dear blog,

Menghina? hah? siapapun yang punya hati , akal dan perasaan pasti tidak akan suka kalaw dirinya dihina begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Ada sebabnya juga pun kita tidak boleh menghina orang lain, atau memberi gelar gelar yang bernada ejekan. Sudah tertulis dalam kitab suci umat Islam Al-Quran, bahwa janganlah kamu memberi gelar gelaran yang bernada ejekan. Saya lupa ayat dan surahnya hehehehe. Mangap eh maaf ya. Nah dari sini kita sudah jelas bahwa siapa pun itu orangnya tidak pantas untuk diejek atau dihina oleh orang lain. Sebab itu bisa dikatagorikan sebagai perbuatan tidak menyenangkan. Hal ini terjadi dalam kehidupan saya sejak saya berusia sekolah dasar hingga berumur sekarang ini. Emang umur mu berapa Sep, ah rahasia lah?. Mau tau aja sih kamu aw aw aw.

Saya sudah dihina atau merasa dihina sejak berusia sekolah dasar. Betapa saya masih ingat wajah seseorang yang saat itu saya masih di Bekasi era 85 an kalaw nda salah. Ya saya masih bersekolah di SMP atau SD gitu deh. Ketika aku pulang sekolah dan mencicip es di depan gang, mendadak seseorang yang sudah kukenal wajahnya menyebut diri ini bukan untuk sekolah, tetapi belajar tuntunan Sholat. Betapa aku masih ingat wajah orang itu hingga sekarang. Dan kejadian demi kejadian seolah berulang ulang kali terjadi kepada diri ku. I am not stupid. Saya bisa membedakan mana yang disebut dengan "joke" (Gurauan, becanda-red), dan mana yang bersifat tendensius, insulting (Menghina-red), dan yang bernada ejekan.

Bahkan bos saya sendiri menyebut secara tidak langsung diri ini sebagai tukang sapu. Memang sang bos tidak menyebut secara langsung, dan tidak ada nama yang disebut. Tetapi saya tau betul kalaw kalimat yang diutarakan bos nanas yang satu ini diarahkan kepada ku. Kalaw dia bisa berbuat begitu, saya pun bisa melakukan hal yang sama. Hampir setiap hari saya melontarkan sindiran tajam dan kritikan pedas buat bos walau tidak secara langsung. Tidak ada penyebutan nama dalam setiap tembakan kritikan ku sebagaimana dia juga tidak menyebut nama ku dalam setiap sindirannya. Jadi skor kita saat ini sama 1 : 1.

Begitu juga dalam dunia facebook. Betapa diri ini merasa dihina secara langsung oleh rekan saya sendiri yang sudah pernah bertemu dan berinteraksi waktu pelaksanaan Youth Engagement Summit (YES) 2009 di Kuala Lumpur lalu. Di facebook, yang notabenenya dilihat ribuan orang, dia dengan entengnya menyebut Grandpa dalam bahasa Inggris. Semua orang tau kalaw itu berarti kakek. Seseorang yang berusia tua, dan lanjut. Dia menyebut dengan secara terbuka dan vulgar mengejek diri ini dengan sebutan Grandpa atau Kakek. Umur saya tidak muda lagi, dan itu tidak seharusnya tidak dipermasalahkan dalam konteks persahabatan atau pertemanan. Bukankah sebutan Grandpa itu bernada ejekan atau Joke?. Siapapun yang punya akal sehat, hati dan perasaan pasti tau bahwa sebutan itu bukan joke. Itu penghinaan. Itu sebutan atau gelar yang bernada ejekan.

Saya tegur kawan saya itu, dan dia meminta maaf via email (message). Dan itu sudah saya maafkan. Tetapi bukannya sadar dan tidak mengulangi perbuatannya, kembali dia melakukan hal yang sama tapi tidak secara langsung ditujukan kepada saya. Persis yang dilakukan bos yang mengejek saya secara tidak langsung. Dia menyebut orang tua diem sebaiknya tutup mulut (diam) saja tidak turut bicara. Memang tidak ada penyebutan nama bagi ku, dan saya tau itu. Namun feeling saya mengatakan bahwa kalimat yang diutarakannya di sana, di reply message FB, diarahkan kepada ku. Kali ini sudah tidak ada ampun lagi. Saya blok dan masukkan dalam black list untuk tidak dapat dibuka lagi. Saya akan liat jika tidak ada perubahan dalam sikapnya itu mungkin akan saya blok selamanya. Jangan melakukan kesalahan dua kali pada bidang yang sama. Itu kata orang bijak

Kesalahan memang dapat dimaafkan. Tetapi tidak dapat dilupakan. Kesalahan memang manusiawi, tapi mempertahankan kesalahan itu SeTaN.
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia