Tag : Kehidupan - Asep Haryono | Jangan Pelit - Powered by Blogger
Kita semua akan menjadi tua. We are growing older. Itu sudah ketentuan takdir dari Allah SWT. Setiap dari diri kita manusia, hamba Allah SWT, akan menjadi tua. Mereka yang saat ini masih cantik , berusia muda, penuh enerjik dan semangat akan menjadi berusaia lanjut, tidak muda lagi, kulit keriput, mudah lelah walaupun semangat masih ada tentunya hehehehe.

Dan mereka yang saat ini sudah berusia "senior" alias sudah tidak muda lagi, tentunya kelak akan semakin berusia lanjut hingga kakek dan nenek nenek, dan sudah dipastikan akan memasuki masa "pensiun". CObalah kita merenung sejenak.

Dalam tulisan ku hari ini ingin mengingatkan diri saya sendiri bahwa kita semua pasti akan menjadi tua. Apakah sudah banyak amal salihah, sodakoh , dan amal perbuatan baik yang kita lakukan selama ini?. Apakah kita masih tamak dengan mengejar harta duniawi serta terus melakukan kemaksiatan, penipuan dan perbuatan lain yang merugikan? Apakah anda berpikir akan hidup abadi? Think about it

Anda yang saat ini sukses dalam usaha, menjadi pimpinan sebuah perusahaan, atau menjadi pengusaha yang kaya raya itu baik. Karena bisa jadi apa yang anda peroleh saat ini memang hasil dan buah keringat kerja keras dan usaha banting tulang anda untuk memperolehnya. Itu bagus dan baik. Sah dan halal dalam pandangan saya. Namun demikian tiga pertanyaan saya di atas masih ingin mendapatkan jawabannya dari kita semua. Pertanyaan tiga buah di atas menjadi bahan kajian dan renungan kita bersama. Apakah kita masih tamak dengan mengejar harta duniawi serta terus melakukan kemaksiatan, penipuan dan perbuatan lain yang merugikan? Apakah anda berpikir akan hidup abadi?

Harta Tidak Akan Puas
Dalam diri setiap insan yang namanya manusia pasti tidak akan pernah bisa merasakan puas atau cukup terhadap materi (harta dan kekayaan-red). Itu sudah pasti. Jika anda saat ini sudah bekerja dengan mapan dengan penghasilan lumayan pun masih ingin meningkatkan pendapatan dan masih ingin memperbaiki tingkat kehidupan agar bisa mencapai kemapanan, stabilitas keuangan yang baik serta karir yang cemerlang. Ya boleh dan sah sah saja tentunya. Saya pun demikian, dengan usia sekarang ini, tentu saja masih ingin mendapatkan penghasilan yang jauh lebih baik dari penghasilan yang saya terima sekarang. Apakah gaji yang anda terima sekarang ini sudah cukup bagi anda?. Kata "cukup" sangat normatif. Definisi kata "cukup" berbeda pada setiap orang. Cukup bagi anda, tidak bagi orang lain.

Contoh ringan dan sederhana adalah handphone (baca: Hape). Siapa sih di jaman sekarang ini tidak punya benda kecil nan canggih itu?. Jawabannya tentu sudah banyak yang memilikinya. Jangankan anda, bahkan anak SD sekarang ini banyak memilki perangkat HP berkamera yang berharga mahal dan mungkin saja harganya bisa melebihi harga merek HP anda sekarang ini. Nah jika anda yang jadi "korban" iklan, sudah punya HP tetapi masih ingin lagi memiliki HP yang canggih yang bisa segala macem : SMS, MMS, Video Recording , dan segala tetek bengek HP canggih, bahkan kalaw perlu punya BB sekalian biar tampak ngejos. Tak perduli belinya sambil ngredit yang penting gaya. Nah apakah itu sesuai dengan ukuran kantorng kita? Inikah yang dinamakan mengikuti perkembangan IT? atau cuma korban mode?

Begitupula dengan harta yang kita punya? Apakah masih kurang? Seperti apa batasan cukup bagi anda untuk harta. Apakah dengan sudah memiliki kendaraan bagus, rumah gedongan, istri cantik, sudah naek Haji, punya tanah dan kantor yang besar, juga masih kurang? Kurang apalagi sekarang? Sudah tentu anda akan mencari lebih banyak lagi pemasukan dan menambah pundi pundi harta anda sebanyak mungkin kalaw bisa. Ya tentu saja boleh. Silahkan.

Tapi ingatlah selalu bahwa harta yang melimpah ruah itu tidak akan ada artinya jika watak dan mental anda "miskin". Kaya memang secara harfiah, dan syar'i anda memang berharta banyak, tetapi sesungguhnya anda termasuk orang yang patut dikasihani. Anda tidak mau beramal dengan harta anda, jarang memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, dan semua itu anda abaikan. Himbauan dan saran dari orang lain tidak anda gubris. Anda punya telinga, tetapi tidak dapat mendengar. Punya hati tapi tidak punya perasaan. Orang datang kepada anda memohon belas kasihan namun dengan sombong anda menolak mentah mentah, bahkan anda menghardiknya. Nah dari sinilah anda memang layak untuk dikasihani.

Tinggal Menunggu Waktu
Dengan apa yang kita miliki sekarang ini seharusnya membuat kita sadar , bahwa harta tidak akan abadi. Tidak akan kekal. Harta dunia akan kita tinggalkan. Yang akan kita bawa sampai ke liang lahat hanyalah amal ibadah kita kepada Alla SWT. Bayangkan saja diri kita 50 (lima puluh) tahun yang akan datang. Kita kan menjadi kakek dan nenek. Kita tidak akan banyak berbuat produktif dengan usia yang sudah setua itu selain mengharap belas kasihan dari anak cucu kita. Kita akan lemah tidak berdaya karena sudah berusia lanjut.

Apakah harta yang sudah anda kumpulkan sejak anda muda itu akan bisa mencegah kita dari usia tua. No Way. Tidak bisa. Itu sudah merupakan takdir dari Allah SWT. Cepat atau lambat kita semua akan menghadap sang Khalik untuk mempertanggung jawabkan harta kita di dunia. Nah dengan kondisi setua nanti, kita akan banyak memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain. Nah apakah dari kita semua pernah membayangkan akan menjadi apa 50 (Lima Puluh) tahun yang akan datang? Pernahkah kalian, pernah membayangkan akan menjadi nenek atau kakek kelak, kira kira apa yang akan kalian lakukan di masa itu? Saya kadang membayangkan diri saya akan seperti itu.

Jika sudah waktunya tiba, tentu kita akan segera tau jawabannya. Dengan adanya berita rekan, saudara, kerabat, tetangga bahkan para selebriti ngetop wafat, sebenernya itu sudah warning dan peringatan kepada diri kita untuk segera bangkit dari mimpi dan segera membenahi diri untuk mempersiapkan diri untuk beramal lebih banyak lagi. Waktu. ya Sang Waktu akan terus bergerak dan terus berputar searah jarum jam. Waktu yang sudah ditentukan masanya bagi masing dari diri kita. Mengapa kita tidak pernah mau mengakui dan sadar bahwa kita semua akan kembali kepada sang Khalik? Mengapa kita tidak pernah mau mulai dari sekarang banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT? Mengapa kita selalu menganggap hari ini adalah hari merdeka untuk mencari kekayaan? Apakah anda bisa mendengar?

Beramal Tidak Selalu Harta
Nah ini dia yang menjadi agenda utama dari tulisan saya kali ini. Beramal sodakoh itu tidak selalu dengan harta. Mungkin dari diri kita semua sudah paham akan maksud ini. Dan saya rasa sudah banyak orang yang tau bahwa dengan menyingkirkan onak duri di jalanan, adalah salah satu bentuk amalan kecil namun besar bagi Allah SWT. Bahkan dalam suatu hadis yang pernah saya baca (ntah ini hadis kuat atau lemah Wallahu Alam-red), bahkan Allah SWT akan berterima kasih kepada hambanya yang ikhlas menyingkirkan onak, kayu atau duri di tenga jalan. Bukan Main. Luar Biasa. Allah SWT saja sampai berterima kasih kepada kita. Nah dari sinilah jelas bahwa beramal dan bersodakoh tidak harus dengan harta.

Anda seorang bos atau pimpinan sebuah perusahaan misalnya. Anda bisa beramal dan bersodakoh kepada orang lain tanpa harus mengeluarkan serupiah sekalipun. Loh kok bisa? Ya bisa saja. Berikan saja kepada karyawan anda hak haknya untuk bisa membangun dirinya sendiri, dan mengembangkan kekuatannnya sendiri. Jika karyawan anda masih berstatus kontrak, angkatlah ia menjadi karyawan tetap lengkap dengan segala hak dan kewajiban yang melekat padanya. Dengan status karyawan anda menjadi organik atau karyawan tetap, tentu mereka akan memberdayakan Sumber potensi yang ada padanya untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan taraf hidupnya. Jika anda tidak bisa memberi mereka Ikan, berikanlah kepada mereka Kail agar mereka bisa mencari ikan sendiri.

Bahkan dengan senyum dan menampakan wajah manis anda kepada karyawan yang datang kepada anda juga sudah merupakan sodakoh atau ibadah. Andai anda tidak bisa memberikan mereka kail untuk menangkap ikan, perlihatkan wajah manis dan bahagia anda kepada karyawan anda. Nah sederhana sekali bukan? Bahkan dengan senyum dan menunjukkan wajah manis kepada orang lain saja sudah merupakan ibadah yang sangat disukai Allah SWT. Dan memang amalan dan ibadah yang kecil namun dilakukan setiap hari sangat disukai Allah SWT. Nah dari sinilah kita bisa mengumpulan sedikit demi sedikit pundi pundi pahala kita kelak di Akhirat yang akan membantu kita melewati proses persidangan Allah SWT.

Akhirnya lamunan saya akan telah menjadi kakek tua renta mendadak sirna. Bunyi klakson motor kawan saya mengagetkan lamunan saya. Saya sadar kalaw saya belum menjadi kakek kakek. Artinya saya masih memiliki banyak kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan saya masih banyak kesempatan untuk bersodakoh, beramal dan berbuat baik kepada sesama. Saya tidak akan menyia nyiakan kesempatan itu

Bagaimana dengan anda?
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia