Tag :
Mudik Lebaran,
Travelling
- Asep Haryono | DAY 13 : Jogjakarta Siap Menerima Pemudik dan Wisatawan - Powered by Blogger
Catatan Asep Haryono
Dari Lokasi Mudik di Kulon Progo, Djogjakarta
22 Juni s/d 13 Juli 2016
Dari Lokasi Mudik di Kulon Progo, Djogjakarta
22 Juni s/d 13 Juli 2016
Hari Raya Iedul Fitri 1 Syawal 1437 Hijriah secara resmi jatuh pada tanggal 6 Juli 2016 hari Rabu besok. Penetapan ini diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin di kantor Kemenag Jalan M.H.Thamrin Jakarta.
Para pemudik di seluruh Indonesia mungkin saat ini sedang terjebak kemacetan di jalur Pantura, Tol Cipali, Brebes, Kabumen, dan masih banyak kota kota lainnya yang sudah dikepung macet. Mungkin juga ada yang sudah berleyeh leyeh di kampung halaman menyambut hari kemenangan.
Arus angkutan lebaran baik yang diselenggarakan oleh swasta dengan program “motis” dan “mudik gratis” nya seakan tidak mau kalah dengan moda angkutan umum yang dipakai masyarakat untuk menuju kota tujuan mudik baik melalui jalur darat, laut maupun pesawat udara.
Saya yang saat ini sudah berada di kota Jogjakarta memantau informasi mudik 2016 melalui harian Kedaulatan Rakyat sejak beberapa hari yang lalu sudah gencar memberitakan situasi arus mudik tujuan kota Jogjakarta, dan bagaimana kesiapan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menerima pemudik dan tentu saja para wisatawan dalan dan luar negeri
Mereka yang ingin ke Jogjakarta pada saat ini tidak selalu berbentuk pemudik atau mereka yang ingin merayakan hari kemenangan dan Idul Fitri di kampong halaman di Jogjakarta, adalah juga para pelancong atau wisatawan lokal dan mancanegara yang juga bergerak menuju Jogjakarta.
Koran Kedaulatan Rakyat edisi Selasa, 5 Juli 2016 memberitakan ada sekitar 4,2 Juta Wisatawan dan Pemudik mengunjungi Yogyakarta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dengan kata lain DIY “diserbu” para pemudik yang ingin berlebaran, dan para wisatawan yang ingin mengunjungi obyek wisata di Jogjakarta. Lalu bagaimana dengan kesiapan DIY sendiri dalam menerima kedatangan para pemudik dan wisatawan pada lebaran tahun 2016 ini?
Pasar Beringharjo
Saya yang sudah explore Pasar Beringharjo hari Ahad 3 Juli 2016 kemarin bisa memastikan bahwa Pasar Beringharjo sudah stand by menerima para pengunjung yang ingin berbelanja aneka Batik atau jajanan pasar di kawasan Pasar Beringharjo dan sekitarnya ini.
Memang secara teknis lokasi Pasar Beringharjo memang “mepet:” dengan kawasan wisata Malioboro yang selalu ramai setiap masa liburan lebaran. Rata rata kios yang menggelar dagangannya berupa Batik dengan aneka model corak dan harganya sangat memanjakan para wisatawan dan pemudik untuk berbelanja kebutuhan Batik nya.
Pasar Beringharjo tetap menjadi salah satu andalan obyek wisata yang diusung oleh Pemkot Jogjakarta dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendulang Pendapatan Aseli Daerah (PAD).
Semakin banyak wisatawan yang berbelanja di Pasar Beringharjo dipastikan akan menggerakan perekonomian warga setempat dan menjanjikan pemasukan yang luar biasa bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasar Beringharjo sebagai icon kota Jogjakarta mengusung tagline “Heaven of Shopping” atau Syurga belanja bagi para wisatawan.
Harian Kedaulatan Rakyat (4 Juli 2016) memberitakan kesiapan Pasar Beringharjo dalam menyukseskan wisata belanjanya untuk wisatawan yang datang berkunjung Salah satu programnya adalah menyiapkan Local Guide (Pemandu lokal) yang fasih berbahasa Inggris dan memiliki kemampuan memandu dan pengetahuan seluk beluk Pasar Beringharjo.
Para Guide ini berpasangan pria dan wanita dan bertugas menjelskan kepada para wisatawan tentang Pasar Beringharjo dan membantu mereka untuk mendapatkan barang yang dicari di Pasar Beringharjo.
Yang menarik dari penyediaan tenaga Guide di sini adalah tidak hanya diterjunkan pada masa liburan Lebaran tahun ini saja melainkan juga ketika musim libur panjang atau liburan sekolah. Sayang sekali saat saya berkeliling berbelanja batik di Pasar Beringharjo hari Ahad kemarin, saya belum menemukan pasangan Guide yang dmaksud.
Kepadatan Malioboro
Berkunjung ke Jogjakarta tidak akan “sah” jika tidak mampir walau sejenak di Kawasan Wisata Malioboro yang terkenal ke seluruh dunia. Banyak wisatawan dalam dan luar negeri datang berkunjung ke Malioboro baik untuk berbelanja aneka souvenir, sekedar hang out (bercengkerama) dengan teman bisnis, menginap di hotel atau mencicipi aneka kuliner yang eksotis dengan balutan cita rasanya yang menggugah selera.
Sudah bukan rahasia lagi kawasan Malioboro ini adalah ikon utama Daerah Istimewa Yogyaakarta (DIY). Yang unik yang saya pantau saat explore Malioboro beberapa hari yang lalu, sudah tidak banyak lagi warung makanan atau kafe berjalan di sepanjang malioboro di sebelah kiri.
Kalau anda masuk kawasan Malioboro dari Stasiun menuju ke arah selatan, nyaris tidak banyak tenda makanan atau jajanan di sebelah kirinya Mungkin ini salah satu gebrakan dari Pemkot Jogjakarta untuk lebih menata kawasan Malioboro menjadi lebh sejuk diliat, dan tidak meninggalkan kesan kumuh atau kemriyek (terlalu padat).
Saat saya memasuki Pasar Beringharjo memang sedikit kesulitan saat ingin memarkir kendaraan motor. Salah satu kenyamanan para wisatawan saat berbelanja di Pasar Beringharji adalah jaminan kendaraan yang diparkir aman. Membayar karcis parkir adalah sebuah keniscayaan, dan sangar wajar. Begitu pula dengan Malioboro.
Otoritas pengelola Malioboro pun menghimbau para mudikers atau wisatawan untuk memarkir kendaraannya di luar kawasan Malioboro. Bagaimana dengan lokasi perparkiran di Pasar Beringharjo?
Pengelolaan Perparkiran memang menjadi salah satu hal yang sudah diperhitungkan oleh otoritas Pasar Bering harjo dalam hal ini Pemkot Jogjakarta. Parkir di sembarang jalan (On street parking) memang menjadi kendala Banyaknya parker yang tidak rapih hingga memakan badan jalan sering mengganggu kenyamaman para pejalan kaki yang melintas atau datang ke Pasar Beringharjo.
Namun syukurlah akhirnya saya mendapatkan lahan kosong yang tidak produktif sebagai lokasi parker massal yang dikelola oleh pihak swasta yang tidak saya kenal. Dari busana yang dipakai sang “petugas parkir” yang terkesan seadanya, kumal dan mirip penampilan preman memang sedikit membuat ciut nyali yang melihatnya
Namun saat ditanya “pinten mas karcise?” langsung dijawb dengan bahasa Jawa yang halus “njeh mas”. Buyar sudah gambaran yang ada di benak kepala saya Walau petugas parkir liar tersebut terkesan berpenampilan preman namun dari tutur bahasanya yang halus membuyarkan anggapan negative saya terhadap juru parkir liar ini.
Mungkin sedikit “dipoles” lah penampilan para petugas parkir liar ini agar tidak berbusana “ala kadar” nya seperti itu Tidak perlu harus mengenakan Batik atau kemeja berkerah, memakai Kaos oblong pun tidak masalah, yang penting rapih, sopan dan bersih Harapan wajar saya sebagai pengunjung Pasar Beringharjo yang mungkin saja harapan bagi para wisatawan lainnya.
Kawasan Malioboro diperoyeksikan sebagai kawasan ideal pedestrian memang patut didukung dengan pengeolaan arus kendaraan keluar masuk dari dan ke kawasan Malioboro.
Oleh karena itu otoritas Malioboro sudah menyiapkan sejumlah rekayasa untuk memperlancar arus kendaraan menuju dan keluar Malioboro antara lain dengan menambah durasi lampu pemberi isyrarat lalu lintas atau Traffic light, penyebaran rambu alternative dan pemasangan pembatas di ruas ruas jalan tertentu
Sistim buka tutup yang sering diterapkan dalam pengelolaan lalu lintas di kota padat kendaraan seperti Jogjakarta menjadi “Senjata” utama mengurai kemacetan arus lalu lintas. Khusus di kawasan Malioboro penerapan (Sitem buka-tutup) di pintu masuk sisi utara Hal ini berarti pengendara harus memutar hingga kawasan Stadion Kridosono.
Peta Obyek Wisata dan Kuliner DIY
Harian Kedaulatan Rakyat pada edisi tanggal 2 Juli 2016 kemarin misalnya memuat beberapa halaman penuh dengan promo paket kuliner dari beberapa Hotel berbintang di Jogjakarta. The Sahid Rich Jogja, Hotel Fave Kusumanegara, Grand Tjokro Yogyakarta, Pondok Makan Pelem Golek adalah contohnya Mereka berlomba memajang paket Halal Bihalal dan Menu Kuliner andalannya masing masing.
Dari sinilah saya melihat wisata kuliner gencar di kampanyekan oleh otoritas Jogjakarta. Memanjakan para mudikers dan member service yang baik bagi para wisatawan Dalam dan Luar Negeri dengan aneka kuliner Jogjaarta yang ngangeni itu sangat luar biasa promosinya.
Harian Kedaultan Rakyat (KR) edisi hari Senin 4 Juli 2016 misalnya memberikan 1 halaman penuh full colour berupa Peta Objek Wisata dan Kuliner Khas DIY 2016. Penyaji materi halaman ini adalah Wawan Isnawan , Hanik Atfiati , Agus Waluyo , Khocil Birawa , Surya Adi Lasmana , dengan grafis yang sangat indah dibuat oleh Joko Santoso.
Pada bagian bawah peta Wisata dan Kuliner itu ada space iklan yang disewa oleh Jogja, The City Of Ramingten. Sebuah group usaha rumah makan dan retoran yang dikelola oleh Ramingten Group yang memiliki cabang di Jalan FM Noto 7 Kotabaru dan Jalan Kaliurang Km 16 Jogjakarta
Ada 44 (empat puluh empat) keterangan tempat wisata dan 26 (Dua puluh enam) spot Kuliner khas Yogyakarta yang tercetak diperta tersebut. Saya melihat dengan seksama daftar tempat makan (rumah makan / restoran) yang ada di peta tersebut tidak satupun yang memuat yang dari Kulon Progo tempat basecamp mudik lebran saya sekarang ini.
Ada Warung Sate Mbahh Margo yang sangat terkenal se Indonesia yang tidak tercantum dalam daftar. Mungkin saja dari pihak Warung Sate Mbah Margo ini tidak menyewa space iklan dihalaman tersebut.
Yang membanggakan saya sebagai warga Kulon Progo (Istri saya kan orang Kulon Progo jadi otomatis saya juga jadi warga Kulon Progo lah hehehe) dicantumkannya beberapa tempat wisata Kulon Progo tercantum dalam daftar 44 tempat wisata dipeta itu antara lain Puncak Suroloyo (Wisata Pegunungan) , Pemandian Clereng (Wisata Air), Waduk Sermo (Wisata Air), Giri Ganda (Wsata Sejarah) , Pantai Congot (Wisata Pantai), dan Pantai Glagah (Wsata Air).
Yang saya heran mengapa Obyek wisata Kalibiru Kulonprogo tidak tercantum dalam daftar 44 Tempat Wisata pada harian Kedaultan Rakyat edisi Senin tanggal 4 Juli 2016 itu?. Obyek Wisata Kalibiru ini tercantum dalam majalah inflight Maskapai penerbangan LION AIR edisi bulan Juni 2016 yang lalu. Dari foto foto yang ditampilkan dalam majalah LION AIR it foto tampak obyek wisata Kalibiru yang eksotis sudah mirip pantai di Kuta Bali.
Pada halaman 15 , rubric JAWA TENGAH pada Koran Kedaultan Rakyat pada tanggal tersebut juga mencantumkan kesiapan 3 (tiga) Tujuan Wisata Candi (TCW) yang utama yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Boko juga sudah bersiap menyambut para pemudik dan wisatawan yang ingin datang melihat dan menikmati eksotisme ketiga candi tersebut.
Otoritas pengelola ketiga candi tersebut , tulis harian Kedaulatan Rakyat , siap menerima para wisatawan yang datang berkunjung yang ditargetkan akan mencapai angka 300.000 wisatawan. Bebagai kegiatan juga sudah siap digelar seperti aneka kesenian dan dolanan mulai hari Minggu sampai hari Jumat (15/7) mendatang dengan harga tiket masuk (HTM) Rp.30.000 untuk wisatawan Nusantara. Tidak berubah seperti tahun sebelumnya. (Asep Haryono)
Para pemudik di seluruh Indonesia mungkin saat ini sedang terjebak kemacetan di jalur Pantura, Tol Cipali, Brebes, Kabumen, dan masih banyak kota kota lainnya yang sudah dikepung macet. Mungkin juga ada yang sudah berleyeh leyeh di kampung halaman menyambut hari kemenangan.
Arus angkutan lebaran baik yang diselenggarakan oleh swasta dengan program “motis” dan “mudik gratis” nya seakan tidak mau kalah dengan moda angkutan umum yang dipakai masyarakat untuk menuju kota tujuan mudik baik melalui jalur darat, laut maupun pesawat udara.
Saya yang saat ini sudah berada di kota Jogjakarta memantau informasi mudik 2016 melalui harian Kedaulatan Rakyat sejak beberapa hari yang lalu sudah gencar memberitakan situasi arus mudik tujuan kota Jogjakarta, dan bagaimana kesiapan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menerima pemudik dan tentu saja para wisatawan dalan dan luar negeri
Mereka yang ingin ke Jogjakarta pada saat ini tidak selalu berbentuk pemudik atau mereka yang ingin merayakan hari kemenangan dan Idul Fitri di kampong halaman di Jogjakarta, adalah juga para pelancong atau wisatawan lokal dan mancanegara yang juga bergerak menuju Jogjakarta.
Koran Kedaulatan Rakyat edisi Selasa, 5 Juli 2016 memberitakan ada sekitar 4,2 Juta Wisatawan dan Pemudik mengunjungi Yogyakarta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dengan kata lain DIY “diserbu” para pemudik yang ingin berlebaran, dan para wisatawan yang ingin mengunjungi obyek wisata di Jogjakarta. Lalu bagaimana dengan kesiapan DIY sendiri dalam menerima kedatangan para pemudik dan wisatawan pada lebaran tahun 2016 ini?
Pasar Beringharjo
Saya yang sudah explore Pasar Beringharjo hari Ahad 3 Juli 2016 kemarin bisa memastikan bahwa Pasar Beringharjo sudah stand by menerima para pengunjung yang ingin berbelanja aneka Batik atau jajanan pasar di kawasan Pasar Beringharjo dan sekitarnya ini.
