Sarlito Wirawan. Photo courtesy SOLOPOS
Sarlito Wirawan. Photo courtesy SOLOPOS


Saat saya asyik menyaksikan tayangan perkembangan gelar perkara kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaya "ahok" Purnama di  salah satu TV Swasta terbesar di tanah air , saya terkejut melihat running text (teks berjalan) di layar yang menyebutkan psikolog ternama Sarlito Wirawan meninggal dunia.

Saya tidak sempat lagi membaca sampai habis teks berjalan tersebut, saya langsung buka Samsung Galaxy Grand Prime kesayangan saya dan membuka beberapa situs berita daring dan informasi itu benar adanya.  Sarlito Wirawan telah meninggal dunia. Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang memiliki nama lengkap Sarlito Wirawan Sarwono itu diberitakan meninggal dunia pada hari Senin (14 November/2016 WIB di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.

Terakhir saya menyaksikan lewat layar televisi, yakni saat sidang kopi bersianida saat almarhum mendebat penasehat hukum terdakwa Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, di  di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, tanggal 1 September 2016 yang lalu.

Selamat jalan bung Sarlito Wirawan.

Referensi :



Catatan Asep Haryono

Pagi dinihari ini iseng iseng membuka salah satu situs website fave saya DETIK COM dan membaca baca highlight berita nya , saya langsung shock membaca salah satu berita yang diposting oleh crew situs tersebut yakni berita musibah jatuhnya pesawat Heli MI-17 milik TNI AD di sekitar pos Pamtas TNI di Malinau, Kalimantan Utara dengan Sarawak, Malaysia.

Situs website Detik Com menyebutkan dari total 19 penumpang, 13 orang tewas dan 6 orang lainnya selamat meski mengalami luka bakar.   Ini jelas musibah dan juga cobaaan yang (lagi lagi) menimba korps jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.  Musibah yang justru terjadi bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 2013 ini.
Gambar dari Internet

Kami sekeluarga di Pontianak, ibukota Propinsi Kalimantan Barat menyampaikan duka cita yang sedalam dalamnya atas banyaknya korban meninggal dunia dan luka luka atas musibah jatuhnya Pesawat
Heli MI-17 milik TNI AD di sekitar pos Pamtas TNI di Malinau, Kalimantan Utara dengan Sarawak, Malaysia tersebut.

Semoga para keluarga korban tabah menerima cobaan dari Allah SWT ini dan ikhlas.  Semoga para keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan, dan ketabahan dari Allah SWT.  Innallillahi Wainnailahi Radjiun.   Kami semua milik Allah , dan kepada Allah SWT jugalah kami semua akan kembali.  Selamat Jalan Pahlawan ku.   (Asep Haryono)
Catatan Asep Haryono

Mungkin terdengar klise dari judul tulisan singkat saya pada hari ini. "Bosan Jadi Karyawan" , suatu judul yang sudah sering kita dengar dan sering baca dari berbagai tulisan, artikel dan juga berita dimuat diberbagai media. 

Beberapa blogger Laskar KPK seperti mba Covalimawati yang dengan apik sudah menuturkannya dalam tulisan beliau yang berisi dan berjudul  "Bosan Jadi Pegawai"  cukup menarik untuk saya simak hingga beberapa kali. 

Ada pencerahan dalam tulisan yang ditulis mba Cova tersebut.  Begitu juga dengan cerita dari Ibu Siti Mahmudah dalam tulisannya yang apik berjudul "Berjualan Pop Corn Suamiku dapat Menafkahi Keluarga". Memberikan banyak inspirasi dan pencerahan buat kita semua pada umumnya dan kepada saya pada khusussnya yang tertarik untuk terjun ke sungai eh salah ke dunia wiraswasta.


Bahkan salah satu Media Televisi Swasta juga sudah pernah menayangkan program serupa dengan nama yang sama yakni "Bosan Jadi Pegawai" juga sudah banyak memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin memulai usaha sendiri.

Namun sedikit demi sedikit slogan "Bosan Jadi Pegawai" itu rasa rasanya sudah mulai mempertakut perasaan yang berkecamuk dalam labil hati saya ini.  Oala minjem bahasanya Om Vicky dah ini.  Hiheiheiheiheiheee.  Ya kenyataan seperti itulah kira kira.


Bekerja di salah satu perusahaan ternama di Kalimantan Barat, dan juga merupakan salah satu group Jawa Pos News Network sekilas memang menyiratkan keasyikan bagi mereka yang melihatnya dari luar sana. 

Bekerja di belakang meja dengan deretan Komputer berkecepatan tinggi internet, dan segudang renumerasi lainnya memang membuat diri terpedaya dalam apa yang disebut sebagai "zona aman".  Sudah banyak tulisan dan artikel yang menyebut perlunya membuat "arah baru" dari kebiasaan yang sudah lama dalam hal ini adalah pekerjaan.  


Dijaman yang konon sangat sulit mencari pekerjaan ini memang tidak lah hal yang mudah. Di  saat orang lain berburu pekerjaan dengan mengikuti perkembangan JOB FAIR dikota masing masing.

Mengasah kemampuan diri dengan mengikuti berbagai kursus ketrampilan baik itu Bahasa Asing, Komputer, dan lain sebagainya hanya untuk "to be qualified" agar diterima di bidang pekerjaan yang diinginkan. Hmmm. Pekerjaan tetap dengan gaji (upah) yang layak akan selalu menjadi salah satu motivasi utama seseorang dalam berburu pekerjaan dan atau bekerja sekarang ini.

Ilustrasi Asep Haryono
Mungkin slogan "Bosan Jadi Pegawai" dalam pandangan saya lebih condong kepada "PNS alias "Pegawai Non Civil Servant" alias Pegawai swasta.  Karena dalam prespektif saya agak jarang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang bosan dengan status kepegawaian Negerinya. Hiehiehihee. 

Memang sering saya dengar seseorang melepaskan status PNS nya karena menjadi calon legislatif, atau terjun ke dunia wiraswasta. Namun itu jarang terjadi.   Slogan "Bosan Jadi Pegawai" dalam prespektif saya lebih ditujukan kepada Pegawai Swasta seperti saya.


Kelak mungkin suatu saat nanti, status karyawan dan atau Pegawai yang melekat dalam diri saya akan ditinggalkan.  Mau kemana setelah retired?   Sudah dipersiapkan dari sekarang tentunya. Apakah ingin mencoba peruntungan untuk berwiraswasta?  Saya tidak mau terjebak dalam "indahnya" cerita sukses dari mereka yang berniaga atau berwiraswasata yang sering saya baca dan sering saya dengar. 

Saya masih belajar kepada mereka yang sudah lebih dahulu "banting komputer" eh salah "banting stir" dan sukses dalam usaha wiraswasta yang dimilikinya.  13 (Tiga Belas Tahun) sudah bekerja sebagai karyawan swasta sudah saya rasakan cukup. 

Walaupun istri tercinta sudah menyandang sebagai "pelayan rakyat" (bacA :PNS) lebih dahulu tidak ada masalah buat saya. Saya akan mencoba "arah baru" bukan saja untuk mencari pundi pundi pemasukan saja tetapi lebih dari itu adalah passion saya yang ingin merasakan challenge (tantangan) yang lebih besar lagi.   (Asep Haryno)
Catatan Asep Haryono

Kejadiannya persis kemarin (Hari Kamis, 12 September 2013) atau bertepatan dengan penanggalan 5 Dzulqaidah 1434 Hijriah, ban belakang motor saya pun akhirnya pecah. Sebenarnya saat saya mengendarai Motor Jadul kesayangaan saya HondaSupra FIT KB 3815 HY  keluaran tahun 2005  sudah terasa "nda nyaman" saat melintasi jalan Soekarno Hatta, arah menuju Bandara Supadio, Pontianak

Saya suka sekali dengan Honda ini, karena sepanjang "karir" saya mengendarai Honda Bebek jenis HONDA sejak tahun 2005 sampai sekarang jarang rewel dalam artian harus masuk bengkel untuk "opname" dalam waktu lama.  Kalau urusan teknis kecil kecil lain yah biasalah misalnya ban bocor,  Aki motor kurang, dan lain sebagainya. Untuk urusan servis rutin tentu donk , biar kendaraan tetap siap siaga di operasikan.

Tau sendiri kota Pontianak yang konon ada stigma yang mengatakan "Tak ade motor cam tak ade kaki". Mungkin maksudnya adalah jika tidak memiliki kendaraan roda dua atau motor ini rasanya susah untuk pergi kemana mana.  Motor bagi sebagian orang bisa sebagai "nyawa kedua" karena jika kendaraan operasional (baik motor maupun bukan motor) sampai terkendala bisa dipastikan urusan akan terganggu.   Bagaimana dengan kendaraan umum atau sarana transportasi umum?
Catatan Asep Haryono

Namanya juga manusia banyak sekali sifat sifat dasarnya yang sudah dari sononya tidak akan berubah karena memang pemberian dari Allah SWT, dan manusia adalah tempat berkumpulnya semua cita rasa, dan juga perasaan dan akal yang sudah diberikan Allah SWT untuk disyukuri setiap saat.  Saya rasa kawan kawan semuanya sepakat untuk hal yang satu ini tentunya bukan.

Dan sebagai manusia tentu juga memiliki keterbatasan fisik karena memang manusia bukanlah ROBOT yang stand by setiap saat dan bisa bekerja 24 (dua puluh empat) jam sehari, tanpa perlu makan , dan minuman.  Nah perasaan dan emosi dalam diri manusia itu adalah hal yang biasa kita temui dan rasakan sendiri misalnya tersinggung (offensive-red),  marah , kecewa , tertawa , menangis , haus , lapar termasuk diantaranya adalah mengantuk (sleepy).  Nah pernahkan kawan kawan mengantuk?  Tentu saya saja pernah bahkan sering merasakan kantuk yang luar biasa tak tertahankan. 
Gambar dari Internet
Catatan Asep Haryono

Seperti yang sudah saya singgung pada tulisan sebelumnya yang berisi dan berjudul "akhirnya datang lagi" disebutkan bahwa untuk membuat konsistensi dalam memposting di blogging sepertinya banyak menemui kendala di sana sini.

Tapi ini memang membuat saya sedikit "kocar kacir" alias kehilangan fokus.   Tidak hanya pada urusan konsistensi dalam menulis, tetapi juga aneka romantika kehidupan yang mengelilingi saya akhir akhir ini yang akhirnya memecah konsentrasi saya.

Kehilangan fokus. Ya ini yang mau saya bagikan kepada kawan kawan semuanya di sini. Setiap orang tentulah memiliki masalahnya masing masing. Bagaimana sikap kita terhadap masalah yang datang tentu terpulang kepada pribadi masing masing.
Pak Tab.  Foto Asep
Episod Tetangga Yang Baik Hati
Catatan Asep Haryono

Punya tetangga yang baik hati dan murah hati dan gemar membantu adalah idaman bagi setiap orang karena dengan bertetangga itulah kita bisa saling bantu membantu jika salah satu dari kita mengalami kesulitan atau masalah.

Memiliki tetangga yang baik dan suka membantu warganya yang lain adalah dambaan saya juga. Selama "karir" sebagai kontraktor (baca : ngontrak terus) di Komplek Duta Bandara Supadio sejak taun 2005 yang lalu kalau tidak salah sudah tidak terhitung lagi betapa banyaknya tetangga saya yang baik hatinya, dan sering membantu warga lainnya yang mengalami kesusahana atau masalah.

Dahulu saya pernah dibantu 2 (dua) orang warga Komplek juga, tetangga saya, pada bulan September 2012 yang lalu saat Pak Deni dan Pak Budi yang dengan ikhlasnya membantu membetulkan antena TV saya yang rusak hingga berfungsi normal.  Saya sudah menceritakan kebaikan hati mereka dalam blog kesayangan saya ini juga pada bulan September 2012 tersebut.

Inilah secuil pengalaman yang saya (yang kembali mendapatkan bantuan dari tetangga yang baik hati) yang saya dapatkan pada hari Ahad, 30 Desember 2012 (Saya sebenarnya lebih senang menyebut Ahad instead of Minggu atau hari minggu). Ketika jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB pagi hari melintaslah  2 (dua) orang tetangga saya Pak Tab dan Pak Dhe yang notabenenya beda Blok dengan saya lewat depan rumah saya dan  tiba tiba memberi tahukan kalaw depan rumah saya tergenang banjir. Oalaa banjir?

Langsung in Action
"Pak Asep, depan rumahnya tergenang tuh, kayaknya banjir dari pipa ya?  Pipanya bocor kayaknya tuh" kata pak Tab sambil mampir ke rumah saya.  Saya yang saat itu sedang menyapu lantai, dan istri dan kedua anak saya sedang mencuci piring di belakang rumah mendadak kaget dengan teguran dan informasi mendadak dari Pak Tab.  "Ah masa sih pak Tab, benarlah siket? (Ah masa sih pak yang benarlah sedikit?) " kata saya dengan aksen Melayu Pontianak. Ya iyalah dua puluh taon di Pontianak masak nda bisa sih bahasa Melayu. HIheihiehiheiheiee.

Pak Tab dan Pak Dhe menghampiri rumah saya, dan mengajak saya keluar rumah. Mereka menunjuk pada saluran pipa PDAM saya yang bocor dan membanjiri depan rumah saya dan nyaris membanjiri rumah tetangga di sebelah kanan saya. "Huaaa iya bener bocor nih, aduh gimana ini?" kata saya. Tiba tiba Pak Tab dan Pak Dhe langsung "terjun" menceburkan kakinya di parit (atau semacam Got kalau di Jakarta-red) dan langsung in action membetulkan pipa.

"Coba pak Asep sediakan pipa paralon setengah inci ya lengkap sambungannya, soketnya juga setengah inci dua buahh saja cukup" kata Pak Tab.  Mendengar "instruksi" tersebut tanpa ba bi bu lagvi saya langsung memacu Iron Man (baca : MIO) saya ke toko bangunan terdekat dan membeli barang barang tersebut, dan setelah dapat barangnya, saya langsung menyerahkan kepada Pak Tab dan pak Dhe yang sudah nyebur.  Kaget saya bercampur bingung.  Tetangga saya ini langsung turun membantu saya tanpa banyak basa basi. Saya jadi salah tingkah dan tidak tau ngomong apa.

BOCOR : "Wah ini pecah kayaknya Pak Asep, coba belikan pipa setenga inci dua buah lengkap dengan soket sambungannya ya" kata Pak Tab sambil mengangkat pipa PDAM saya yang pecah ujungya. Siap Pak. Laksanaken.  Foto Asep Haryono

DIUKUR : Begitu pipa sudah dibelikan langsung diadakan pengukuran yang sederhana. "Sambung aja pake soket ya, tidak perlu pake lem bisa kok" kata Pak Tab.  Saya yang tidak tau apa apa cuma manggut manggut saja.  Foto Asep Haryono
PERIKSA : Pak Tab berdiri dengan cangkulnya setelah Pipa PDAM berhasil disambung menyaksikan Pak Dhe yang dengan ikhlasnya mengaduk ngaduk got depan rumah saya dengan kedua tangan telanjangnya agar lancar airnya mengalir. "Biar tidak mampet pak Asep" kata Pak Dhe.  Duh saya jadi salah tingkah.  Foto Asep Haryono

Saya pun langsung mengambil kamera Nikon Coolpix 12 Piksel saya dan langsung mengabadikan momen bersejarah ini.  Kok bersejarah sih? Jelas , karena ini langka dan unik. Betapa mulia dan baik hatinya tetangga saya ini, Pak Tab dan Pak Dhe , yang langsung membantu membetulkan pipa bocor PDAM saya secara spontan. Bukan main.
Sungguh saya jadi salah tingkah, muka saya seperti ditekuk empat (minjem istilahnya dari Alm, KH.Zainuddin MZ-red) alias tidak bisa ngomong apa apa lagi menyaksikan kedua tetangga saya yang baik hati bekerja membetulkan pipa PDAM saya yang bocor. Sampai di sinikah kebaikan hati tetangga saya, Pak Tab dan Pak Dhe, yang sudah membetulkan pipa PDAM saya yang bocor?

