Catatan Asep Haryono
Namanya Sumargono, atau akrab panggilan sehari harinya dengan sebutan Mas Gono adalah teman kampus saya. Kami memang sama sama kuliah di kampus yang sama hanya beda fakultas. Kampus Universitas Tanjungpura Pontianak (UNTAN), satu satunya universitas negeri di Kalimantan Barat. Mas Gono kuliah di Fakultas Pertanian angkatan 91 kalau tidak salah, sedangkan saya di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan angkatan 90.
![]() |
MAS GONO : Inilah mas Gono yang duduk di sebelah kiri saya saat liburan di Kulon Progo sekitar tahun 2015 yang lalu. Foto IST |
Sebagai sesame aktifis kampus, kebetulan kami sama sama aktif di Badan Kerohanian Mahasiswa Islam (BKMI) Untan dan Graha Pencinta Lingkungan Hidup (GRAPHI) Untan. Sayang sekali Graphi Untan ini dibekukan, berita terbaru yang saya dengar beberapa tahun yang lalu. Gosipnya sih anak anak mahasiswa pengurus Graphi Untan saat itu ambil dana budgeter (Dana kemahasiswaan) namun kegiatannya tidak ada. Ya sudah dibredel sama Untan. Sayang juga ya.
Sejak di BKMI UNTAN. Saya banyak mendapat nasehat dan masukan yang sangat berarti dalam hidup saya. Saya tidak dapat menceritakan banyak hal dari sahabat saya Mas Gono ini karena begitu banyak yang bisa saya tuliskan. Biarlah hanya Allah SWT saja yang tau kebaikan hati dan kemuliaan budi pekerja sahabat saya ini. Kejujuran adalah satu karakter yang saya banggakan dari rekan saya Mas Gono ini. Entah karena mas Gono berasal dari Jogjakarta yang notabenenya adalah orang Jawa yang memang terkenal akan keramahtamahan, kejujuran dan kerajinannya. Walahu Alam.
Pernah suatu ketika, ketika mas Gono bekerja di Wartel KOPMA (Koperasi Mahasiswa) UNTAN, saya juga sering mampir di sana, ada seorang pelanggan wartel yang membayar jasa telepon wartelnya namun kembaliannya kurang Rp.50,- (Lima puluh rupiah).
Si pelanggan itu tidak mempermasalahkannya, uang kembalian jasa telepon wartel yang dia pakai kurang 50 rupiah. Tapi tidak bagi seorang mas Gono. Dia tungguin itu pelanggan sampai akhirnya si pelanggan setia itu datang lagi. Dan saat membayar mas Gono kembalikan uang 50 rupiah kekurangan kembalian yang dulu. Masya Allah. Sampai segitunya coba. Jika ada banyak mas Gono Mas Gono di Indonesia mungkin angka korupsi bisa ditekan. Wallahu Alam
Semoga Bisa Berjumpa Lagi
Saya terakhir jumpa dengan mas Gono sekitar tahun 2015 yang lalu saat saya mudik bersama keluarga di Kulon Progo (1 jam dari kota Jogjakarta). Saya sempat mampir ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah mertua saya di Kulon Progo, rumahnya memang terletak di lereng gunung, jadi agak tinggi letak rumahnya.
Banyak pohon pohon dan udaranya yang relative masih sejuk dan segar dihirupnya. Saat itu saya bersilaturahmi dengan mas Gono sekeluarga dan 3 orang anaknya yang masih kecil kecil. Mas Gono ngurus Sawah dan ternak. Terbersit dalam benak saya biar pun mas Gono petani dan Ternak , dia itu Sarjana Pertanian sudah disandangnya
Mas Gono sekeluarga juga sudah berkunjung balik ke rdumah mertua saya di Pundak IV dan saya sangat senang sekali. Saya jadi teringat tahun 2004 yang lalu saat saya masih dalam tahap approach kepada calon mertua, saya juga dibantu oleh Mas Gono sebagai “juru bicara” nya karena saya tidak bisa berbahasa Jawa
Di usia yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi, saya sangat bahagia bisa memiliki sahabat, teman seperjuangan, teman curhat dan teman diskusi sebaik mas Gono. Saya sangat kagum akan personality dan attitude mas Gono yang selalu mengedepankn aspek ketuhanan dan kejujuran. KIni mas Gono hidup tenang bersama keluarganya di Kulon Progo atau West Prog bahasa Gaulnya. Entah kapann saya masih berharap bisa jumpa dengan Mas Gono Sahabatku lagi untuk bersilaturahmi. Aamin Ya Rabbal Alamin. (Asep Haryono)
No comments:
Thank you for your visit.. Be sure to express your opinion. Your comment is very important to me :)