Memang secara teknis lokasi Pasar Beringharjo memang “mepet:” dengan kawasan wisata Malioboro yang selalu ramai setiap masa liburan lebaran. Rata rata kios yang menggelar dagangannya berupa Batik dengan aneka model corak dan harganya sangat memanjakan para wisatawan dan pemudik untuk berbelanja kebutuhan Batik nya.
Pasar Beringharjo tetap menjadi salah satu andalan obyek wisata yang diusung oleh Pemkot Jogjakarta dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendulang Pendapatan Aseli Daerah (PAD).
Semakin banyak wisatawan yang berbelanja di Pasar Beringharjo dipastikan akan menggerakan perekonomian warga setempat dan menjanjikan pemasukan yang luar biasa bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasar Beringharjo sebagai icon kota Jogjakarta mengusung tagline “Heaven of Shopping” atau Syurga belanja bagi para wisatawan.
Harian Kedaulatan Rakyat (4 Juli 2016) memberitakan kesiapan Pasar Beringharjo dalam menyukseskan wisata belanjanya untuk wisatawan yang datang berkunjung Salah satu programnya adalah menyiapkan Local Guide (Pemandu lokal) yang fasih berbahasa Inggris dan memiliki kemampuan memandu dan pengetahuan seluk beluk Pasar Beringharjo.
Para Guide ini berpasangan pria dan wanita dan bertugas menjelskan kepada para wisatawan tentang Pasar Beringharjo dan membantu mereka untuk mendapatkan barang yang dicari di Pasar Beringharjo.
Yang menarik dari penyediaan tenaga Guide di sini adalah tidak hanya diterjunkan pada masa liburan Lebaran tahun ini saja melainkan juga ketika musim libur panjang atau liburan sekolah. Sayang sekali saat saya berkeliling berbelanja batik di Pasar Beringharjo hari Ahad kemarin, saya belum menemukan pasangan Guide yang dmaksud.
Kepadatan Malioboro
Berkunjung ke Jogjakarta tidak akan “sah” jika tidak mampir walau sejenak di Kawasan Wisata Malioboro yang terkenal ke seluruh dunia. Banyak wisatawan dalam dan luar negeri datang berkunjung ke Malioboro baik untuk berbelanja aneka souvenir, sekedar hang out (bercengkerama) dengan teman bisnis, menginap di hotel atau mencicipi aneka kuliner yang eksotis dengan balutan cita rasanya yang menggugah selera.
Sudah bukan rahasia lagi kawasan Malioboro ini adalah ikon utama Daerah Istimewa Yogyaakarta (DIY). Yang unik yang saya pantau saat explore Malioboro beberapa hari yang lalu, sudah tidak banyak lagi warung makanan atau kafe berjalan di sepanjang malioboro di sebelah kiri.
Kalau anda masuk kawasan Malioboro dari Stasiun menuju ke arah selatan, nyaris tidak banyak tenda makanan atau jajanan di sebelah kirinya Mungkin ini salah satu gebrakan dari Pemkot Jogjakarta untuk lebih menata kawasan Malioboro menjadi lebh sejuk diliat, dan tidak meninggalkan kesan kumuh atau kemriyek (terlalu padat).
Saat saya memasuki Pasar Beringharjo memang sedikit kesulitan saat ingin memarkir kendaraan motor. Salah satu kenyamanan para wisatawan saat berbelanja di Pasar Beringharji adalah jaminan kendaraan yang diparkir aman. Membayar karcis parkir adalah sebuah keniscayaan, dan sangar wajar. Begitu pula dengan Malioboro.
Otoritas pengelola Malioboro pun menghimbau para mudikers atau wisatawan untuk memarkir kendaraannya di luar kawasan Malioboro. Bagaimana dengan lokasi perparkiran di Pasar Beringharjo?
Pengelolaan Perparkiran memang menjadi salah satu hal yang sudah diperhitungkan oleh otoritas Pasar Bering harjo dalam hal ini Pemkot Jogjakarta. Parkir di sembarang jalan (On street parking) memang menjadi kendala Banyaknya parker yang tidak rapih hingga memakan badan jalan sering mengganggu kenyamaman para pejalan kaki yang melintas atau datang ke Pasar Beringharjo.
Namun syukurlah akhirnya saya mendapatkan lahan kosong yang tidak produktif sebagai lokasi parker massal yang dikelola oleh pihak swasta yang tidak saya kenal. Dari busana yang dipakai sang “petugas parkir” yang terkesan seadanya, kumal dan mirip penampilan preman memang sedikit membuat ciut nyali yang melihatnya
Namun saat ditanya “pinten mas karcise?” langsung dijawb dengan bahasa Jawa yang halus “njeh mas”. Buyar sudah gambaran yang ada di benak kepala saya Walau petugas parkir liar tersebut terkesan berpenampilan preman namun dari tutur bahasanya yang halus membuyarkan anggapan negative saya terhadap juru parkir liar ini.
Mungkin sedikit “dipoles” lah penampilan para petugas parkir liar ini agar tidak berbusana “ala kadar” nya seperti itu Tidak perlu harus mengenakan Batik atau kemeja berkerah, memakai Kaos oblong pun tidak masalah, yang penting rapih, sopan dan bersih Harapan wajar saya sebagai pengunjung Pasar Beringharjo yang mungkin saja harapan bagi para wisatawan lainnya.
Kawasan Malioboro diperoyeksikan sebagai kawasan ideal pedestrian memang patut didukung dengan pengeolaan arus kendaraan keluar masuk dari dan ke kawasan Malioboro.
Oleh karena itu otoritas Malioboro sudah menyiapkan sejumlah rekayasa untuk memperlancar arus kendaraan menuju dan keluar Malioboro antara lain dengan menambah durasi lampu pemberi isyrarat lalu lintas atau Traffic light, penyebaran rambu alternative dan pemasangan pembatas di ruas ruas jalan tertentu
Sistim buka tutup yang sering diterapkan dalam pengelolaan lalu lintas di kota padat kendaraan seperti Jogjakarta menjadi “Senjata” utama mengurai kemacetan arus lalu lintas. Khusus di kawasan Malioboro penerapan (Sitem buka-tutup) di pintu masuk sisi utara Hal ini berarti pengendara harus memutar hingga kawasan Stadion Kridosono.
Peta Obyek Wisata dan Kuliner DIY
Harian Kedaulatan Rakyat pada edisi tanggal 2 Juli 2016 kemarin misalnya memuat beberapa halaman penuh dengan promo paket kuliner dari beberapa Hotel berbintang di Jogjakarta. The Sahid Rich Jogja, Hotel Fave Kusumanegara, Grand Tjokro Yogyakarta, Pondok Makan Pelem Golek adalah contohnya Mereka berlomba memajang paket Halal Bihalal dan Menu Kuliner andalannya masing masing.
Dari sinilah saya melihat wisata kuliner gencar di kampanyekan oleh otoritas Jogjakarta. Memanjakan para mudikers dan member service yang baik bagi para wisatawan Dalam dan Luar Negeri dengan aneka kuliner Jogjaarta yang ngangeni itu sangat luar biasa promosinya.
Harian Kedaultan Rakyat (KR) edisi hari Senin 4 Juli 2016 misalnya memberikan 1 halaman penuh full colour berupa Peta Objek Wisata dan Kuliner Khas DIY 2016. Penyaji materi halaman ini adalah Wawan Isnawan , Hanik Atfiati , Agus Waluyo , Khocil Birawa , Surya Adi Lasmana , dengan grafis yang sangat indah dibuat oleh Joko Santoso.
Pada bagian bawah peta Wisata dan Kuliner itu ada space iklan yang disewa oleh Jogja, The City Of Ramingten. Sebuah group usaha rumah makan dan retoran yang dikelola oleh Ramingten Group yang memiliki cabang di Jalan FM Noto 7 Kotabaru dan Jalan Kaliurang Km 16 Jogjakarta
Ada 44 (empat puluh empat) keterangan tempat wisata dan 26 (Dua puluh enam) spot Kuliner khas Yogyakarta yang tercetak diperta tersebut. Saya melihat dengan seksama daftar tempat makan (rumah makan / restoran) yang ada di peta tersebut tidak satupun yang memuat yang dari Kulon Progo tempat basecamp mudik lebran saya sekarang ini.
Ada Warung Sate Mbahh Margo yang sangat terkenal se Indonesia yang tidak tercantum dalam daftar. Mungkin saja dari pihak Warung Sate Mbah Margo ini tidak menyewa space iklan dihalaman tersebut.
Yang membanggakan saya sebagai warga Kulon Progo (Istri saya kan orang Kulon Progo jadi otomatis saya juga jadi warga Kulon Progo lah hehehe) dicantumkannya beberapa tempat wisata Kulon Progo tercantum dalam daftar 44 tempat wisata dipeta itu antara lain Puncak Suroloyo (Wisata Pegunungan) , Pemandian Clereng (Wisata Air), Waduk Sermo (Wisata Air), Giri Ganda (Wsata Sejarah) , Pantai Congot (Wisata Pantai), dan Pantai Glagah (Wsata Air).
Yang saya heran mengapa Obyek wisata Kalibiru Kulonprogo tidak tercantum dalam daftar 44 Tempat Wisata pada harian Kedaultan Rakyat edisi Senin tanggal 4 Juli 2016 itu?. Obyek Wisata Kalibiru ini tercantum dalam majalah inflight Maskapai penerbangan LION AIR edisi bulan Juni 2016 yang lalu. Dari foto foto yang ditampilkan dalam majalah LION AIR it foto tampak obyek wisata Kalibiru yang eksotis sudah mirip pantai di Kuta Bali.
Pada halaman 15 , rubric JAWA TENGAH pada Koran Kedaultan Rakyat pada tanggal tersebut juga mencantumkan kesiapan 3 (tiga) Tujuan Wisata Candi (TCW) yang utama yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Boko juga sudah bersiap menyambut para pemudik dan wisatawan yang ingin datang melihat dan menikmati eksotisme ketiga candi tersebut.
Otoritas pengelola ketiga candi tersebut , tulis harian Kedaulatan Rakyat , siap menerima para wisatawan yang datang berkunjung yang ditargetkan akan mencapai angka 300.000 wisatawan. Bebagai kegiatan juga sudah siap digelar seperti aneka kesenian dan dolanan mulai hari Minggu sampai hari Jumat (15/7) mendatang dengan harga tiket masuk (HTM) Rp.30.000 untuk wisatawan Nusantara. Tidak berubah seperti tahun sebelumnya. (Asep Haryono)
![]() |
BULE : Sekelompok turis asing sedang dirias tato nya di areal kawasan Malioboro (25/7). Ada yang kenal dengan mereka? Foto Asep Haryono |
![]() |
BATIK : Om saya sedang menawar batik di sebuah kios di bagian bawah Pasar Beringharjo. Jika harga sudah standar tidak perlu ditawar lagi Foto Asep Haryono |
![]() |
PETA : Edisi spesial Kedaulatan Rakyat (KR) tanggal 4 Juli memuat peta obye wisata dan kuliner khas Jogya 2016. Excellent idea. Foto Asep Haryono |
wah, wah, melihat report ini, kayaknya Mas Asep beneran sudah siap bener nih menyambut lebaran, hehehe... Selamat berlebaran bersama keluarga di Yogya ya kang, mohon maaf lahir bathin. Maafkan juga aku sudah jarang mampir ke sini, heheheh
ReplyDelete@Eka Fikriyah : ALhamdulillah mba Eka. Hiehiehe. Iya nih sekalian buat travel note alias catatan perjalanan selama Mudik Iya mba sama sama juga Mohon maaf lahir dan bathin. Salam dari lokasi mudik di Kulon Progo
DeleteWah nggak sempet ke Jogja lebaran tahun ini, padahal ada saudara disana :-(
ReplyDelete@Eksapedia : Oh ya. Owawwwwwww
Delete