Akhirya dengan dibantu oleh rekan penulis waktu itu, penulis menggunakan jasa Kapal Barang yang kebetulan punya rute yang sama (Pontianak-Jakarta-Tanjung Priok). Dengan hanya membayar Rp.25.000,- (Dua puluh lima ribu rupiah) kepada Nakhodanya, dengan tanda bukti hanya sobekan kertas kecil menyerupai karcis. Namanya juga Kapal Barang yang khusus mengangkut barang (Motor, komodiiti dan lain lain), maka jangan harap ada fasilitas mewah di kapal barang itu. Bisa tidur berdesakkan saja itu sudah lebih beruntung. Jangan tanya soal makanan di Kapal Barang, atur saja sendiri. Mau bawa sendiri lebih baik.
Nyaris Tenggelam
Lama perjalanan ditempuh dari Pontianak menuju Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) waktu itu sekitar 3 hari 4 malam. Ini kalau tidak salah ya. Hari pertama saja di laut sudah goyang diombang ambil ombak laut yang tinggi. Bayangkan saja Kapal Barangya dari kayu, memuat banyak kendaraan, dan barang di tengah laut dihantam badai dan ombak. Goyang ke kiri dan ke kanan. Saya sempat agak mual mual waktu itu mau throw up (muntah) rasanya, dan kepala agak pusit, perut berada diaduk aduk karena kapal memang goyang ke kiri dan ke kanan terus sepanjang perjalanan. Bisa dibayangkan.
KAPAL BARANG : Ini hanya ilustrasi saja. Kira kira seperti inilah kapal barang yang saya naiki waktu itu dan nyaris tenggelam. Gambar ini dari Internet |
Ini pengalaman yang tidak akan dapat penulis lupakan adalah saat Kapal Barang "Kota Silat" yang penulis tumpangi saat itu diketahui bocor di lambung kiri atau kanannya. Saat penulis sedang terlelap dalam mimpi menjelang Subuh terdengar suara para awak yang intinya memberitahukan ada kebocoran di lambung.
Penulis sudah ketar ketir mendengarnya, dan langsung bangun untuk melihat lihat. Dan apa yang penulis liat saat itu? Ya penulis liat beberapa awak Kapal Barag yang sudah turun ke dek lengkap dengan pelampung warna oren. Mirip drill (latihan) namun hari itu adalah for real (kejadian yang sesungguhnya) Kapal bocor di lambung dan air sudah deras masuk teriak para awak. Ketar ketir penulis mendengarnya. Very scary. Menakutkan
Terbayang dalam benak saya keluarga di rumah (Bekasi) sambil membekap souvenir Tugu Khatulistiwa yang ingin dibawa ke rumah orang tua penulis di Bekasi, penulis liat suasana masih ramai para ABK memberesi lambung Kapal.
Penulis liat di sejauhh mata memandang keadaan masih sangat gelap tak keliatan apa apa, angin dingin Subuh menyengat tulang. Dari penjelasan Nakhoda nya diketahui bahwa garis Pantai sudah sangat dekat. Padahal yang penulis lihat dengan mata telanjang air melulu, mana daratannya? Singkat cerita Dan ternyata sudah pagi dan Kapal Barang berhasil merapat dengan selamat di Pelabuhan Tanjung Priok. Penulis mengucap syukur Alhamdulillah sampai dengan selamat. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak akan pernah penulis lupakan, (Asep Haryono) ...
wah murah banget kang... kalau saya sih mending naik kapal barang kang . lebih sedikit orangnya.. nggak banyak calok nya hehehehehe nggak ada pengamen pokoknya lebih tenang kang.. hehehe
ReplyDelete@Mas Nady : Hahaha iya harga jaman taon 1992 an kalau nda salah. Harga kapal barang saat itu. Hahahh soal tenang sih relatif ya. Ramai juga sama barang dan orangnya. Tapi demi keselamatan yang relatif lebih terjamin naik kapal PELNi aja. Mahal tidak apa
Deleteitu mah mahal kalo jaman segitu. jaman nasi rames 300 perak kan?
Deletepengalaman say ko' cuman didaratan sajah ya...kapankah saya berkesempatan naek kapal barang...kayanya asoy geboy banget tuh...kliatannya mah...gituh.
ReplyDeleteWahahah iya mang Lembu. Kapal barang mah banyak suka dukanya Hieiehiehiehiehiheihee
Deletesini bareng saya, biar kalo pada kelelep saya diemin.
Deletesekalian di bikin serial FTV aja, suhu..... dibumbui sedikit lagi cerita-cerita tegang....
ReplyDeleteAda cerita lain yang tidak saya sebutkan di sini. Di salah satu sudut kamar di Kapal Barang itu ada sepasag muda mudi yang sedang berpacaran di atas ranjang. Cubit cubitan dengan gelak tawa dicampur suara oh oh oh. HIheiheiheihee. Selebihnya *sensor*. Ini yang tidak saya sebutkan di atas, tapi disebutkan di sini. Hiehiehiehiheie. Semoga tidak membuat rusuh
Deletesaya ngelamar jadi tukang lampunya
Deletenggak nyangka Kang Asep lebih Titanic daripada Kang Leonardo. cuma bintang Titanic nggak mau muntah Kang.
ReplyDeleteWahahahahahahahaa
Deletengeriiiiii dah kalo kapal ukuran segitu jarak jauh. salut dengan pengalamannya
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terima Kasih
Deletesetelah saya bayangkan, goyang ditengah laut, sepertinya boleh juga tuh, apalagi kalau lagunya buka dikit jos, wah cucok banget bos, hehehe...
ReplyDelete