Dari Pipa Bergeser Ke Parit
Saya langsung in action juga walau tidak membantu mereka secara langsung (secara kebetulan kaki saya perih kena kutu air hiehiehiehiee-red). Ini bukan alasan loh bener. Saya nyebur kaki sebelah ke dalam air aja perihnya bukan main. Sekarang aja masih pake NOSIB (halah nyebut merek eui-red). Tau NOSIB? Bukan Nasib ya. Nosib itu sejenis salep bebas di pasar atau di apotik yang khusus menyembuhkan sela sela kaki yang terkena kutu air.

Saya "menginstruksikan" istri tercinta untuk menyediakan kedua tetangga saya yang baik hati ini, Pak Tab dan pak Dhe, cemilan atau makanan ringan. Sayangnya tidak ada bubur heihiehiee. "Silahkan pak istirahat dulu minum dan ada snack nih" tawar saya.  Cemilan kecil saja beruba roti kebeng (Bahasa Pontianak yang artinya semacam crackers, atau biskuit berongga), rambutan, dan air teh es yang manis rasanya.   Hanya itu yang bisa kami lakukan buat "menjamu" tetangga saya yang kebaikannya bak malaikat di siang hari ini. 

Baru saya tinggal sebentar karena harus ke warung depan membeli minyak curah setengah kilo pesanan istri tercinta yang saat itu memang sedang masak, begitu saya kenbali dari warung ternyata Pak Tab dan Pak Dhe "sibuk" lagi membuat tunnel atau membuka saluran air got depan rumah saya yang mampet tertimbun tanah.   Saya pun kembali mengambil kamera Nikon Coolpix saya dan mengabadikan aktifitas mereka sebagai dokumentasi keluarga.


BUKA : Pak Dhe dengan linggisnya "membuka" saluran got depan rumah saya agar lancar mengalir airnya. Tampak cukup jelas di sini saluran yang mampet dan macet tertimbun tanah.  Foto Asep Haryono

DUO KOMPAK : Inilah tetangga saya yang baik hati Pak Tab dan pak Dhe sedang merapikan saluran air got depan rumah saya , atau bahasa Pontianaknya Parit, agar lancar. Foto Asep Haryono

LUAR BIASA : Inilah hasil kerja mereka berdua yang luar biasa. Saya sungguh tidak menyangka mereka begitu perduli dengan kesehatan lingkungan. Saluran Parit sekeliling rumah saya menjadi lancar.  Foto Asep Haryono

MENGALIR : Pak Tab mengawasi hasil kerjanya yang sudah final. Air pun mengalir dengan lancar, dan Pipa PDAM yang bocor tersebut berhasil disambunkan kembali.  Foto Asep Haryono

"Wah di foto nih" kata Pak Tab saat melihat saya mengambil gambarnya. "Eh iya pak, buat dokumentasi saja, saya senang mendokumentasikan kegiatan saya" kata saya.  Sayangnya Pak Tab tidak punya Facebook,Twitter apalagi blog.  Begitu juga dengan Pak Dhe.  Mereka adalah warga biasa saja, Pak Dhe pensiunan Departemen Agama, dan pak Tab adalah profesi wiraswata. Mereka di Blok D, dan E, sedangkan saya di Blok C, komplek Duta Bandara, Pontianak

Andai kedua orang tetangga saya yang baik hati ini punya akun jejaring sosial itu tentu saya akan saya tag foto foto ini. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa kedua orang tetangga saya, satu komplek, Pak Tab dan pak Dhe , adalah tetangga saya yang baik hati. Suka membantu warga lainnya, dan sangat perduli kepada lingkungan dan kebersihan sekitarya. Alhamdulillah. Terima kasih Pak Tab. Terima kasih Pak Dhe. (Asep Haryono)

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia