Catatan Asep Haryono

Beberapa bulan yang lalu sekitar November 2016 sekitar pukul 08.00 WIB pagi saya berkesempatan untuk menemani putri kecil saya , Tazkia Montessori Putri Haryono dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Pontianak , berkunjung ke Musium Negeri Kalimantan Barat di jalan Ahmad Yani.  Dia tidak sendiri, melainkan bersama beberapa anak anak dari TK lain yang juga melakukans study tour di tempat yang sama.  Anak anak didampingi para orang tua murid, dan guru. Bertindak selalu Pemandu lokal (local guide) dari pihak Musium Kalimantan Barat adalah Bapak Syafei. 

"anak anak semuanya selamat datang di Museum Kalimantan Barat, nah silahkan masuk dengan tertib satu persatu. Jangan luoa pesan Bapak jaga kebersihan dalam Musium ya, nanti ada dari bapak dan ibu guru yang juga mengawasi kalian selama tour di dalam Museum  Kalimantan Barat ini" kata Pak Syafei memberikan "sambutan" kepada para anak anak TK yang mulai ribut seperti sudah tidak sabar lagi ingin segera masuk ke dalam Museum.



Saat anak anak itu masuk ke dalam museum didampingi para orang tua, gruu dan pemandu setempat, saya sempat ke luar sejenak melihat lihat diorama yang ada sekaligus mengambil gambar melalui ponsel kamera. Di halaman depan gedung Museum, saya membaca batu bertulis di luar Museum yang menunjukkan sejarah singkat atau profil Museum Negeri Kalimantan Barat itu sendiri.

Dan ternyata Museum Kalimantan Barat ini pertama kali dirintis sudah sejak tahun 1974 dan baru dinyatakan dibuka untuk umum pada  tanggal 4 Oktober 1983 dan sejatinya baru kemudian diresmikan pada tanggal 2 April 1988.  Berbagai referensi menyebutkan bahwa museum Kalimantan Barat ini  masuk dalam katagori museum etnografi karena menampilkan 3 etnis budaya Kalimantan Barat sekaligus yakni Dayak , Cina dan Melayiu. 


Tradisi Kelahiran Budaya Melayu
Puas berkeliling di selasar Museum Kalimantan Barat , saya pun bergegas menyusul rombongan anak anak yang sudah dari tadi masuk ke bagian dalam Museum. Sebentar saja saya sudah bersama mereka di dalam Museum Kalimantan Barat.  Mata saya mengawasi tiap sudut di dalam ruangan itu dan tidak menjumpai satu pun pemandu yang biasa mendampingi kunjungan wisatawan yang datang ke Museum ini. 

Mungkin karena yang datang berkunjung adalah siswa taman kanak kanak sehingga merasa tidak perlu didampingi pemandu setempat.   Semoga dugaan saya ini keliru

Saya melihat rombongan anak anak TK ini menjadi "terpecah" menjadi beberapa kelompok. Sebagian dari mereka melihat lihat diorama alat alat kelahiran, sebagian lagi melihat lihat diorama Dinasti Ming, dan beberapa lagi lainnya berlarian ke sana ke mari di tempat yang lain.  

Saya menyaksikan para anak anak TK itu banyak dibantu oleh guru dan orang tua masing masing untuk mendampingi mereka.  Sejenak saya berpikir masih "aman" karena anak anak TK itu ada yang mendampingi. Seharusnya (pemandu wisata museum) juga mendampingi mereka begitu kira kira gumam saya dalam hati.   Saya pun memisahkan diri, dan berpetualang melihat lihat ke beberapa diorama dan artefak yang ada di dalam Museum Kalimantan barat itu




Diorama pertama yang saya lihat  menampilkan tradisi Kelahiran di Kalimantan Barat.  Di papan informasi berbahasa Indonesia yang sudah tersedia di dalam kaca transparan itu didapat pengetahuan dasar tentang tradisi kelahiran ini.  Ternyata bagi masyarakat Melayu Kalimantan Barat, setiap bayi yang baru lahir langsung dibersihkan dan kemudian dimandikan.  Selesai dimandikan kemudian sang bayi akan diletakkan di atas baki yang diberi alas  tujuh helai kain berbeda corak. Menurut saya ini menarik sekali. Sambil tetap berdiri, saya pun terus membaca papan penjelasan itu.

Ternyata Baki yang menjadi alas tadi kemudian diisi dengan beras yang dicampur dengan uang logam. Ari ari bayi yang baru lahir itu kemudian dibersihkan dan dimasukkan ke dalam periuk tanah yang sudah diberi
telur, paku, nasi sekepal, keminting, asam, garam rokok daun, dan tembakau. Setelah semua sudah, terakhir adalah ditutup dengan kain putih.  Kemudian (periuk) ditanam di beberapa sudut tertentu di rumah. Biasanya ditanam di di bawah tanaman bunga atau di bawah tangga rumah. Referensi lain menyebut bahkan ada yang dihanyutkan di sungai.

Dalam tradisi kelahiran bayi ini, bagian alas Baki tersebut akan diambil satu persatu sampai hari ketujuh.  Jika akhirnya si jabang bayi itu sudah terlepas tali pusarnya, maka selanjutnya beras dalam baki tadi kemudian akan diolah lagi menjadi bubur merah putih.  Sesuai tradisi, maka bubur merah putih ini kemudian dibagikan kepada para tetangga terdekat.

Tadi sudah disebutkan ada campuran uang logamnya bukan? Nah uang logam ini selanjutnya dibelanjakan untuk berbagai keperluan yang masih berkaitan dengan tradisi kelahiran bayi tersebut misalnya keperluan untuk membeli gula dan sebagainya.  
Cara "belajar" saya mengenai budaya dan adat di Kalimantan Barat melalui Museum Kalimantan Barat ini menjadi pembelajaran yang menarik , berkesan sekaligus sebagai hiburan yang menyenangkan.

Berwisata Ke Museum
Perjalanan "petualangan" saya di Museum Kalimantan Barat ini semakin seru dan mengasyikan saja.  Seperti dalam film Night at the Museum yang dirilis pada tahun 2006 yang dibintangi oleh bintang ternama
Ben Stiller , sambil sesekali saya mengambil gambar, saya pun melanjutkan "petualangan" saya di Museum Kalimantan Barat ini dengan mengunjungi diorama yang lain. 

Tiba tiba mata saya tertumbuk pada sebuah diorama yang tertutup kaca transparan itu berbagai macam benda seperti
tombak, mata tombak, keris, perisai, rencong, Badik dan Golok. Saya pun membaca keterangan di atasnya bertuliskan "Peralatan Pertahanan Diri Suku Melayu".   Ini pasti peralatan perang pada masa itu, begitu kira kira gumam saya dalam hati.

Saya pun tenggelam dalam keasyikan membaca penjelasan yang tertulis dengan jelas di sebelah-nya.  Disebutkan bahwa benda benda tersebut baik berupa tombak, mata tombak,
keris, perisai, rencong, Badik dan Golok itu merupakan simbol keperkasaan dan status sosial seseorang sekaligus berfungsi sebagai peralatan untuk pertahanan diri dalam peperangan.


Pada umumnya senjata senjata ini berasal dari Pesisir Sumatra Bagian selatan, Riau dan Pulau Jawa. Walaupun tidak lagi digunakan untuk berperang senjata tradisional ini pada kalangan tertentu masih tetap disimpan dan diyakini mempunyai nilai magis serta dianggap keramat. Senjata tradisional seperti keris digunakan pula sebagai pelengkap pakaian tradisional pengantin laki laki.

Puas dari tempat itu, saya pun melihat beberapa diorama lainnya antara lain Ruang Tamu Rumah Melayu Kalimantan Barat , Musik Tradisional Melayu Kalimantan Barat ,  dan diorama paviliun Perahu Tambang.    Ruang Tamu Rumah Melayu Kalimantan Barat yang dikenal dengan sebutan Rumah Limas yang pada umumnya berupa rumah tradisional yang terdiri dari empat bagian utama yakni serambi, ruang tamu, peralatan dan dapur.  

Sedangkan Diorama Musik tradisional Melayu Kalimantan Barat yang pada awalnya bermuara dari lingkungan istana kerajaan Melayu.  Alat musik jenis ini salah satunya adalah Tanjidor yang masih kita kenal sampai sekarang. Tanjidor merupakan salah satu alat musik tradisional suku Melayu yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya.  Tanjidor biasanya digunakan dalam adat seperti perkawinan, sunatan,  khitanan, maupun upacara lainnya.

Terakhir adalah diorama yang menampilkan sarana
Transportasi,  Perahu tambang dikenal oleh masyarakat Kalimantan Barat sebagai alat transportasi Sungai, digunakan baik untuk penyeberangan maupun bepergian dari satu kampung ke kampung yang lain yang berjarak dekat.  Perahu tambang biasanya berkapasitas empat atau tujuh orang penumpang. Perahu ini terbuat dari Bahan Kayu dan beratap daun nipah atau Kajang.    Rasanya belum puas kalau sudah begini, sedangkan banyak sekali diorama dan paviliun yang ingin saya lihat dan belajar darinya.  Sayang sekali waktu sudah cukup.

Masih banyak lagi laporan perjalanan saya berwisata di Museum Kalimantan Barat ini yang ingin saya ceritakan kepada anda saat semuanya.  Petualangan di Museum Kalimantan Barat yang membuka mata dan wawasan saya dan menambah rasa kecintaan saya kepada budaya Kalimantan Barat. Sebuah kunjungan singkat yang menyenangkan. Bahagia rasanya.

Museum Kalimantan Barat yang menjadi salah satu icon obyek wisata Kalimantan Barat yang sangat layak untuk diperkenalkan kepada dunia untuk datang dan berkunjung ke Kalimantan Barat. 

Program kunjungan ke Museum Kalimantan Barat bisa menjadi usulan progam outdoor anak anak sekolah untuk lebih mengenal sejarah dan budaya bangsanya sendiri, dan ini akan menjadi misi mulia Jejaring Wisata Kalimantan Barat (jewita) yang selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi wisata dan obyek wisata yang ada di propinsi Kalimantan Barat ke dalam negeri dan internasional. Saya ingin sekali kembali mengunjungi Museum  Kalimantan Barat secepatnya. 
(Asep Haryono)



KELAHIRAN :  Pengunjung sedang melihat lihat diorama yang menampilkan tradisi Kelahiran di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono
KELAHIRAN :  Pengunjung sedang melihat lihat diorama yang menampilkan tradisi Kelahiran di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono

SENJATA :  Koleksi senjata khas Melayu Kalimantan Barat seperti rencong, keris yang mewarnai sejarah dan kebudayaan di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono
SENJATA :  Koleksi senjata khas Melayu Kalimantan Barat seperti rencong, keris yang mewarnai sejarah dan kebudayaan di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono

SUNATAN :  Koleksi kelengkapan prosesi budaya dan adat Khitanan atau Sunatan di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono
SUNATAN :  Koleksi kelengkapan prosesi budaya dan adat Khitanan atau Sunatan di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono

SENI MUSIK DAYAK :  Koleksi yang menampillan seni dan peralatan musuk etnis suku Dayak di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono
SENI MUSIK DAYAK :  Koleksi yang menampillan seni dan peralatan musuk etnis suku Dayak di Kalimantan Barat.  Foto Asep Haryono


INFORMASI : Tidak jelas apakah alat panduan informasi digital ini tidak berfungsi (rusak) atau sedang tidak diaktifkan.  Foto Asep Haryono
INFORMASI : Tidak jelas apakah alat panduan informasi digital ini tidak berfungsi (rusak) atau sedang tidak diaktifkan.  Foto Asep Haryono

BANGGA : Museum Negeri Kalimantan Barat kebanggaan seluruh warga Kalimantan Barat terletak di Jalan Ahmad Yani Pontianak.   Foto Asep Haryono
BANGGA : Museum Negeri Kalimantan Barat kebanggaan seluruh warga Kalimantan Barat terletak di Jalan Ahmad Yani Pontianak.   Foto Asep Haryono

MURAH :  Tiket masuk ke Museum Negeri Kalimantan Barat ini sangat terjangkau. Untuk siswa hanya 2 ribu rupiah.   Foto Asep Haryono
MURAH :  Tiket masuk ke Museum Negeri Kalimantan Barat ini sangat terjangkau. Untuk siswa hanya 2 ribu rupiah.   Foto Asep Haryono

PEMANDU WISATA : Pak Syafei (guide) dari Museum Negeri Kalimantan Barat saat memberikan sambutan  kepada para siswa siswi sekolah yang berkunjung pada hari itu.   Foto Asep Haryono
PEMANDU WISATA : Pak Syafei (guide) dari Museum Negeri Kalimantan Barat saat memberikan sambutan  kepada para siswa siswi sekolah yang berkunjung pada hari itu.   Foto Asep Haryono





Referensi :

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pesona Kalbar 2017








Gambar dari Internet
Catatan Asep Haryono

Apakah sudah pernah berkunjung ke Museum? Sudah berapa kali kawan kawan berkunjung ke Museum yang ada di kotanya masing masing? Atau mungkin malah di kota kawan kawan belum tersedia Museum sama sekali? Pengalaman saya beberapa kali berkunjung di beberapa museum di sejumlah kota di Indonesia banyak menemukan fenomena yang menarik.

Salah satunya adalah minat generasi muda dalam mempelajari asal usul budaya dan asal usul leluhurnya melalui serangkaian kunjungan ke museum sangat membanggakan.  Anak anak usia sekolah seperti anak anak Sekolah Dasar (SD) hingga para mahasiswa Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta banyak melakukan aktkfitas atau riset mereka di Museum.

Begitu pula dengan elemen masyarakat lainnya seperti tidak mau kalah dengan anak anak sekolahan itu dan ini juga merupakan indikasi betapa Museum mulai dilirik sebagai salah satu sarana hiburan dan rekreasi tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran nilai nilai sejarahnya. Yang menjadi pertanyaan saya dalam hal ini adalah bagaimana upaya kita untuk menjadikan Museum sebagai sarana Hiburan dan rekreasi alternatif bagi generasi muda sekarang ini? 

Perlu Penyegaran Museum

Ditengah maraknya aksi aksi kenakalan remaja seperti tawuran siswa antar sekolah yang tidak mau kalah dengan seniornya para Mahasiswa berkelahi dengan mahasiswa lainnya, penyalahgunaan Narkoba dan zat terlarang lainnya, hingga kepada pelanggaran asusila karena penggunaan jejaring sosial dan masih banyak lagi. Siapa yang harus disalahkan dengan maraknya aksi aksi kenakalan remaja kita sekarang ini?  Kini barangkali sudah zamannya lagi saling menyalahkan.

Untuk Pontianak , Kalimantan Barat , peranan Musium Negeri Kalimantan Barat yang terletak di Jalan Ahmad Yani Pontianak ini juga sudah gencar berbenah dan mensosialisasikan Museum kepada para pelajar sekolah, elemen perguruan tinggi, dan kepada masyarakat Pontianak pada khususnya dan seluruh Kalimantan Barat pada umumnya.  Museum yang pernah termasuk dalam 5 (lima) besar dari 10 (sepuluh) Museum terbaik nasional yang ditetapkan Kemenbudpar ini mempunyai tantangan yang besar dalam mendekatkan Musium kepada para pecintanya.

Yang unik di sini adalah Museum yang diyakini sudah bekerja keras dalam menyempurnakan pelayanannya kepada masyarakat dituding hanya berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan even kegiatan seremonial.  Bagaimana tidak seperti penyelanggaraan resepsi pernikahan pun diselenggarakan di Museum yang seyogianya adalah sarana pendidikan sejarah dan kebudayaan bagi masyarakat. Walaupun tidak persis di dalam museum dan hanya menggunakan Aula saja namun tetap saja berada dalam wilayah museum itu sendiri.

PAMERAN : Seorang pengunjung sedang foto dalam sebuah pameran foto Tiga Dimensi yang pernah diselenggarakan di Pontianak tanggal 12-15 April 2012 yang lalu.  Foto hak cipta ANTARA/Jessica Helena Wuysang,

Saya salut dengan kerja keras pihak pengelola Museum yang selalu melakukan terobosan jitu dalam upayanya menarik sebanyak mungkin pengunjung dari kalangan siswa sekolah, dan masyarakat umum untuk datang berkunjung ke museum misalnya dengan menempatkan beberapa Information Center (pusat informasi) ,  kafe dan restaurant , dan kemudahan lainnya.  Jangan mau kalah dengan pengelola perpustakaan daerah yang juga sudah lama berbenah dalam memberikan service nya kepada masyarakat, musium pun haruis memenangkan persaingan ini.

Lelah berkeliling dalam areal museum sering membuat kondisi fisik menjadi lelah dan membuat rasa dahaga atau lapar terutama bagi pengunjung anak anak sekolah dasar, adanya kafe atau sebut saja kedai makanan ini bisa menjadi altenatif bagi mereka untuk mengganjal perutnya di tempat ini. Hal ini dimungkinkan mengingat biasanya pihak museum tidak mengizinkan para pengunjungnnya untuk membawa makanan ke dalam areal museum apalagi makan di dalamnya.

Penyediaan oulet penjualan merchandise atau suvenir khas museum diyakni menjadi salah satu pemikat yang menarik bagi para siswa sekolah.  Mereka tidak saja bertambah wawasannya dengan mengunjungi museum mereka pun bisa "pamer" kepada teman teman sekelasnya bahwa mereka sudah berkunjung ke museum dari kaos atau suvenir museum yang bisa mereka beli di sana.

Penyelenggaran berbagai even pameran foto misalnya juga menambah minat generasi muda pencinta fotografi untuk beramai ramai datag ke musium yang bisa dilakukan oleh pengelola muisum untuk mendongkrak angka kunjungan. Pemutaran film bertemakan museum juga menambah kunjungan ke museum menjadi sesuatu yang amat menyenangkan.  Tidak melulu dijejali dengan pengetahuan yang membosankan, namun unsur hiburan dan rekreasi dari berkunjung ke museum ini juga bisa dilakukan. (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia