kang, warnanya Merah cabe, Biru Dongker, Putih serta hitam, nanti tinggal dikabari berapa biaya dan ongkos kirimnya, nanti di transfer” tulisnya di pesan singkat BBM yang saya terima.
“Kapan kapan liburan Djogja bareng ya kang, tak puas rasanya keliling Djogja waktu itu” tambahnya lagi di pesan singkat BBM nya, Kalau sudah ada “pesan sponsor” seperti ini agenda berkunjung ke Malioboro sudah masuk agenda “wajib” hehehehe. Ahaaayy. To be continued. Bersambung. (Asep Haryono)
Alhamdulillah, memasuki Mudik hari ke 3 di Desa Kembang Pundak IV Nanggulan Kulonprogo masih belum banyak tempat yang dikunjungi. Hanya di sekitar kawasan Pundak dan sekitarnya saja yang saya coba telusuri dengan menggunakan Sepeda Motor milik mbah Kung (Sebutan dari Ayah sang istri-red).
Berbekal sepeda motor saya pun berkeliling sebentar saja di kawasan dekat dekat saja. Saat artikel ini ditulis waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB dan badan sudah terasa letih. Hhehe Tapi draft naskah tulisan ini sudah ada sejak siang setelah Sholat Jumat. Beberapa foto hasil jepretan saya sendiri juga disertakan dalam cerita hari ini.
Kawasan Nanggulan dan sekitarnya memiliki akses jalan mulus aspal yang cukup baik. Dan mungkin karena di desa, banyak pengendara sepeda motor di sini yang memakai helm standar. Walaupun nyaris tidak terlihat polisi lalu lintas atau mobil Patwal atau Patroli Lalu Lintas bersliweran seperti di kota Pontianak pada umumnya. Begitu juga dengan yang tidak memakai helm juga ada.
Bahkan saya sendiri kedapatan juga sering tidak membawa (helm) saat ke depan membeli pulsa dan lain sebagainya.
Aqiqah Sekilas
Oh iya bagaimana dengan cerita aqiqahan yang diselenggarkan kemarin. Dalam DAY 02 Aqiqah dan Oleh oleh , saya hanya memaparkan persiapan menjelang acara Aqiqahan dimulai ya. Alhamdulillah menyambung cerita Aqiqahan kemarin, Alhamdulillah acaranya berlangsung sukses, walaupun singkat dan dengan suasana dan sarana yang sederhana namun cukup memadai baik dari segi venue (tempat acara) hingga makanan yang disajikan.
Untuk makanan yang disajikan untuk para undangan antara lain hidangan teh hangat yang sudah terasa manis dengan kadar yang secukupnya. Sebab kami juga menjaga kesehatan kadar gula dari para tetamu yang rada rada sudah berusia lanjut (maaf).
Untuk makanan utamanya adalah nasi putih pulen dan Tongseng. Tidak lupa kerupuk juga disertakan, Para tamu yang datang adalah warga komplek Pundak IV saja yang nyaris semua bapak bapaknya adalah Jamaah Masjid At Taqwa.
Bagaimana dengan sambel? Untuk yang satu ini hidangan Tongseng diracik dengan tingkat kepedasan yang rendah. Jadi bagi yang kurang suka rasa pedas bisa menerimanya. Agak sulit memang membuat menu masakan untuk banyak orang dengan tingkat kemauan dan selera yang berbeda beda. Selera memang tidak dapat diperdebatkan.
Saya sempat bertanya bagaimana dengan teknis pelaksanaannya kepada “panitia” Aqiqah, istri saya sendiri. “Buka Puasa ne piye karena banyak jamaah masjid At Taqwa di sini yang pasti langsung bergegeas sholat berjamaah apakah buka puasanya kue kue ringan dulu, lalu mereka pada sholat Magrib berjamaah lalu balik lagi ke sini untuk buka beratnya begitu?” Tanya saya.
“Oh tidak, mereka buka puasane langsung buka berat, dan selesai langsung menuju masjid untuk magrib” jawab istri saya. Dan memang yang saya liat di lapangan persis seperti yang diperkirakan.
Begitu adzan Magrib untuk wilayah Nanggulan Kulon Progo hari itu (23/6) pukul 17..28 WIB berkumandang, para undangan yang hadir langsung menyambar menu masakan “berat” yang memang sudah dipersiapkan. Hidangan kue kue dan juga masakan Tongseng, nasi dan minuman teh hangat yang menggugah selera. Tidak banyak waktu bagi mereka “menikmati” berbuka dengan waktu injury time seperti ini.
Memang tidak lama kemudian suara Iqomah pun berkumandang dari pengeras suara Masjid At Taqwa yang jaraknya cukup dekat dengan rumah. Para tamu pun bergegas keluar dari rumah, menuju masjid. Tidak lupa saya dan ayahnya Istri “mengantar” tamu sampai di pintu lalu kami semua bersama sama menuju Masjid At Taqwa untuk Sholat Magrib Berjamaah
Full Bahasa Jawa
Saya yang memang blasteran Sunda – Jawa (Almarhum ayah Cirebon –Almarhumah Ibu Semarang) yang memang tidak bisa sama sekali boso jowo (Bahasa Jawa) banyak mengalami kesulitan memahami warga pundak yang menggunakan Bahasa Jawa.
Beberapa dari mereka memang menanyakan kepada saya dalam bahasa Jawa yang sama sekali saya tidak tau artinya dalam bahasa Indonesia. “Maaf mas, saya belum bisa bahasa jawa” kata saya meminta excuse. “oooo bahasa Indonesiaaaaa” kata mereka. Saya pun tersenyum saja.
Berkunjung ke Jogjakarta pada umumnya, atau Pundak IV Nanggulan pada khususnya sudah kesekian kalinya bagi saya Beberapa masjid di sini memang banyak menerapkan full bahasa Jawa bahkan saat berlangsungnya Sholat Jum’at. Khatib Jumat ada yang berbahasa Jawa seperti Masjid At Taqwa dalam komplek Pundak IV Nanggulan ini.
Mau tidak mau saya banyak terdiam saja menyimak khutbah Khatib Sholat Jum’at yang disampaikan dalam Bahasa Jawa. Yang saya suka di Djogjakarta ini adalah keramahtamahan warga Djogja nya yang keren banged. Warga Pundak IV tempat base camp mudik saya selama ini juga terkenal ramah, dan murah senyum. Itu yang membuat saya terkesan akan keramah tamahan warga Djogja baik kepada sesama warga Djogja sendiri atau kepada “tamu asing” seperti saya ini.
Dalam waktu dekat saya dan istri serta anak anak sudah merencakanan untuk jalan jalan ke beberapa tempat wisata sesuai dengan jangkauan waktu dan dana yang tersedia untuk itu. Jalan jalan kurang seru kalau tidak disertai dengan wisata kuliner dan aktifitas berbelanja oleh oleh tentunya. Dua hal itu selalu menyerttai para traveler
Keliling Nanggulan
Akhirnya jalan jalan jarak dekat pun berhasil saya lakukan dengan meminjam motor milik Pak Ponijo, ayah mertua. Oh ya sekilas “rute” yang saya tempuh yang dekat saja , bahkan ada yang ditempuh dengan berjalan kaki tralala. Beberapa foto berhasil saya rekam selama touring itu.
Kembang yang merupakan masuk dalam wilayah kecamatan Nanggulan mempunyai luas 437.249 ha. Jumlah penduduknya saya kurang tau update terbarunya. Namun dari data lama tercatat 1.129 KK, 5.894 jiwa. Entah ini data tahun berapa. Jadi berapa jumlah penduduk Desa Kembang yang sekarang saya tidak tau.
Menurut data dari Wikipedia menyebutkan bahwa Desa ini berlokasi di kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari sejarah berdirinya sendiri desa Kembang ini terbentuk atas Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1946.
Maklumat itu membahas tentang Penggabungan Kelurahan yang ada dalam wilayah hukumnya. Sehingga dengan demikian 3 (tiga) Kelurahan : Boto, Pundak, dan Kenteng dilebur menjadi satu “kelurahan” yang otonom : Kelurahan Kembang. Nah cukup sedikit aja pelajaran sejarahnya.
Sederhana mungkin bagi penduduk setempat, namun bagi saya adalah berkah dan apresiasi yang luar biasa. Saya yang banyak di “manja” oleh kemudahan fasilitas kota besar yang tinggal pencet, atau tinggal pakai saja, tidak di sini Untuk mandi saja harus menimba air darke dalam sumur.
Saluran PDAM memang sudah masuk, namun belum maksimal penggunaannya Air di sini yang jernih dan bagi saya terasa begitu dingin padahal hari sudah siang. Tetap saja airnya sejuk dan dingin terasa menyentuh kulit pori pori saya.
Mengingat mudik lebaran saya sekeluarga di Nanggulan Kulon Progo terbilang cukup lama hinga perkiraan tanggal 14 Juli 2016, beberapa agenda kunjungan ke tempat wisata yang berada di kota Djogjakarta seperti berburu supenir di Malioboro sudah direncanakan.
Walau sudah bukan yang pertama kali berkunjung (ke Malioboro) namun tetap saja kangen melihat dan mengalami sensasi keindahan dan gemerlapan Malioboro dan aneka masakan dan Menikmati Makan Malam di Malioboro Belum lagi dengan aneka Kaos DAGADU aseli dan supenir menarik lainnya. Rasanya sudah tidak sabar ya hihii.
Ada juga sahabat saya dulu di Pontianak Post, seoran wartawati yang tidak dapat saya sebutkan namanya yang pesan 4 (empat) buah T Shirt khas Djogja. Saya rencanakan beli di Dagadu saja, pusatnya T Shirt keren khas Djogja.
“Saya pesan 4 kaos yang unik dank has Djogja ya kang, warnanya Merah cabe, Biru Dongker, Putih serta hitam, nanti tinggal dikabari berapa biaya dan ongkos kirimnya, nanti di transfer” tulisnya di pesan singkat BBM yang saya terima.
“Kapan kapan liburan Djogja bareng ya kang, tak puas rasanya keliling Djogja waktu itu” tambahnya lagi di pesan singkat BBM nya, Kalau sudah ada “pesan sponsor” seperti ini agenda berkunjung ke Malioboro sudah masuk agenda “wajib” hehehehe. Ahaaayy. To be continued. Bersambung. (Asep Haryono)
![]() |
KLENTENG : Suasana pasar Klenteng di Nanggulan, Kulon Progo yang nyaris sepi di pagi hari namun penuh sesakk di malam hari. Foto Asep Haryono |
![]() |
INDAH : Salah satu sudut di sekitar rumah. Kawasan sawah nan luas dikelilingi pegunungan. Terasa sejuk dan menyegarkan. Foto Asep Haryono |
![]() |
ASRI : Suasana di sekitar rumah banyak dikelilingi pephonan dan Hutan yang aseri Membuatnya syahdu dan sejuk dimata juga dihati. Foto Asep Haryono |
![]() |
MASJID AT TAQWA : Walaupun sederhana namun aktifitas jamaahnya luar biasa Di masjid ini juga ada kegiatan TPA dan Remaja Masjid. Jumatan full bahasa Jawa, Foto Asep Haryono |
![]() |
GANG : Dari gang kecil inilah nanti akan bertemu Masjid At Taqwa yang sudah keliatan dari kejauhan sebelah kiri. Penduduknya ramah ramah. Saya suka. Foto Asep Haryono |
![]() |
KREATIF : Dusun Pundak IV ini banyak usaha ekonomi yang kreatif seperti apotik hidup, pembuatan abon dan banyak lagi. Dua jempol deh. Foto Asep Haryono |
![]() |
GAYA : Ini bukan beneran mau ke Sawah Cuma gaya aja. Takut dikira HOAX kalau foto penulis tidak disertakan. Ah masa iya sih segitunya. Foto Asep Haryono |
![]() |
AQIQAH : Inilah suasana tamu undangan yang hadir dalam rangka syukuran Putri kami, Tazkia. Kebanyakan dari Jamaah Masjid At Taqwa. Foto Asep Haryono |
![]() |
BERAT : Karena waktunya singkat hingga Iqamah, jadi begitu Adzan Magrib tanda waktu berbuka berkumandang, para tamu langsung gabruk hidangan utama. Nasi Putih dan Tongseng. Foto Asep Haryono |
Wah, turunan Jawa rupanya :)
ReplyDelete