Foto Dok Asep Haryono
Bisa Merasakan Betapa Sengsaranya Kebanjiran
Catatan Asep Haryono

Tulisan ini bukannya ikut tren atau ikut numpang tenar karena flood disaster alias musibah bencana Banjir yang melumpuhkan Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi)  yang ramai diberitakan di hampir seluruh televisi swasta dan media cetak di seluruh Indonesia.  Terakhir tadi malam saya menonton acara Wideshoot MetroTV dan TransTV juga banyak menggambarkan derita, dan kesusahan para korban banjir yang sangat memlukan hati.

Apalagi saat  ditayangkan proses evakuasi warga yang dilakukan oleh Basarnas, Anggota TNI dan Tim SAR ke tempat yang aman juga sangat heroik menurut saya.  Heroik tidak selalu berada digarda peperangan saja, namun "bertempur" menyelamatkan warga dari musibah banjir juga bisa dikatakan tindakan heroik. Saya salut dengan kerja keras Basarnas, Anggota TNI, Marinir, Tim Sar, dan Masyarakat yang bahu membahu dalam membantu para korban banjir.

Sekali lagi bukan maksud untuk ndompleng atau latah soal banjir yang melanda Jabodetabek, namun kenyataannya rumah kontrakan saya memang pernah kebanjiran. Saya beruntung berhasil mendokumentasikan saat genangan air banjir memasuki rumah kontrakan saya itu.  Ini adalah dokumentasi saat komplek saya Duta Bandara Blok C6/14 kebanjiran pada tanggal 24 Nopember 2010 yang lalu.  Berikut catatan saya

Dokumen Basah dan Ular
Saya masih ingat satu hari sebelumnya, tanggal 23 Nopember 2010 sudah terlihat awan gelap di atas komplek Duta Bandara Supadio Kabupaten Kubu Raya.   Awan hitam bergumulan di atas sudah terlihat di hari sore yang kalau dilihat dengan mata telanjang tentu cukup menakutkan.

Betapa tidak menakutkan menyaksikan gumpalan awan hitam kebiru biruan disertai dengan angin kencang dan hujan rintik rintik.  Kalau mau liyad kaya apa gumpalan awan gelap pekat tersebut bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Berburu Mendung Ala Twister" yang lalu. Nah seperti itulah awannya, Gelap masbro. Akhirnya hujan seharian pun sukses, dan blok C kebanjiran juga.

Saya dan istri  yang saat itu masih mengandung 8 (delapan) bulan anak kami yang kedua sibuk membereskan segala sesuatunya dari terjangan air banjir yang mulai merembes kemana mana.  Bebas Banjir. Iya benar artinya banjir bebas kemana mana, ada yang masuk ke loker buku, ke koleksi buku buku, dan dokumen yang cukup penting lainnya.  Semuanya "diungsikan" ke bagian atas yang lebih tinggi dari genangan air yang sudah setinggi mata kaki. 

Dalam tayangan TV swasta saya sudah melihat ada warga Jakarta yang menangkap basah Ular di tengah banjir di Jakarta.  Kok bisa ada ular keluar di tengah banjir? Ya mengapa tidak.   Kenyataan seperti itu juga saya alami saat itu.  Sudah beberapa kali saya melihat sekelebat ular kecil bersilewaran di belakang rumah karena belakang kami ada sawah dan dimana mana banyak rawa yang juga kebanjiran.  Saya sudah menyiapkan kayu panjang yang ujungnya runcing sebagai senjata jika bertemu binatang melata. Kuatir juga karena ada anak dan istri yang sedang mengandung.


KEBANJIRAN : hujan turun berhari hari belakangan ini menyebabkan rumah ku kebanjiran. Oh komplekku hiks hiks huaaaaaaa. Foto ini diambil 24 Nopember 2010 jam 0730 WIB. Foto Asep Haryono

BELAKANG RUMAH: Dan gentong air di belakang rumahku juga tidak luput diliputi air. Oh air dimana air. Banjirrrrrrrrr huaaaaaaaa.. Foto ini diambil 24 Nopember 2010 jam 0730 WIB. Foto Asep Haryono

KEBANJIRAN : Banjir keliatan di samping kanan rumahku. Rintik rintik hujan masih turun saat foto ini dijepret. Foto ini dijepret Rabu 24 Nopember 2010 jam 07.30 WIB pagi. Foto Asep Haryono


Masih Sempat Bakar Sate
Begitu sudah masuk sore hari akhirnya hujan tralala pun masih turun terus menerus hingga seharian hingga akhirnya "tsunami kecil" akhirnya sedikit demi sedikit mulai merangkak naik dai halaman depan rumah hingga ke ruang tamu dan menjalar hingga ke dalam kamar tidur keluarga.   Rumah Kebanjiran dengan sukses dan gemilang. .Dan akhirnya saat masuk tanggal 23 Nopember 2010 pagi hari semua isi rumah sudah dimasuki air. Nyaris tidak ada sudut di rumah yang tidak terkena air banjir. Semuanya kebanjiran.

Anak saya, Abbie, justru malah senang dengan air masuk rumah. Dia pikir ada kolam renang gratis hiheiheiheiheiee. Bukannya membantu ayah dan bundanya membereskan barang barang yang ada dalam rumah agar terhindari dari genangan air banjir, dia malah sibuk bermain banjir banjiran. Hiehiehiheiee. Namanya juga anak anak hiehiheiheiee.  

Saya pun mengamankan jaringan listrik untuk sementara di OFF kan guna menghindari hal hal yang tidak diinginkan.  Mulai dari colokan listrik, hingga kepada instrumen yang memakai sambungan listrik. Dengan cukup mematikan jaringan listrik langsung dari saklarnya, dan mematikan sementara agar tenang dalam beres memberesin barang barang.  Walhasil menjelang malam kami semuanya candle light party alias pake lilin karena masih kuatir jika keadaan banjir dalam rumah, listrik dinyalakan karena sangat beresiko.


DALAM BANJIR :  Inilah banjir yang menggenangi bagian dalam kamar ku. Udah sip dah tinggal berenang aja. Yuk Mareee. Foto Dokumentasi Asep Haryono
KAMAR BANJIR :  Dimana mana air, yah namanya juga kebanjiran. Foto dijepret pada hari Jumat 19 Nopember 2010 jam 20.00 WIB. Foto Dokumentasi Asep Haryono
BAKAR SATE  : Biar banjir dan sudah jam 20.00 WIB malam, masih nyempetin bakar Sate. Jatah daging kurban Ied Adha. Nda pake arang, ya pake kompor juga jadilah. Dagingnya empuk karena sudah direbus sebelumnya. Hehhee Yuk maree. Foto Dokumentasi Asep Haryono

Saat itu kebetulan masih memakai kompor manual alias pake minyak tanah, jadi untuk menyiapkan makan malam semuanya memakai kompor itu yang ditempatkan di atas bangku atau kursi.  Saya sempat sempatnya membakar sate di atas kompor. Dan kompornya di atas sebuah bangku hiehiehiee.  Karena saat itu belum punya bakaran sate, dan juga tidak sempat beli (bakaran sate).  Ya udah daging sapinya direbus dahulu agar empuk dan tidak keras saat dibakar. Begitu sudah empuk, barulah ditusukkan pada tusuk sate.  Bakarnya diatas kompor seperti dalam foto di atas hhiehiehiee. 

Dinner pake Sate donk hiheiheihee?  Cuma masalahnya saat itu tidak ada sambel kacang atau saus kacang yang biasa disajikan oleh para penjual sate.  Jadi untuk mensiasatinya saya pake Bumbu Pecel yang praktis dan banyak dijual di Mal Mal atau di supermarket.  Tinggal cari kecap aja, dan nasi panas hangat.  Jadi biar malam malam "gelap gelapan" pake Lilin dan lampu templok suasana menjadi "hangat" karena dinner sate di atas kompor dan makan bersama keluarga.  Biar menderita karena banjir kami masih bersyukur tidak harus mengungsi karenanya.  Dari sini saya bisa merasakan betapa sengsaranya kebanjiran.  (Asep Haryono)

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia