Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Menjadi "Single Parent" sudah saya singgung dalam tulisan beberapa hari yang lalu dimana sebutan ini memakai tanda kutip yang artinya bukan dalam artian yang sebenarnya yakni mengurus keluarga atau anak anak seorang diri.

Menjadi "single parent" bagi saya adalah mengurus anak anak dan keluarga seorang diri di saat sang istri tercinta belum kembali dari tugas mengajarnya di luar kota. Ya "bos besar" hanya pulang dan kumpul bersama keluarga hanya pada hari Sabtu sampai dengan hari Selasa saja.

Barangkali kawan kawan blogger ada yang bertanya "mengapa mengajarnya saja harus  ke luar kota?" atau "ada apa menjadi guru di luar kota?".  Saya akan coba jawab to the point aja ya. Wah sudah kaya program acara di televisi swasta yang sering menampilkan aja Kick Andy aja hiheiheie.  Ya karena SK mengajar sang Istri berada di luar kota, tepatnya di SMA Negeri 1 Kabupaten Kubu Raya, sekitar 4 (empat0 atau 5 (lima) jam perjalanan dari kota Pontianak. Jadi apa donk maksud tulisan hari ini yang judulnya "antara Hari Senin sampai Jumat"?  

Abstraksi cerita saya hari ini : Cerita kegiatan sehari hari saya mulai dari jam 04.10 WIB waktu Subuh hari, hingga ke pukul 06.30 WIB dan apa apa saya yang dikerjakan dalam rentang waktu sekitar 1 (satu) jam tersebut.  Kemudian dilanjutkan ceritanya dari aktifitas Menjemput dari Sekolah dan ke rumah. Apa saja yang terjadi di antara rentang kegiatan itu hingga "serunya" mengurus keduanya. 

Asyik Dan Seru Selama 5 hari

Saya akan coba jawab to the point aja ya. Wah sudah kaya program acara di televisi swasta yang sering menampilkan aja Kick Andy aja hiheiheie.  Ya karena SK mengajar sang Istri berada di luar kota, tepatnya di SMA Negeri 1 Kabupaten Kubu Raya, sekitar 4 (empat0 atau 5 (lima) jam perjalanan dari kota Pontianak. Jadi apa donk maksud tulisan hari ini yang judulnya "antara Hari Senin sampai Jumat"?

Nah "seru" nya aktifitas saya dari hari Senin sampai dengan Jumat adalah bagian rutinitas atau keseharian saya yang sudah dilakonin sejak satu atau dua tahun yang lalu. Nah dibawah inilah urutan kegiatan saya setiap hari yang saya lakukan mulai dair Hari Senin sampai dengan Subuh ala "single parent".

  1. Dimulai Dari Waktu Subuh
    Ya benar sekali.  Biar tidak berputar putar ceritanya, karena akan berputar di akhir cerita yang berpotensi menimbulkan "kerusuhan" bagi yang membacanya. Nanti bisa bingung, saya aja bingung, apalagi kawan kawan hiheiheiee.   Begitu gema suara Adzan berkumandang sekitar pukul 04.15 WIB saya pun mendidikan Sholat Subuh, dan kedua anak saya biasanya masih terlelap. Saat itu lah saya "berjibaku" dengan dapur menyiapkan kotak makan mas Abbie (5thn) buat bekal sekolahnya di TK Islam Al Azhar Pontianak.

    Kemudian saya sendiri prepare buat diri sendiri karena hari Senin adalah hari dimulai gawe saya di Harian Pontianak Post. Jadual ngantor saya jam 08.00 WIB sedangkan mas Abbie harus sudah di sekolah jam 07.00 WIB.  Kegiatannya ya memasak nasi, dan menghangatkan lauk kotak makan mas Abbie. Kadang goreng naget ayam atau bakso biar mudah. Lalu saya sendiri byur take a shower merapihkan diri.  Biasaya sih saya dahulu yang harus sudah siap alias sudah mandi. Baru kemudian pada jam 06.00 WIB nya memandikan mas Abbie

  2. Memandikan Mas ABbie
    Tepat pukul 06.00 WIB saya pun memandikan mas Abbie.  Yang terjadi adalah "improvisasi" memandikan mas Abbie menjadi memandikan adiknya juga, Tazkia Putri atau Cah Ayu. Kadang saat itu Cah Ayu e ek alias buang air besar.

    Lebih runyam lagi jika saya sendiri yang mules peyut alia mau Be A Beb juga hiehiehiehei. Jadilah kita bertiga yang mules mules alias E ek bersamaan hiehiehiehiee.  Padahal kalau ini sampai terjadi urusannya bisa luar biasa gawatnya.

    Namun syukurlah sepanjang "karir" saya mengurus dua buah hati seorang diri belum pernah kejadian di waktu pagi kami bertiga sama sama mules alias mau Be A Be bersamaan hieheie bisa jadi Tranas alias Tragedi Nasional jika sampai e ek bareng bareng. HIheiheieieiehe. Kalaw sudah begini mas Abbie dahulu yang di "proses" mandinya terlebih dahulu, sedangkan adiknya Cah Ayu menyusul kemudian. Pengalaman sih malah Tazkia yang nda sempat di "proses" mandinya. 

    Ini artinya mas Abbie yang disiapkan karena akan beangkat sekolah ke TK Islam Al Azhar, sedangkan adiknya. Cah Ayu, di antar ke rumah pengasuhnya yang berjarak cukup dekat dari rumah, Soalny adik Tazkia atau Cah Ayu ini ngak ngek ngok alias suka mewek jika tidak diperhatikan.
  3. Menyiapkan Bekal Ke Sekolah
    Setelah sang adik Cah Ayu di antar ke rumah pengasuhnya baik dalam keadaan sudah dimandikan atau belum, barulah saya menyiapkan kotam makan (meals) mas Abbie.  Jika menu nya sudah siap di waktu Subuh maka tinggal di hangatkan saja pake Magic Jar atau Magic Com baik yang berbentuk seperti menu Naget, nasi goreng, atau bekal sandwich buat sendiri.  Sandwich bisa terdiri dari roti, mentega, keju lembaran merek tertentu, lengkap dengan botol minumannya.

    Namun sedapat mungkin gorengan semacam Naget ini saya kurangi karena dampak yang kurang baik bagi kesehatannya kelak soalnya kandungan MSG atau micinnya konon banyak sekali. Sesekali tentu, namun tidak akan setiap hari.  Bekal meals sudah siap, maka tinggal nyiapkan Sarapan Pagi mas Abbie yang saya buat seringkas, ngepop namun tidak membosankan. Seperti Sandwich, kacang Ijo (haaa Bubur juga akhirnya iheiheieiee).

    Untung saja sang istri (Bunda) suda menyiapkan seragam sekolah Mas Abbie mulai dari Hari Senin sampai dengan hari Jumat dalam keadaan sudah rapih dan sudah disetrika dengan licin. Kemeja , Baju dan seragam yang sudah rapih itu disimpan dalam lemari khusus atau Box Mas Abbie tempat menyimpan keperluan sekolah termasuk celana dan kemeja seragamnya.

    Satu box lemari lainnya khusus baju baju main seperti Kaos, celana jean, atau celana santai lainnya. Jadi tidak bercampur dengan lemari khusus untuk seragam sekolah, jadi mudah untuk mencarinya.  Enaknya sudah disetrika sama bundanya, jadi tinggal buka loker Box baju seragamnya dan langsung dipakaikan.   Soalnya kalaw saya sendiri yang nyetrika urusannya bisa galau.  Udah nda mahir menyetrika, udah gitu kurang mahir sayah dalam melipat baju atau kemeja yang sudah disetrika. Licin disetrika, begitu dilipat, eh lecek lagi

  4. Antar Jemput alias Tukang "Ojek"
    Semuanya harus clear alas kelar sebelum pukul 06.30 WIB karena jam sekolah mas Abbie di TK Islam Al Azhar adalah jam 07.00 WIB.  Selisih harus disiapkan 30 (tiga puluh menit) perjalanan untuk antisipesien jika ban bocor atau gembes. Karena jarak tempuh kendaraan dan kemungkinan kendala di jalan juga harus diperhitungkan dengan cermat.  Pengalaman sih.

    Graha Pena
    Karena yang namanya di jalan kan tidak pasti. Selalu ada kemungkinan terjebak kemacetan, ban kempis di jalan dan lain sebagainya.  Nah kemungkinan terjadinya kendala kendala itu semua harus tetap menjadi perhatian (concern) saya. 

    Nah jika itu terjadi , misalnya macet atau ban kempis, nah kan bisa di atasi karena berangkat ke sekolahya awal.  Jadi bisa ada waktu.  Namun selama ini jarang terjadi kendala seperti itu.  Jika ada, tentu kami sudah siap karena berangkat awal. Setelah saya drop mas Abbie di sekolah, saya pun move forward atau melanjutkan perjalanan ngantor di kawasan Gajah Mada (Gedung Graha Pena) Pontianak post. Selamat deh jam 08.00 WIB sudah dimulai.

    Begitu jam menunjuk pukul 11.45 WIB saya pun check out dari Graha Pena dan segera meluncur ke TK Islam Al Azhar Pontianak untuk menjemput mas Abbie dari Sekolahnya.  Begitu sampai di sekolah, saya pun langsung menjemput mas Abbie dan langsung menuju rumah.  Nah di sinilah saya langsung ke rumah dan mengganti baju dan kemeja sekolah mas Abbie, untuk selanjutnya saya drop mas ABbie ke rumah pengasuhnya, menyusul adik Tazkia yang sudah masuk kampus dari pagi. Jadilah kedua anak saya di rumah pengasuhnya. 

    Setelah memastikan kedua anak saya save di rumah pengasuhnya, saya yang masih dalam balutan seragam kantor langsung ngacir ke Graha Pena sampai pukul 16.00 WIB.  Begitu pas tepat jam 16.00 WIB saya pun pulang ke rumah.  Nah disinilah momen krusialnya.  Momen momen mendebarkan dan harus cepat dalam tempo kurang lebih 1 jam untuk berbenah benar sebelum waktu penjemputan kedua anak saya dari rumah pengasuhnya jam 17.30 WIB

Harus Taktis Dan Gesit
Apa yang bisa kawan kawn kerjakan dari jam 16.00 WIB sampai dengan ham 17.00 WIB. Hanya 1 (satu) jam saja di sore hari setelah pulang kantor?   Saya harus pontang panting berbenah semuanya dari urusan tetek bengek rumah (menyapu, mencuci piring kotor) sampai urusan mandi dan menyiapkan merapikan kamar anak anak sebelum mereka dijemput dari rumah pengasuhnya jam 17.30 WIB.

Jadi dengan kata lain saya "cuma" punya waktu 1 jam untuk mandi, mencuci piring kotor, membersihkan merapikan kamar tidur kedua anak saya, sampai menyiapkan dinner buat kedua anak saya, dan juga untuk diri saya sendiri. Bisakah itu semua dilakukan dalam waktu 1 jam?   Jika molor, maka sudah dapat dipastikan anak anak akan kemalaman di jemput. Ini yang harus saya hindari.

Asumsinya beres misalnya. Pas beres semuanya. Saya sudah rapih (sudah mandi dan cakep ehm ehm), rumah sudah rapih (kamar tidur beres, botol susu anak anak siap, masakair minum sudah), maka saya dengan langkah santai penuh wibawa bak jalan di atas red carpet dengan anggun menjemput kedua anak saya dari rumah pengasuhnya, Keluarga Muhyar.   Kelak saya akan ceritakan profil mereka di edisi yang akan datang Insya Allah

Menjelang Malam Tiba
Jika sudah memasuki waktu Maghrib , biasanya anak anak sudah duduk manis di rumah.  Kesibukan saya masih ada beberapa lagi di tenggang waktu ini misalnya menyiapkan dinner bagi kedua anak saya. Namun umumnya jarang terjadi karena anak anak sudah mamam di rumah pengasuhnya sore hari. Jadi jika pun kedua anak saya, Tazkia dan Mas Abbie, mau ngemil ya diberikan cemilan sehat tentunya.

Kadang kadang saya harus mengajak Tazkia dan Mas Abbie bermain di ruang tamu. Saya berusaha sedapat mungkin anak anak tidak akrab dengan Televisi yang banyak menayangkan Sinetron, kekerasan, romantisme , horor dan lain sebagainya.  Biar anak anak dekat dengan ayahnya, dan bukan kepada Televisi. 

SLEEP : Di saat atau momen anaka anak saya sudah terlelap inilah saya bisa bersantai sejenak, Meluruskan kaki dan pinggang setelah berkutat seharian mengurus mereka. Saat mereka terlelap inilah saya bias sedikit santai.  Foto Asep Haryono
Jika sudah menjelang bobo, saya pun harus siap membuatkan susu botol kedua anak saya.  Tazkia suka ngedot pake susu merek L, sedangkan kakaknya Mas Abbie suka ngedot pake susu bubuk merek D.  Hiehiehiei saya termasuk agak alergi jika menyenut merek di blog saya sendiri.  Nah jika anak anak sudah mik cucu dan sudah mulai mengantuk biasanya tidak lama lagi mereka akan tumbang. 


Nah "Tumbang" adalah bahasa Pontianak yang artinya sudah lelap tertidur. Nah setelah anak anak tertidur itulah, saya merasa lega dan damai. Baru terasa tulang ini serasa dicopot dari tungkainya. Lunglai, lemah, dan biasaya saya cepat merasa lelah dan mengantuk. Efek keletihan (exausted).  Biasanya saya pun menyusul tumbang dan menemani kedua buah hati saya tidur.

Kesibukan dimulai lagi di waktu Subuh. Dan seterusnya bla bla bla urutannya kembali dari atas sampai ke bawah seperti roda berputar searah jarum jam. Nah inilah kesibukan saya setiap hari Senin dan Jumat yang saya lakukan. Semuanya itu seperti battle atau peperangan di medan perang.

Dalam kondisi sibuk hari Senin sampai dengan Jumat ini saya malah bersikeras tidak boleh jatuh sakit.  Urusan akan gawat jika sampai saya jatuh sakit. Saya selalu PEDE fit terus untuk mengurus kedua anak saya yang masih BALITA tersebut. Memang terkesan pongah saya bilang demikian. Namun dalam hati tetaplah saya berdoa kepada ALLAH SWT agar saya diberikan kekuatan fisik, kesabaran, dalam mengemban amanah dari Allah SWT ini, kedua anak saya tercinta. (Asep Haryono)

NB : Jika sudah hari Sabtu, bunda pun balik dari tugas mengajarnya dari luar kita. Nah saat inilah saya merasa seperti mendapat reinforcement atau tambahan tenaga mengurus rumah tangga.  BaTTLE atau pertempuran mengurus keluarga kembali "pecah" namun saya semakin siap karena ada istri sudah pulang di hari Sabtu. Inilah saatnya saya dan istri sebagai team work bahu membahu mengurus keluarga.


Banyak sekali pria yang merasa keberatan bila istrinya bekerja. Alasannya bisa bermacam-macam. Seringkali alasan tersebut memang 'bisa diterima', tetapi seringkali alasan tersebut bersifat psikologis yang seringkali sulit diterima oleh akal sehat.

Tulisan ini lebih dikhususkan kepada pria (terutama pasangan muda), walaupun tidak apa-apa bila wanita juga ikut membaca. Pertanyaan saya untuk Anda - para suami - yaitu apakah Anda adalah salah satu dari suami yang keberatan bila istri Anda bekerja? Bila ya, apakah alasan Anda memang bisa diterima oleh akal sehat? Atau apakah alasan-alasan Anda tersebut bersifat psikologis? Atau yang lebih parah lagi, apakah alasan Anda tersebut terkesan mengada-ada?

Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Anda - para suami. Tulisan ini tidak saya buat untuk menyinggung alasan-alasan Anda, tetapi lebih kepada apa untung ruginya bila istri Anda bekerja. Saya akan berusaha untuk bersikap netral disini. Bertambahnya Penghasilan Keuntungan pertama sudah jelas, bahwa dengan istri Anda bekerja, penghasilan dalam keluarga Anda jelas akan bertambah.

Bagi banyak keluarga yang lain, banyak istri yang bekerja juga ikut andil dalam membayar pengeluaran-pengeluaran keluarga. Mungkin suami meng-cover 50%, si istri juga 50%. Tetapi banyak juga istri (bekerja) yang lain, yang tidak ikut meng-cover pengeluaran keluarga. Artinya, uang suami adalah uang istri, tetapi sebaliknya uang istri bukan uang suami dan hanya menjadi milik istrinya sendiri. Tetapi bagi banyak keluarga, alasan bekerja dari sang istri mungkin karena selama ini si istri merasa tidak enak terus menerus 'dijatah' dari suami, sehingga ia merasa lebih leluasa bila 'uang sakunya' didapat dari penghasilannya sendiri karena ia bekerja.

Apa yang Sebetulnya Terjadi?
Mari kita kembali kepada dasar-dasar dalam berkeluarga. Kodrat dari Tuhan kepada manusia yang tetap ada dari dulu hingga sekarang, adalah wanita yang mengandung, sedangkan pria yang keluar mencari nafkah. Ketika belum menikah, mungkin saja si pria dan si wanita sama-sama bekerja. Lalu disusullah dengan pernikahan. Ketika si istri mengandung, maka bila sebelumnya si istri bekerja, si istri biasanya akan minta berhenti atau cuti dari pekerjaannya. Setelah melahirkan dan umur si anak sudah mencapai beberapa bulan atau beberapa tahun - dimana si anak dianggap sudah bisa ditinggal - sering muncul dilema dari si istri apakah ia perlu kembali bekerja atau tidak. Alasan untuk kembali bekerja bermacam-macam. Mungkin si istri rindu akan suasana ramai di kantor.




Mungkin dia juga ingin mencari kegiatan di luar rumah yang bisa dilakukan setiap hari. Atau mungkin saja dia ingin mencari suasana baru yang bisa menyegarkan hatinya setelah merawat anak beberapa bulan atau beberapa tahun lamanya.

Tetapi, keinginan untuk kembali bekerja kadang-kadang muncul dari alasan ekonomi. Dua penghasilan mungkin dianggap lebih baik daripada satu penghasilan. Nah, keluarga yang hanya memiliki satu penghasilan saja biasanya akan memiliki jumlah Biaya Hidup yang lebih kecil dibanding apabila keluarga tersebut memiliki dua penghasilan. Uang yang bisa ditabung biasanya juga lebih kecil. Ini masuk akal: makin besar penghasilan, biasanya akan makin besar pula Biaya Hidupnya. Tetapi keuntungannya, dengan hanya satu orang yang bekerja, pihak yang satu lagi (biasanya si istri) bisa tinggal di rumah untuk menyaksikan anak-anaknya tumbuh.

Keluarga yang memiliki dua penghasilan - tentu saja - akan memiliki jumlah pendapatan yang lebih besar. Tetapi konsekuensinya akan lebih banyak hal baru yang harus dipikirkan oleh orang tua tersebut, seperti masalah baby sitter atau masalah-masalah lain yang akan sering muncul karena meninggalkan anak di rumah, sehingga disini, Biaya Hidup biasanya akan menjadi lebih besar.

Suami istri tentu punya sejumlah alasan untuk lebih memilih memiliki dua penghasilan daripada satu penghasilan. Tetapi satu hal yang harus disadari adalah: apakah dengan sama-sama bekerja akan menjawab permasalahan keuangan yang muncul? Ketika Anda sedang berpikir untuk menjawab apakah Anda berdua perlu memiliki dua penghasilan atau tidak, pusatkan perhatian Anda untuk menjawab pertanyaan tentang berapa yang akan Anda hasilkan berdua secara bersih setelah dikurangi Biaya Hidup keluarga Anda dan Tabungan rutin.

Setelah itu, lihat apakah jumlah tersebut memuaskan atau tidak. Lalu lihat lagi apakah jumlah tersebut sebanding dengan hal-hal non material yang dikorbankan, seperti waktu yang hilang bersama anak, kemudahan dalam merawat anak (Anda berdua tidak perlu lagi punya pengasuh), dan seterusnya dan seterusnya. Untuk bisa menentukan apakah kedua dari Anda perlu sama-sama bekerja atau tidak, mari kita melihatnya dari dua faktor: Faktor ekonomi dan faktor non ekonomi.

Nantikan Lanjutannya kapan kapan ya.
heheheheh To Be Continued
Tidak terasa tahun 2011 ini menjadi tahun yang ke 6 (enam) usia pernikahan kami sejak kami melaksanakan sunatullah dengan menikah pada tanggal 11 Desember 2005 yang lalu di daerah Kulon Progo Jogjakarta.

Suka duka masa masa kami menjalani biduk rumah tangga yang dibina sejak tahun 2005 lalu sudah dan akan kami lalui bersama. Suka duka saat tidak memiliki pekerjaan hingga sampai pada sekarang ini menuai berbagai aktifitas dan juga kesibukan yang dirasakan sudah luar biasa. Fenomena apakah yang sedang saya rasakan sekarang ini berkaitan dengan sang waktu dan kesibukan yang sepertinya tiada habis habisnya ini? Sisi positif yang manakah yang bisa saya petik dari kehidupan berumah tangga kaitannya dengan tema tulisan saya hari ini : sibuk.

Nah sekarang mungkin sudah saatnya saya mengevaluasi diri berkaitan dengan tema tulisan saya hari ini yang menyoalkan soal kesibukan yang tiada habisnya ini. Hm menarik juga rasanya karena kesibukan yang saya rasakan saat ini benar benar luar biasa dan memerlukan ketelatenan dan kesabaran dalam memanagenya menjadi sesuatu yang bisa dipelajari dan untuk selanjutnya disiasati agar kita menjadi "raja" dengan mengatur sang waktu. Bukan sebaliknya sang waktu yang memporak porandakan diri kita, dan ini akan selalu saya waspadai walaupun masih agak keteteran untuk mengatur sang waktu. Oh lagi lagi sang waktu.

Saya coba sekilas mengenang masa masa sebelum saya memutuskan untuk menikah. Alkisah sekitar tahun 2004 saat saya masih ngekos ala mahasiswa di sekitar jalan Sekadau Komplek Universitas Tanjungpura. Ya kenangan itu masih mengiang ngiang baik di telinga maupun di kepala saya. Betapa saya masih ingat dengan jelas saat saya masih bekerja di shift malam. Datang ke kantor selebas waktu sholat Magrib dan kembali ke rumah sekitar pukul 00.00 WIB setiap harinya membuat diri saya sangat sulit bersapa dengan matahari. Akibatnya ada yang positif atau positif bagi diri saya secara psikologis (ciee-red) mapun secara fisik.

Secara fisik sudah jelas kulit tubuh saya menjadi agak putih dan bahkan kuning. Sudah mendekati kulit orang Pontianak yang rata rata putih. Saya aja nda merasa kalaw kulit saya semakin putih agak kekuningan saat itu. Hal ini wajar karena sejak ditugaskan malam hingga selama kurang lebih 2 (dua) tahun saya tidak terkena sinar matahari. Coba saja bayangkan berangkat ke kantor selepas sholat Magrib dan pulang ke rumah kosan sekitar jam 1 malam dinihari dan sudah pasti kadang menginap di kantor dan pulang ke kosan pada pagi harinya. Walhasil kulit saya tidak terkenan sinar matahari selama 2 (dua) Tahun. Wajar kulit saya saat itu menjadi putih agak kekuningan. Wah keren keren

Lalu secara psikis ini menyangkut feeling atau perasaan saja. Tentu saja senang bangeds. Karena selain saya hanya melihat kantor di siang hari, dan bisa "keliaran" dalam artian positif tentunya di suasana malam hari. Apalagi letak rumah kosan saya di kompek UNTAN itu dikelilingi oleh teman teman yang baik dan menyenangkan. Memang ada juga teman kosan yang bikin sebel dan menjengkelkan. Tapi kalaw diliat dari komposisinya tentu lebih banyak menyenangkan dan melegakan diri. Salah satu alasannya adalah saya bisa lebih dekat menyibukan diri dengan segudang aktifitas yang membuat saya senang.

Saat itu kan masih "jaya" (baca : bujangan). Selepas pulang kerja langsung ke rumah kosan, maih game Perang, jajanan kuliner dari pasar, ke masjid Sholat atau sekedar kongkow kongkow di kantin Untan. Wah wah menyenangkan sekali. Satu hal yang unik dalam momen ini (baca: bujangan) ini, saya tidak doyan yang namanya Nge-Mall. Alias jalan jalan ke Mal. Walaupun kita tau bahwa Mall tidak melulu untuk belanja (shopping), bahkan untuk sekedar nyantai atau cuci mata kan boleh. Hahaha cuci mata bukannya pake air? Hehehhee. Yayaya. Walau A Yani Mega Mall dibuka resmi taun itu, nda ngeh saya hahaha.

Aku Sadar Aku Mulai Sibuk
Selain itu saya masih bisa menabung lumayan banyak setiap bulannya. Bayangkan saja saya menabung hampir setengah juta rupiah setiap bulannya. Dan dalam tempo itu ada rekan kerja saya saat itu namanya Lepoy (Aseanty Widianingsih Pahlevi-red) yang berkomentar lumayan inspiratif "Ya wajar Asep bisa nabung banyak setiap bulannya karena keperluannya sedikit". Hahaha masa sih. Setau saya sih waktu itu saya ke kantor pake oplet kuning, dan pake sepeda. Walaupun akhirnya sepeda BMX ku hilang dicuri orang saat sholat Ashar di Masjid Al Muhtadi Untan, Ya udah hilang deh Sepeda kuh hehehee. Akhirnya Motor Honda SupraFIT KB 3814 HY akhirnya bisa kudapatkan. Cuma kredit 10 bulan aja LUNAS hehehee.

Dan tidak terasa saya pun akhirnya pindah dari satu tempat kosan ke tempat lain dan langsung saya memboyong sang Istri dari Jogjakarta menemani ku di kosan baru di Komplek Griya Husada Sungai Raya Dalam. Istri pun baru saja kelar menyelesaikan S1 Bahasa Inggrisnya, dan kami masih pengantin Baru, Saat kami belum memiliki anak, saya sangat rajin mendirikan sholat Malam (Baca : Tahadjud). Sepulang dari bekerja, waktu malam saya gunakan hanya untuk beribadah dan juga akfititas rutin dan ringan saja di rumah. Begitu pula dengan sang istri yang setia mendampingi saya sepulang kerja di rumah. Sang Istri pun rajin mengirimkan surat lamaran ke berbagai sekolah. Namun semua lamaran itu ditolak baik mentah maupun mateng. Hehehhee

Kini hadir anak Pertama, lalu kemudian Alhamdulillah hadir kembali anak kami yang kedua. Dan Sang istri tercinta juga sudah menyandang sebagai salah satu Pegawai Negeri Spili. Lengkaplah sudah putra putri, dan saya mengucapkan syukur Alhamdulillah. Allah SWT Maha Kaya dan Maha Pemurah. Kesibukan saya pun semakin luar biasa. Kalaw dulu saat kami belum memiliki satu anak pun, dan sang istri masih menganggur, saya banyak waktu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sering mendirikan sholat Malam. Namun saya merasakan dengan hadirnya karunia anak dan pekerjaan lapang buat istri, kok malah semakin menjauhkan diri saya dengan sholat Malam dan aktifitas amal ibadah lainnya. Saya sadar dan ini tidak benar.

Ini merupakan salah satu hal yang sangat tidak menyenangkan. Hikmah dan karunia rezeki dari Allah SWT seharusnya menjadikan ujian bagi saya. Saya seharusnya sadar bahwa semua itu mungkin ujian dan c0baan bagi saya. Saya harus mengubah ini semua untuk kembali ke masa masa dulu yang dekat dengan Allah SWT dan rajin mendirikan sholat Malam kembali seperti dulu. Bisakah aku melakukannya?. Hal ini yang seharusnya membuat saya sadar, dan saya berusaha untuk sadar dan jangan sampai terlena atau tergelincir. Di saat saya dilanda kesusahan dan kesulitan, saya dibantu Allah SWT melalui keluarga, dan sekarang saya harus segera bangkit dari terlena ini untuk segera banyak beribadah, bersodakoh, bersyukur dan juga berbuat baik untuk sesama.

Aku Semakin sibuk, dan aku akan semakin memperbaiki diri
AKu harus berjuang


Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia