www.simplyasep.com Salah satu tradisi khas di saat hari raya Idul Fitri (Hari Lebaran) di kota Pontianak (Ibukota Provinsi Kalimantan Barat) adalah tradisi Nanggok. Sebenarnya saya kurang tau persis kapan dan bagaimana bisa mulainya tradisi "nanggok" ini mulai ada di kota Pontianak khususnya dan di daerah lain di seluruh pulau Kalimantan Barat walaupun waktu terus berjalan dan seiring dengan perjalanan sang waktu, tradisi Nanggok ini masih bisa kita jumpai di Pontianak dan kota kota lainnya di seluruh Kalimantan Barat. Kebiasaan atau tradisi "nanggok" ini tetap dipertahankan dan masih ada hingga sekarang.
Apa itu Tradisi Nanggok di Kota Pontianak? Pada prinsipnya Tradisi ini adalah sebuah kebiasaan yang menjadi habit (kebiasaan) memberikan amplop yang berisi sejumlah uang dengan nominal kecil kepada anak anak di hari raya Idul Fitri. Amplop Hari Raya Idul Fitri beda dengan angpau dalam tradisi IMLEK. Salah satu yang membedakannya adalah adanya corak ISLAMI baik berupa Kaligrafi atau gambar Masjid dalam amplop yang berukuran mini.
Jadi jika kamu kamu berada di Kota Pontianak dan berlebaran di sini, maka kamu akan menyaksikan sendiri seperti apa tradisi Nanggok di kota Pontianak ini. Memang seperti apa sih tradisi Nanggok di Hari Raya Idul Fitri di kota Pontianak ini? lalu apa yang membedakannya dengan tradisi serupa di kota lain di seluruh Indonesia ?
Bagi masyarakat Pontianak pada khususnya dan di daerah Kalimantan Barat pada umumnya, tradisi "nanggok" ini sangat terkenal. "Nanggok" adalah tradisi memberi uang dalam jumlah tertentu biasanya pecahan antara Rp.50.000,- ke bawah kepada para tamu yang biasanya anak anak yang datang di rumah pada saat hari raya Iedul Fitrie atau hari raya Lebaran.
"Nanggok" ini umumnya diberikan kepada para tamu "kecil" dalam artian yang sesungguhnya yakni kelompok anak anak. Orang dewasa tidak menerima Ampau Nanggok Nah di Pontianak sendiri tradisi "nanggok" ini sangat kental dengan kebudayaan setempat, dan rasanya tidak lengkap kalaw tidak memberikan "nanggok" kepada anak anak yang hadir dan datang ke rumah untuj berlebaran. Ntah kenapa kayaknya berasa ada yang kurang atau tidak lengkap rasanya kalaw rumah kita tidak didatangi anak anak "nanggok". Hmmm
Menukar Uang di Bank
Sama seperti pada perayaan Idul Fitri setiap tahunnya, kebutuhan masyarakat menukar uang sangat tinggi, Bank Indonesia sudah mengantisipasi hal ini dan Alhamdulillah semuanya bisa teratasi dengan baik.
Menjelang akhir bulan Ramadhan 1440 Hijriah kemarin juga diwarnai dengan lonjakan masyarakat untuk menukar Uang untuk berbagai keperluan termasuk untuk persediaan "Nanggok" ini. Berbondong bondong masyarakat Pontianak pada khususnya dan daerah lain di Kalimantan Barat pada umumnya pergi ke Bank Bank (Swasta maupun Pemerintah) untuk menukarkan uang untuk persiapan "nanggok" ini.
Jumlah pecahan uang rupiah yang ditukarkan masyarakat pun bervariasi mulai dari penukaran pecahan logam maupun uang kertas mulai dari pecahan Rp.1.000,- , Rp,2.000,- atau yang cukup "laris" adalah pecahan uang rupiah Rp.5.000,- juga ramai diminati masyarakat. Bank Bank pun sudah dari awal sudah menawarkan penukaran uang ini kepada masyarakat dan tidak selalu berkaitan dengan Hari raya Lebaran. Saya sendiri sempat pontang panting menukarkan uang karena beberapa Bank swasta yang saya datangi mengaku sudah "kehabisan" stok pecahan kecil.
Jadi anak anak sekarang sudah bisa bergaya di hari Lebaran berkeliling rumah ke rumah dan dapat "nanggok" sehingga mereka bisa berbangga punya "penghasilan" sendiri. Mereka pun kadang "memamerkan" hasil yang mereka dapatkan dari "nanggok" kepada teman teman sebanyanya
Pada umumnya para orang tua senang senang saja anak anaknya dapat "nanggok" dan berpesan untuk ditabung. Namun dasar anak anak yang selalu ceria dan selalu ingin tau, maka uang yang didapat dari "nanggok" nya pun langsung dibelanjakannya. Ada yang beli kue, ada yang buat beli bakso pentol, beli mainan segala macem dah (ada juga buat Pulsa untuk main game Free Fire misalnya-red). Wah senangnya bisa melihat mereka begitu.
Saya kurang tau apakah Tradisi "Nanggok" ini beda dengan tradisi "angpao" pada komunitas Masyarakat Tionghoa karena dalam pendapat saya sendiri (In My Humble Opinion) ada mirip persamaan terutama dalam bentuk amplop sebagai "wadah" uangnya kalaw dalam tradisi Angpao lazim menggunakan amplop warna merah, maka dalam tradisi "nanggok" memakai amplop bervariasi warna dan gambar yang menghiasinya, pada umumnya bergambar Kaligrfi, Kartun ISLAMI atau gambar Icon Masjid Masjid.
Dalam tradisi "Nanggok" boleh memakai amplop mini yang lucu lucu atau langsung diberikan kepada si anak tanpa amplop kecil sama sekali. Ini pilihan saja. Saya sendiri kalaw urusan bagi bagi duit ke anak anak sudah mempersiapkan dari beberapa hari yang lalu baik untuk persediaan amplopnya maupun jumlah pecahan uang kecil untuk keperluan itu sebab kalau mendadak takut kekurangan dan kehabisan. Nah bagaimana dengan kawan kawan semua? Apakah juga ada "Nanggok" di rumah kalian masing masing? (Asep Haryono)
Apa itu Tradisi Nanggok di Kota Pontianak? Pada prinsipnya Tradisi ini adalah sebuah kebiasaan yang menjadi habit (kebiasaan) memberikan amplop yang berisi sejumlah uang dengan nominal kecil kepada anak anak di hari raya Idul Fitri. Amplop Hari Raya Idul Fitri beda dengan angpau dalam tradisi IMLEK. Salah satu yang membedakannya adalah adanya corak ISLAMI baik berupa Kaligrafi atau gambar Masjid dalam amplop yang berukuran mini.
NANGGOK : Tazkia (7 tahun) dengan bangga memperlihatkan angpao Lebaran yang diperolehnya "nanggok" hari lebaran tahun lalu. Foto Asep Haryono
Bagi masyarakat Pontianak pada khususnya dan di daerah Kalimantan Barat pada umumnya, tradisi "nanggok" ini sangat terkenal. "Nanggok" adalah tradisi memberi uang dalam jumlah tertentu biasanya pecahan antara Rp.50.000,- ke bawah kepada para tamu yang biasanya anak anak yang datang di rumah pada saat hari raya Iedul Fitrie atau hari raya Lebaran.
"Nanggok" ini umumnya diberikan kepada para tamu "kecil" dalam artian yang sesungguhnya yakni kelompok anak anak. Orang dewasa tidak menerima Ampau Nanggok Nah di Pontianak sendiri tradisi "nanggok" ini sangat kental dengan kebudayaan setempat, dan rasanya tidak lengkap kalaw tidak memberikan "nanggok" kepada anak anak yang hadir dan datang ke rumah untuj berlebaran. Ntah kenapa kayaknya berasa ada yang kurang atau tidak lengkap rasanya kalaw rumah kita tidak didatangi anak anak "nanggok". Hmmm
Menukar Uang di Bank
Sama seperti pada perayaan Idul Fitri setiap tahunnya, kebutuhan masyarakat menukar uang sangat tinggi, Bank Indonesia sudah mengantisipasi hal ini dan Alhamdulillah semuanya bisa teratasi dengan baik.
Menjelang akhir bulan Ramadhan 1440 Hijriah kemarin juga diwarnai dengan lonjakan masyarakat untuk menukar Uang untuk berbagai keperluan termasuk untuk persediaan "Nanggok" ini. Berbondong bondong masyarakat Pontianak pada khususnya dan daerah lain di Kalimantan Barat pada umumnya pergi ke Bank Bank (Swasta maupun Pemerintah) untuk menukarkan uang untuk persiapan "nanggok" ini.
Jumlah pecahan uang rupiah yang ditukarkan masyarakat pun bervariasi mulai dari penukaran pecahan logam maupun uang kertas mulai dari pecahan Rp.1.000,- , Rp,2.000,- atau yang cukup "laris" adalah pecahan uang rupiah Rp.5.000,- juga ramai diminati masyarakat. Bank Bank pun sudah dari awal sudah menawarkan penukaran uang ini kepada masyarakat dan tidak selalu berkaitan dengan Hari raya Lebaran. Saya sendiri sempat pontang panting menukarkan uang karena beberapa Bank swasta yang saya datangi mengaku sudah "kehabisan" stok pecahan kecil.
![]() |
Foto Asep Haryono |
Jadi anak anak sekarang sudah bisa bergaya di hari Lebaran berkeliling rumah ke rumah dan dapat "nanggok" sehingga mereka bisa berbangga punya "penghasilan" sendiri. Mereka pun kadang "memamerkan" hasil yang mereka dapatkan dari "nanggok" kepada teman teman sebanyanya
Pada umumnya para orang tua senang senang saja anak anaknya dapat "nanggok" dan berpesan untuk ditabung. Namun dasar anak anak yang selalu ceria dan selalu ingin tau, maka uang yang didapat dari "nanggok" nya pun langsung dibelanjakannya. Ada yang beli kue, ada yang buat beli bakso pentol, beli mainan segala macem dah (ada juga buat Pulsa untuk main game Free Fire misalnya-red). Wah senangnya bisa melihat mereka begitu.
Saya kurang tau apakah Tradisi "Nanggok" ini beda dengan tradisi "angpao" pada komunitas Masyarakat Tionghoa karena dalam pendapat saya sendiri (In My Humble Opinion) ada mirip persamaan terutama dalam bentuk amplop sebagai "wadah" uangnya kalaw dalam tradisi Angpao lazim menggunakan amplop warna merah, maka dalam tradisi "nanggok" memakai amplop bervariasi warna dan gambar yang menghiasinya, pada umumnya bergambar Kaligrfi, Kartun ISLAMI atau gambar Icon Masjid Masjid.
Dalam tradisi "Nanggok" boleh memakai amplop mini yang lucu lucu atau langsung diberikan kepada si anak tanpa amplop kecil sama sekali. Ini pilihan saja. Saya sendiri kalaw urusan bagi bagi duit ke anak anak sudah mempersiapkan dari beberapa hari yang lalu baik untuk persediaan amplopnya maupun jumlah pecahan uang kecil untuk keperluan itu sebab kalau mendadak takut kekurangan dan kehabisan. Nah bagaimana dengan kawan kawan semua? Apakah juga ada "Nanggok" di rumah kalian masing masing? (Asep Haryono)
No comments:
Thank you for your visit.. Be sure to express your opinion. Your comment is very important to me :)