Help us to keep our home
Catatan Asep Haryono


Sebelumnya saya memulai cerita pengalaman liburan ke Bali waktu itu lengkap dengan segala kekonyolannya, izinkan saya memperkenalkan terlebih dahulu siapa saja "bintang" cerita pengalaman wisata kuliner yang seru kali ini. 

Dari Kanan ke Kiri : Syahrir Badulu (Makasar) , Wibowo (Medan), Suryadi (Madura) , Keyko (Semarang) , Ririn Pudya (Jakarta), Fadel (Lombok) dan saya sendiri Asep Haryono (Pontianak).  Foto dokumentasi KangGuru

Kami menyebut diri kami sendiri dengan "The Champion".  Para "Champion" di atas sudah menyelesaikan kontrak tugasnya selama 5 tahun (Periode 2005 - 2010) melalui acara perpisahan yang indah di Bali November 2011 yang lalu namun  Kenangan dan kekonyolan kami ber 6 selama "berkarir" sebagai "champion" tak terlupakan.  Nah berikut ini adalah 2 cuplikan terpilih dari beberapa kekonyolan kami selama merajut kebersamaan selama itu

Lidah Tetap Indonesia

Dalam kunjungan kami di Bali tahun 2010 ini bisa jadi pengalaman yang tidak terlupakan selama hidup saya.   Saat itu kami ber 7 di undang makan oleh teman teman Bule dari KangGuru Australia di salah satu kedai Makanan Cepat Saji di kawasan Jalan Sesetan Denpasar Bali

"Boleh juga sepertinya mencoba menu yang dimakan oleh sepasang bule di pojok itu" kata saya sedikit berbisik kepada Syahrir.   Dan Syahrir pun sepertinya paham setelah melihat sepasang bule Australia makan dengan penuh nikmat Salad.  Ya Salad.   Saya ingin icip icip Salad sepertinya nikmat gumam saya dalam hati.  Padahal 6 rekan saya lainnya pesan menu masakan Indonesia,  Saya aja yang pesan Salad.  Biar mirip bule kan di Bali pikir pendek saya

Saya pun memanggil waiter (pelayan)  dan memesan seporsi Salad seperti yang tertera dalam daftar menu di meja.  Pelayan pun dengan sigap mencatat pesanan saya dan kembali ke dalam.   Tidak berapa lama kemudian datanglah pesanan saya.  Seporsi Salad.   Saya lihat kawan kawan saya lainnya Bowo, Syahrir, Keyko, Fadel, Ririn dan Suryadi sudah asik dengan menu Nusantara pilihan mereka.   Mereka tidak gaul kan di Bali keren dikit lah gumam remeh saya dalam hati.

Terkejut bukan main setelah saya melihat sepiring Salad yang sudah terhidang di depan meja saya ternyata jauh yang saya bayangkan.   Isinya antara lain ada Bawang Bombay. Waktu itu saya tidak kenal bawang jenis itul.  Begitu saya coba sejumput kecil porsi Salad pesanan saya , mata saya pun mendelik.  

Malu juga rasanya kalau harus pesan Menu lagi.  Gengsi karena sudah memesan Menu ala Bule yang ternyata tidak enak di lidah saya.    Maksudnya mau gaya seperti makannya para Bule nyatanya lidah Indonesia tetaplah lidah Indonesia.    Akhirnya Seporsi Salad itu saya biarkan masih utuh dan akhirnya pesan Nasi goreng juga.   Malu sendiri.  Namun tidak urung saya jadi bahan tertawaan kawan kawan saya.  Di Bully habis habisan. 


Tragedi Lobster
Kalau cerita di atas akibat ulah saya yang memalukan karena berlagak menikmati menu Bule yang akhirnya harus mengakui bahwa Lidah Indonesia tetaplah tidak bisa dibohongi.  Nah cerita kali ini adalah cerita pilihan dari rekan Champion juga.  Cerita kali ini menimpa rekan kami, Keyko Sri Rahayu dari Semarang Jawa Tengah.


Saat kami ber 7 diundang pada pertemuan di Bali oleh KangGuru Indonesia pada bulan Oktober 2008 yang lalu juga mengalami kekonyolan serupa saat dijamu Dinner (Makan Malam-red) oleh rekan rekan KangGuru Indonesia yang memang rata rata berkebangsaan Australia itu.  Kejadiannya memang persis bulan Oktober 2008 tepat saat berlangsungnya Asian Beach Game (ABG) di kawasan Pantai Sanur.   Undangan makan malam kami ber 7 di sebuah kafe di Pantai Sanur yang memang Indah itu.

Kami ber 7 mulai memesan menu yang menjadi selera masing masing.    "pesan apa mang" tanya Suryadi kepada saya.    Suryadi memang menyapa saya dengan sebutan Mang Asep.  Masing masing dari kami memang mendapat julukan kesayangan masing masing.     "Saya pesan Nasi Capcay aja Sur" jawab saya sekenanya.  Syahrir Badulu dari Makasar hanya memesan semangkuk Sup Ayam saja.   

Fadel dari Lombok memesan Nasi dengan lauk Satu Ayam yang menjadi kegemarannya selama di Bali.  Suryadi dari Madura sendiri memesan Gado Gado.   Ririn Pudya dari Jakarta memesan Mie Tiaw goreng dengan minuman Jus Jeruk favoritnya.  Wibowo dari Medan memesan sama dengan menu pesanan Suryadi.  Dua orang itu memang selalu kompak berdua terus.  Satu room terus kalau di hotel.

Nah bagaimana dengan menu pesanan Keyko?  Nah inilah awal keseruannya  Keyko memesan satu porsi Udang Lobster.   Sebelumnya kami semua tidak tahu kalau pesanan Keyko datangnya berbentuk sangat besar. Keyko sendiri terkejut ternyata menu pesanannya berukuran lebih besar dari bayangannya.   Pak Kevin Dalton pun langsung merah padam wajahnya melihat menu pesanan Keyko itu

Pak Kevin mengambil kamera sakunya dan memfoto menu Lobster pesanan Keyko.  "You cannot pay this food"  kata Pak Kevin Dalton.   Kami juga terkejut mendengar Kevin berkata demikian dengan nada tinggi.   Sepertinya bapak Project Manager itu tidak senang dengan Menu mewah pesanan Keyko.    Keyko pun langsung layu matanya dan dengan mata setengah berkaca meminta "bantuan" kami untuk memakan menu pesanannya.  Jadilah Lobster itu disantap ramai ramai ber tujuh. 

 
Momen mencekam setelah Keyko  di "semprot" Pak Kevin Dalton karena memesan Lobster yang tidak dihabiskannya itu.   Saya dan Syahrir tertawa tawa saja   Foto KangGuru Indonesia
Foto legendaris yang masih saya miliki.  Lihat lingkaran warna merah, itulah rekan kami Keyko Sri Rahayu (Semarang) yang terdiam.  Momen mencekam setelah Keyko  di "semprot" Pak Kevin Dalton karena memesan Lobster yang tidak dihabiskannya itu.   Saya dan Syahrir tertawa tawa saja   Foto KangGuru Indonesia



Kekyo pun duduk lesu terdiam setelah di "semprot" oleh Pak Kevin Dalton.  Untuk sejenak kami semuanya juga diam membisu.   Begitu acara Dinner nya selesai, Pak Kevin Dalton pun beranjak dari kursinya dan berjalan menuju cashier.  Sepertinya beliau ingin membayar Bill (tagihan-red) menu Makan Malam kami semuanya.    


Saya tidak melihat persis bagaimana pak Kevin membayar di Cashier.  Namun menurut pantauaan  kamera Tele yang dibawa Syahrir Badulu menangkap kekesalan pak Kevin Dalton di meja Cashier dengan membanting Dompetnya.   "Pak Kevin membanting dompetnya saat bayar tadi" bisik Syahir ke telinga saya.   Saya pun lantas tidak percaya begitu saja.   Saya pun menyambur Daftar Menu yang ada di meja

Telunjuk tangan kanan saya memerinci daftar menu yang dipesan Keyko tadi namanya lalu mengurutkan ke arah kanan di bawah label price alias harga tercetak di angka IDR 350.000 atau Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah.  Wajar saja Pak Kevin marah.   Harganya selangit begitu.    

Beda dengan saya yang di bully habis habisan karena bergaya makan Salad ala Bule seperti dalam cerita di atas,  untuk Keyko ini kami semua merasa prihatin dan tetap memberi dukungan moral sekembalinya kami semua di Hotel malam itu.  Sesekali diberi wejangan atau nasihat dari Syahril Badulu yang sudah kami angkat sebagai "sesepuh" kami. Namun semua itu menjadi pelajaran berharga juga buat kami semuanya.  Mumpungisme bisa jadi senjata makan tuan jika tidak bijaksana dalam menerapkannya. (Asep Haryono)

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia