Abbie
Catatan Asep Haryono

Nah nah dari judulnya saja sudah bisa ditebak.  Ya benar sekali ini hanya cerita ringan saja saya dan anak saya, Abbie , pulang dari melihat lihat Pameran FOTO MAKRO di Ahmad Yani Mega Mall  kemarin Ahad (Minggu) tanggal 30 Juni 2013 sekitar jam 11.30 WIB.

Acara pameran FOTO nya sendiri sih sudah berlangsung sejak tanggal 27 Juni 2013 yang lalu, namun saya baru kesampaiannya pada hari menjelang penutupan (closing ceremony). Tulisan lengkap mengenai pameran Foto Makro nya Insya Allah saya sertakan pada hari yang lain.  Insya Allah ya. Soalnya kalau jani nanti ditagih hiheiheiheiheihieee.

Tadinya sih saya mau mengajak Abbie untuk makan diluar saja diluar saja, namun akhir akhir ini kondisi kota Pontianak yang cenderung panas menyengat mau tidak mau cuaca ekstrim seperti itu harus sedapat mungkin saya hindari.  Namanya juga anak anak pasti tidak tahan cuaca panas menyengat.  Saya pun mengajak anak saya makan siangnya di Es Teller 77.  Loh kok makan siang di Es Teller 77 sih?  Bukannya itu tempat orang jualan es? HIhihihhi.

Ternyata saya sempat kebingungan juga saat sudah "menclok" di Es Teller 77 saat disuguhi info atau daftar menu menu makanan dan minuman yang tersedia. Wow semuanya mengundang decak kagum eh salah mengundang nafsu.  Eala salah lagi semuanya mengundang selera hiehiehiee.  Ada berbagai menu masakan, cemilan, dan anek minuman tersedia di Es Teller 77 di Lantai II AYani Mega Mall ini.

Mulai dari Main Mealsnya seperti Ayam Cabe Ijo yang saya pesan dan juga Siomay nya. Ahaaa ada dua macam Siomay di sini,. ada Siomay Ikan dan SIomay Lengkap.  Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Paket Siomay Lengkap dengan harga paket sekitar Rp.20 ribu rupiah. Sedangkan anak saya, Abbie, saya pesan Ayam Cabe Ijo namun untuk cabe atau sambelnya saya yang pakai.  Abbie tidak tahan cabai sepedas itu, kalau ayahnya sih sikaaaaaaaaaaat. Hiheiheie. Doyan ke lapar sayah nih?


Siomay Yang Saya Pesan.  Foto Asep Haryono

Menu Ayam Kremes buat Abbie.  Foto Asep Haryono


Nah asyik kan? Hiehiehiehihee.   Eh masih dapat bonus 1 botol Teh Sosro, ya lumayan juga. Tapi saya feeling aja ini bukan hadiah sebenere, tapi memang satu paket dengan pesanan yang saya tadi itu. Yang saya suka dari menu meals nya ini ada potongan Tomat dan Timun.  Ayamnya sih seperti ayam kremes, dan sambelnya ternyata bukan Ijo. Hahahaha. Memang saya modifikasi pesanannya jadi sambel biasa aja. Tidak pake sambel Ijo.   Sambel Ijo setau saya ciri khas menu Masakan Padang  ya. Mohon koreksi jika salah.

Sedangkan untuk Siomay Lengkapnya saya lihat item nya hanya ada Siomay Daging, Kol, Telur , dan ternyata tidak ada tahu atau kentangnya.  Wah kalau sudah begini nda lengkap donk namanya.  Setau saya sih komponen Siomay Lengkap harus ada Kentang, Tahu, dan kadang disertai dengan Pare.  Khusus untuk pare ini umumnya menu home made Siomay alias Siomay buatan sendiri di rumah.   HIheihee. Eala jadi lapar deh gara gara mosting Wisata Kuliner hihihihie.  Saya suka makan hiehieihee.  (Asep Haryono)
Catatan Asep Haryono

Nah masih mau khan santai santai soal Makanan? whiehiehiehiehie. Siapa sih yang nda suka makanan, saya aja pantangan bilang tidak sama makanan yang sehat, bergizi dan juga murah meriah. Ahaaaaa ukurannya memang ngaco ya.  Kalau makanannya enak tapi harganya "tidak enak" gimana donk hieiehiee.

Ya sudah cukup dulu basa basinya, saya mau cerita dikit aja soal Kerak Telor. Wow makanan khas Betawi yang sejak saya duduk di bangku SMP di Jakarta memang sering ngemil makanan atau tepatnya cemilan khas Betawi ini. Soal rasanya wow jangan tanya nikmat sekali kalau lidah saya sih hehe .
Catatan Asep Haryono

Ketika saya dan para perwakilan Kang Guru Indonesia selesai menyelesaikan pertemuan dengan staff Indonesia Australia Language Foundation (I.A/L/F) di Denpasar, Bali, tanggal 14 s/d 17 Desember 2011 yang lalu, kami dijamu makan siang oleh mereka. Ini adalah catatan wisata kuliner juga sih hiehehiee. Sesuai hasil polling sampai hari ini ternyata para pengunjung setia blog saya menghendaki saya posting Wisata Kuliner. Yuk dah hari ini dikabuli eh dikabulkan.

Hari itu 16 Desember 2012 sebenarnya  itu saya dan teman teman para Champion Kang Guru Indonesia sudah sepakat ingin menikmati makan siang di Kedai NIKMAT Denpasar yang pernah kami singgahi pada tahun 2008 yang lalu.  Turun dari All Seasons, kami maunya langsung ngacir cari makan siang di warteg itu saja.

 Namun niat kami itu urung karena Mr Kevin Dalton, Project Manager Kang Guru Indonesia , meminta kami semua untuk lunch (Makan Siang-red) di Gedung IALF Jalan Sesetan saja.  Nda usah kemana mana. Lagipula sudah ditawari sama bos, jadi nda enak juga kalau nda diladenin. HIheiheiheihiehehieee.
Kalaw dilihat dari judul postingan saya kali ini memang bertema Kuliner ya tentu tidak terlalu jauh memang karena ini cerita kecil saja kejadian yang saya alami kemarin hari Sabtu tanggal 2 Juni 2012 di depan Masjid Al Muhtadin Universitas Tanjungpura Pontianak.

Singkat cerita hari itu saya memang "ngantor" sebentar untuk mengupload berita di portal website kantor saya yang terletak di bilangan Gajah Mada tepatnya persis di depan Pasar Flamboyan. Jadual hari Sabtu memang agak "beda" dari hari kerja rutin lainnya karena boleh setengah hari saja kerjanya.

Jam sekitar pukul 16.15 WIB, saya pun bergegas memacu kendaraan roda dua kesayangan saya Honda Supri Fit keluaran jadul tahun 2005 dengan plat kendaraan nomor KB 3815 HY yang saya beli secara kredit 8 bulan dari PD Motor KITA di Jalan Imam Bonjol tepatnya di samping Nasna Flower. Motor ini saya cicil per bulan Sebesar Rp.510.000,- (Lima Ratus Sepuluh Ribu Rupiah) dengan masa kredit cukup 10 bulan saja. Oh ya saya pake DP loh (Bukan Dewi Persik ya-red) sebesar 6 juta rupiah, wah seru banged dah. La kok jadi cerita motor sih, ini kok jadi melenceng ceritanya malah cerita motor pula he.

Kuliner Memang Mengasyikan
Saya memang seorang penggemar Kuliner Jalanan sudah cukup lama,  saya bukan anti Restoran atau menu menu yang disajikan di rumah rumah makan, Cafe , atau Hotel, karena yang begituan itu sudah bosan bagi saya.  Tren sekarang ini adalah menikmati kuliner di Jalanan, kembali "ndeso" yang terasa sangat ramah lingkungan dan juga rumah di harga.

Saya suka Pizza, tapi saya juga jengkol, atau singkong sekalipun. Yang namanya selera memang tidak dapat diperdebatkan tentunya bukan. Jalur jalur kuliner di jalan terutama di sepanjang jalan Gajah Mada misalnya, dan di sepanjang koridor jalan Jalan Sutan Syahir (kota Baru) memang "syurga" nya kuliner Jalanan bagi ukuran saya. Berbagai macam snack ringan sampai snack tidak ringan tersaji, terhampar, tergeletak, terlena, membahana, dan meregehese semuanya tumplek ruek (Ngaco bahasanya e-red) di kedua lokasi kuliner tersebut. 

Makanya begitu saya dengar ada isu Pontianak ingin dijadikan sebagai kota icon Kuliner di Kalbar, wah lompat kegirangan hingga jaraknya 2 meter ke depan saking senangnya atas ide brilian itu. Maklum saya food lovers bersertifikat ne.
Kekes.  Photo Asep Haryono
Anda suka Roti Cane? saya suka juga.  Anda suka tahu isi, tahu gejrot, bakwan atau batagor?  Ngomong ngomong soal batagor, saya punya rekan kantor saya, Kessusanto Liusvia , yang juga berprofesi sebagai karikatur /Ilustrator yang amat menggemari penganan rakyat Batagor ini.

"Batagor sekarang makin mahal, kalaw dulu harganya sekitar Rp.3.500,- (Tiga Ribu Lima Ratus Rupaih) kini sudah lebih dari 5 ribu per porsi, tapi tak apa Batagor enak banged bagi saya"  tutur Kekes, sapaan akrabnya di kantor kami.

Saya sempat bertanya kepadanya lokasi /spot Batagor kesukaannya di kota Pontianak, dia bilang beberapa tempat Batagor Jalanan yang dia sukai kebanyakan berada di wilayah jalan Imam Bonjol (tepatnya di depan kampus ASMI Pontianak), dan juga di depan Pontianak Convention Centre).  "Di Merdeka juga ada, bahkan di Alianyang juga ada kok" katanya

Jadi kalaw dia sedang berulang tahun, jangan dikasih uang, benda elektronik atau hadiah lain , cukup kasih kupon makan Batagor gratis setahun buatnya, pasti dia senang. hahahahaha.  Serius amat sih. Yang terakhir ini tentu saja becanda atau main main ya.

Kembali ke tema tulisan singkat saya hari ini, soal Siomay On The Street, rekan rekan tentu sering ya mampir di food court yang ada di Mall atau di tempat lain di Kota Pontianak. Atau barangkali pernah mampir di Siomay yang kondang di Kota Pontianak yakni Siomay Kantin Bu Jujuk atau Siomay Bandung?. 

Enak sekali bukan. Tau kah kalian beda Siomay Kantin Bu Jujuk dengan Siomay Bandung?.   Saya pribadi melihat letak perbedaan di bahan dasar Siomaynya dan assesoriesnya.   Mohon dikoreksi jika saya salah ya. Siomay Bu Jujuk bahan dasarnya Daging Sapi, jadi lembut teksturnya dan memakai emping sebagai pelengkapnya. Sedangkan Siomay Bandung memakai bahan dasar Ikan Tenggiri atau Belidak.   Mohon dikoreksi jika saya salah ya.

Nah siomay yang saya icip icip di jalanan kemarin sore (Sabtu, 2 Juni 2012) adalah abang Siomay yang biasa mangkal di depan plaza Masjid Al Muhtadin Universitas Tanjungpura Pontianak.  Dari segi cita rasa memang tidak senikmat dan selezat siomay papan atas seperti Siomay Bu jujuk dan Siomay Bandung, dan itu pastinya memang jauh beda baik ditingkat harga maupun cita rasanya.  Penganan siomay jalanan yang biasa dipasarkan dengan gerobak ini memang ditujukan untuk umum dalam artian untuk penganan anak anak. Tapi jangan salah dikotomi loh.

Tren sekarang ini malah menjungkir balikkan keadaan 180 derajat. Orang dewasa kini juga cenderung menyukai jajanan atau kuliner jalanan yang biasa identik untuk jajanan anak anak sekolah.  Tentu banyak faktor yang melatar belakanginya mengapa sampai orang dewasa pun menyukai jajanan anak anak. 

Selain urusan selera memang tidak dapat diperdebatkan, ada faktor NOSTALGIA dan kesenangan tersendiri membeli jajanan anak anak di jalanan.  Juga jajanan khas kuliner lainnya seperti Keripik Singkong, Fried Chicken , Es Puter, Rujak Petis  dan kuliner tradisional khas Indonesia lain sebagainya.

SIOMAY MAMANG : Harganya sudah mencapai 8 ribu per porsi. Soal Rasa? Jangan tanya.  Kalaw yang namanya perut lapar pasti tentunya enak. Lidah orang kan beda tentunya. Bagi saya enak aja.  Photo Asep Haryono

Dulu harga satu pirin atau satu porsi Siomay seperti ini harganya Rp.5.000,- (Lima Ribu Rupiah) saja, dan rekan rekan bise mendapatkan satu porsi siomay dengan pilihan item item kesukaan rekan rekan misalnya Kentang, Tahu, Siomaynya, atau Kol.  Tapi jarang ada konten yang selengkap di Siomay Bandung atau Siomay Kantin Bu Jujuk yang cenderung lebih lengkap isi variannya.  Ada kentang, Pare, Tahu Isi, Kol, dan juga pernak pernik lainnya.   Teksturnya juga jauh beda, kalaw siomay  jalanan seperti ini lebih lembek, karena bahan dasarnya.  Wajar saya kira sepadan dengan harganya.

Saat itu saya parkir motor Honda saya di sebelah sang mamang Siomay, dan saya pun memesan satu porsi siomay (tentu dengan banyak sambel atau cabe karena saya fans pedas-red) dan saya pun boleh angkat kaki nyanti di bangku yang sudah disediakan.  "Kadang kita di usir sama pengelola UNTAN agar tidak berjualan lagi di sini (Depan Masjid Al Muhtadin-red) padahal saya sudah lama berjualan di sini" kata nya tanpa mau disebutkan namanya.  Dia bilang tertarik juga untuk membeli lapak di Kantin UNTAN itu atau menyewanya per bulan untuk menaikan omzet jualannya.

Andai ada pengusaha yang mau memberikan modal atau pelatihan kewirausahaan kepada mamang mamang Siomay dan juga usaha muda lainnya di Kota Pontianak ini tentulah hasil jualan mereka akan lebih meningkat lagi di masa depan. 

Yang unik dari jualan Mamang Siomay ini adalah mereka "mobile" karena gerobaknya sudah dilengkapi dengan RODA, jadi jika terjadi pengusiran tidak hormat (memang ada ya diusir terhormat?-red) mereka dengan mudah memindahkan dagangannya ke tempat lain. Lain halnya jika mereka membangun sendiri lapak di sembarang tempat yang masuk dalam katagori PEKAEL alias Pedagang Kaki Lima yang banyak diuber uber oleh Satpol PP untuk segera pindah, kalaw nda pindah ya digusur habis habisan.  (Asep Haryono)

Lokasi       :  Depan Masjid Al Muhtadin Kampus Untan Pontianak.
                      Kubu Raya. Kalimantan Barat
Lihat Lokasinya di
StreetDirectory di Bawah ini



Tag : Kuliner - Asep Haryono | Ngrujak Yuk - Powered by Blogger

Dear Blog

Kalaw melihat dari judul blog tulisan saya kali ini berkisar tema Kuliner. Hehehe kapan sih saya menolak untuk urusan makanan. Tidak la yaw. Eh tentu blogger semua, dan para pembaca blog setia saya pasti pernah icip icip Rujak bukan?. Rujak merupakan gabungan dari beberapa buah buahan yang dipotong potong dalam ukuran kecil kecil, lalu diberi sauce (bumbu-red) yang terbuat dari campuran sambel kacang, gula merah, cabe, dan kadang masih ditaburi dengan petis. Apa aja yang sesuai dengan selera, hidangan rujak tentu akan menyegarkan jika disantap setelah makan utama (makan siang misalnya-red).

Menurut wikipedia disebutkan bahwa Rujak adalah makanan tradisional yang biasanya terbuat dari campuran berbagai macam sayuran atau buah dan dibubuhi bumbu atau kuah. Rujak mudah ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dan disana disebut "rojak". Sedangkan jenis jenis rujak di Indonesia ada berbagai macam. Misalnya saja
Nah jenis jenis rujak di atas tentu ada yang pernah dicoba oleh para blogger sekalian tentunya. Saya sendiri aja sudah mencicipi rujak cingur, rujak tahu, dan yang baru saja saya icip icip adalah rujak petis. Ngomong ngomong soal rujak petis ini, saya ada pengalaman unik.

Tadi pagi sekitar jam 10.30 WIB setelah muter muter ngurus perpanjangan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di kantor Catatan Sipil lalu dilanjutkan dengan mencetak (printting) KTP Di kantor Kecamatan Pontianak Tenggara, saya pulang dan balik lagi ke kantor melewati jalan Ahmad Yani. Saya melewati Musium Negeri Kalimantan Barat, melaju dengan kecepatan sedang 40 KM/perjam dengan motor SupraFit Tahun 2004 saya. Setelah tengok kiri kanan, pandangan mata saya terbetot oleh seorang tukang rujak yang memakai nama "kang Asep". Wah ini pas seperti julukan saya di kantor.

Walau sudah hampir melewati Museum Negeri, saya putuskan memutar kembali ke Musium Negeri dengan maksud pertama kalinya hanya untuk mengambil gambar sang penjual rujak yang memakai plang nama "Kang Asep" itu. Namun mengapa tidak sekalian aja makan rujak petis , kan saya jarang jarang makan rujak petis. Setahu saya sih belum pernah, tetapi kalaw icip icip tahu goreng pake petis sih pernah. Petis kan campuran udang (ebi-red) kecil kecil kan ya. Ya udah akhirnya saya pun berhenti di dekat sang penjual rujak, memarkir motor, lalu icip icip rujak petis dengan harga seporsi plastik kecil Rp.5.000,- (Lima Ribu Rupiah).

Rasa rujak petis sih kalaw menurut saya lebih enak rujak standar. Maksud saya sih rujak yang biasa aja dengan sambel kacang yang terasa pedasnya, dan memang rujak standar itu sudah biasa dilidah saya terutama. Hmm. Lumayan juga. Enak juga kok. Setelah habis 1 bungkus rujak petis, saya pun segera merogoh Kamera Nikon Coolpix L19 saya dan langsung mengambil beberapa gambar si penjual rujak petis yang namanya sama dengan nama julukan saya di kantor, Kang Asep hehehe. Menurut ku sih unik, dan kebetulan aja sama (namanya) hehehe.

Selamat menikmati hehehe
Hidangan Pecel lele yang akan kami santap. Photo Asep Haryono
Dear Blog

Siapa sih yang tidak kenal dengan makanan khas Indonesia yang bernama "Pecel Lele"?. Ya ini masih kelompokok makanan selera Nusantara kebanggaan Bangsa Indonesia. Tulisan ini bukan bermaksud menyindir orang yang hobi makanan barat seperti "Miza" (Makan Pizza-red), atau "Ngefsi" (Makan KFC-red) loh. Tidak sama sekali. Karena apa? Ya karena selera orang berbeda beda dari satu orang ke orang lainnya. Dan yang namanya selera tidak dapat diperdebatkan. Selera memang menentukan gaya hidup (style) seseorang, tapi itu semua terpulang kepada diri masing masing. Nah kembali kita kembali kepada "melele" alias Makan Pecel Lele. Mau tau ceritanya yuk kita mulai.

Saat itu ketika hari menunjuk hari Kamis, tanggal 18 Nopember 2010 sekitar pukul 14.00 WIB saya mendapat pesan singkat SMS dari Imam A Virya, rekan saya dan dia juga seorang dosen senior di UNTAN mengajak saya untuk melele bersama siang itu. Dan akhirnya saya pun menyanggupi untuk memenuhi undangan makan pecel lele atau saya sebut sebagai istilah "Melele" bersamanya. Dan tempat yang direncanakan saat itu ada 2 (dua) pilihan yakni di Kafe Wong Solo dan Kafe Pegasus dilingkungan kampus Universitas Tanjungpura Pontianak. Namun yang disepakati bersama ternyata adalah kafe Pegassus di dalam kampus UNTAN.

Jam 14.00 WIB kira kiralah , saya langsung check out (macam hotel yak check out-red) dari kampus Pontianak Post lantai 5 langsung menuju basement, halaman parkir kendaraan yang letaknya ada di lantai Bawah. Saya pacu motor Supra Fit 3815 HY Keluaran tahun 2004 kesayangan saya dan keluar langsung menuju kafe Pegassus yang terletak di dalam lingkungan kampus Universitas Tanjungpura. Dan singkat cerita, tidak sampai 7 menit, sampailah saya tiba di kafe Pegassus UNTAN yang mayoritas pengunjungnya adalah Mahasiswa. Bisa kasat keliatan dari pernak pernik yang mereka gunakan kalaw mereka adalah Mahasiswa.

Namun saat saya tiba di kafe Pegassus itu, sang pengundang, rekan saya Imam, tetap blum juga tiba di tempat itu seperti yang sudah direncanakan. Namun setelah kontak kontak SMS disepakati saya dahulu yang order pecel lele kepada pelayannya. Dan pesanan pun sudah saya luncurkan hehahahaa. Meluncur? Roket kaleee. Order 2 porsi Pecele lele dan 2 gelas Minuman yang berbeda. Saya pesan Teh Es dan satu lagi rekan saya itu suka Teh Manis panas. Hahaha bener kan memang selera kita berbeda beda untuk urusan minuman. Tapi menu kita sama yakni Pecel lele.

Kemudian datanglag rekan saya Imam, dan kami pun duduk bersila bersama dengan pesanan pecel lele yang sudah ada dimeja makan. Dan tidak lama kemudian, tanpa dikomando lagi, kami berdua pun larut dalam kenikmatan Pecel Lele yang asyik, enak, dan sembriwing itu hehehehe. Menurut ku sih memang pedasnya sambel Pecel Lele tidak sepedas sambal organik yang diolah dengan menggunakan cobek. Sambal Pecel Lele juga kalah jauh pedasnya dengan sambal khas Pontianak yang luar biasa pedasnya itu. Sambal Pecel Lele bersifat kosmetik, terasa sedikit asam dari tomat, dan ada rasa manis yang berasal dari gula pasir. Sambal Pecel Lele dihidangkan dalam sebuah mangkuk kecil.

Untuk jenis ikannya tentu saja Lele. Hahaha bukan bukan, Yang saya maksud di sini jumlah Ikan Lele yang ada di hidangan bisa bervariasi tergantung besar kecilnya sang Lele. Sebagai contoh gini. Jika Ikan LELE nya berukuran besar sekali, maka LELE nya cukup 1 yang disajikan dalam sajian pecel lele. Jika Ikan Lele nya berukuran sedang biasanya jumlah Lele goreng yang disajikan berjumlah 2 (dua). Dan jika Lele nya kecil kecil (Ya tidak kecil banged sih-red) , maka biasanya jumlah Lele goreng yang disajikan dalam piring berjumlah 3 (tiga). Selain itu "asesori" Pecel Lele tetaplah sama seperti Daun Kemangi, Kol , Dan Mentimun.

Ada yang beda sedikit di Kafe Pegassus ini. Dalam menu Pecel Lelenya juga dilengkapi dengan emping dan tempe goreng , sesuatu yang menurut saya "menyeleneh" dari pakem Pecel Lele. Tapi its okay aja karena bisa merupakan variasi hidangan. Dan mencicipi Pecel Lele dengan alunan musik lembut dan suasana ala Mahasiswa di kafe tersebut menambah suasana syahdu dan semarak kita menyantap hidangannya. Suasananya yang teduh, dan parkir kendaraan yang tepat di depan kita menambah kenyamanan dan rasa aman.

Anda suka Pecel Lele? Yuk mareeeeeee
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia