Masih segar dalam ingatan kita semua sebuah paket bom berbentuk buku yang dialamatkan kepada komunitas Utan kayu yang bermarkas di radio KBRH 68 H Jakarta. Bom yang berbentuk buku yang berjudul "Mereka harus dibunuh" dikirim oleh seseorang kepada seseorang yang aktif di komunitas JIL kata koran.

Bom yang seharusnya ditujukan kepada yang bersangkutan ternyata meleset dari sasaran dan memakan korban beberapa petugas keamanan yang juga salah prosedur dalam memperlakukan paket mencurigakan. Walhasil bom tersebut tidak berhasil dijinakkan dan memakan korban.

Mengapa kita (sekali lagi) kecolongan seperti ini?. Kata siapa kita tidak kecolongan? Kita harus mampu intropeksi diri kalaw intelijen kita lemah, dan masyarakat perlu terus didorong untuk tetap waspada. Ini tugas kita semua

Tulisan saya kali ini memang agak usil hehehe. Menyoal teror Bom yang kembali marak di ibukota jakarta. Saya kira sekarang pola terorisme mulai menjalankan metode baru yang tepat sasaran namun menimbulkan sedikit korban. Mungkin para pelaku teror ini kasihan juga melihat warga yang tidak berdosa turut menjadi korban karena ulah mereka.

Mereka sebenarnya menargetkan seseorang, namun tidak urung setelah misi mereka berhasil namun mereka berhasil menjatuhkan korban tidak berdosa. Ini yang mereka tidak mau ambil resiko terlalu besar memakan korban sipil. Maksudnya baik dari satu sisi, namun tetap jahat di sisi yang lain. Saya aja tidak habis pikir kenapa harus dengan cara bom segala?

Selama ini pihak aparat keamanan selalu berhati hati jika ada paket paket atau benda benda misterius di Jakarta atau ditempat lain. Pihak Gegana pun selalu sigap mengamankan paket atau benda benda yang mencurigakan itu. Dari banyak laporan yang masuk, hampir semuanya dan mungkin semuanya benda benda mencurigakan itu ternyata bukan bom.

Juga ancaman ancaman gedung gedung tertentu dengan ancaman telepon misterius yang mengatakan akan ada bom, juga selalu palsu. Petugas dan aparat yang menyisir gedung gedung yang mendapat ancaman bom via telepon juga sigap dan tidak menemukan benda yang mencurigakan. Nah sekarang ternyata ancaman itu benar benar terjadi.

Low explosive memang yang meledak di KBRH 68 H, tapi saya kira itu cuma taktik pengalihan saja. Hahha sok tau gua ee. Ya hehehe, memang kecolongan kita. Ternyata kali ini paket yang mencurigakan itu benar benar bom sungguhan walaupun kecil daya ledaknya. Tapi besar kecilnya bom itu bukan merupakan pokok persoalan kita. Ada sesuatu rencana besar yang ada dibalik semua itu.

Namun apapun itu, marilah kita semu waspada, dan tidak meremehkan segala macam bentuk ancaman maupun teror seperti ini di Jakarta dan juga daerah daerah lainnya di seluruh Indonesia. Mari kita tingkatkan kewaspadaan kita bersama sama.

Dear Blog,
Sepertinya berita mengenai terorisme seperti tidak ada habis habisnya terjadi di negara yang kaya akan hutang hutangnya ini. Entah apa yang terjadi terhadap negara ini dan memang sepertinya isu isu mengenai terorisme ini sudah selayaknya menjadi bahasan setiap negara di dunia terutama bagi mereka yang mencintai perdamaian dan persaudaraan sepertinya halnya Indonesia negara kita. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah bagaimana cara kita untuk meminimalisir aksi aksi brutal teroris ini agar tidak terjadi lagi hal hal yang membahayakan rakyat Indonesia dan juga aparat keamanan lainnya di Indonesia. Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi itu semua?. Kita tentunya tidak mau kecolongan dua kali kan?

Siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan teroris atau terorisme itu? Apakah setiap orang yang tidak bertanggung jawab yang membunuh anak anak dan perempuan tidak berdosa itu bisa langsung dicap sebagai teroris?. Apakah orang yang menyerang gedung gedung dan sarana umum dengan aksi brutal bersenjata bisa langsung divonis dengan sebutan aksi aksi terorisme?. Siapa sebenarnya si teroris itu? Apa kriteria yang bisa dipakai untuk menyebut seseorang itu adalah pelaku teror atau teroris?. Banyak yang harus kita kaji untuk membahas isu isu sensitif seperti ini.

Mengapa orang cenderung mengurus urusan yang "besar besar" seperti terorisme internasional yang kini sedang kita perangi bersama sama. Mengapa orang tidak mau membahas isu isu teror dan terorisme yang ada dalam diri kita sendiri dan bahkan "bergentayangan" di sekitar kita, di keluarga kita, bahkan dilingkungan tempat tinggal kita semua. Apakah ada densus 88 bersliweran di belakang rumah kita mau menangkap Osamah Bin Laden? Apakah ada polisi memburu penjahat di pekarangan rumah kita? Oh tidak. Teror dan teroris yang saya maksud adalah pelaku tindak kejahatan skala rumahan atau kecil yang ada disekitar kita. Coba amati baik baik, kalian pasti akan merasakannya.

Banyak perusahaan yang mengabaikan kesejahteraan para karyawannya, membiarkannya terlantar tanpa status kepegawaian yang jelas dari para karyawannya yang masih kontrak juga bisa disebut dengan "teroris". Mereka yang membuang sampah seenaknya hingga mengotori jalan jalan di sekitar rumah kita juga bisa disebut "teroris". Nah hal hal seperti ini yang kadang luput dari perhatian kita semua. Orang cenderung membahas hal hal yang besar dan melupakan hal hal yang kecil dan terkesan remeh seperti ini.

Nah apakah ada "teroris" di sekitar anda?

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia