Catatan Asep Haryono
Bagi pembaca yang belum mengetahui dimana letak Jalan Tanjungpura Pontianak bisa dibantu dengan Google Map atau mencari gambarnya di Google, maka akan banyak informasi mengenai lokasi Jalan Tanjungpura di kota Pontianak tersebut.
Saya sudah melakukan studi banding saat berkunjung ke Jogjakarta tanggal 22 Juni s/d 13 Juli 2016 yang baru lalu. Saya akan mencoba memaparkan apa yang saya lihat dan alami sendiri sewaktu berkeliling di kawasan Jalan Malioboro Jogjakarta yang ternyata mempunyai kemiripan yang amat tinggi dengan Jalan Tanjungpura Pontianak. ini tentu dengan tingkat pemahaman dan keterbatasan saya sebagai traveller dan bukan sebagai turis.
Beberapa kesamaan antara jalan Tanjungpura Pontianak yang memiliki kemiripan dengan Jalan Malioboro Jogjakarta dalam pandangan saya antara lain sebagai berikut :
Pertama : Terletak di Pusat Kota
Baik Jl Tanjung Pura maupun Jl Malioboro keduanya terletak di pusat kota. Jalan yang mudah diakses dari segala penjuru baik menggunakan moda kendaraan roda dua maupun roda empat yang menjadikan kedua jalan ini mempunyai kesamaan satu sama lainnya.
Nilai “plus” daripada jalan Tanjung Pura di kota Pontianak adalah dilintasi oleh sungai. Ada kapal atau perahu penduduk yang melintas di sisi kiri atau kanan kota Pontianak yang menjadikannya juga mirip kota di Venesia Italia.
Kedua jalan tersebut dikelilingi oleh pusat Perbankan , perhotelan, aneka penjual souvenir, serba serbi jajanan pasar, menjadikan Jalan Tanjungpura (Pontianak) dan Jalan Malioboro (Jogjakarta) mempunyai sisi kesamaan satu sama lainnya.
Pesona kota Pontianak sudah terkenal di manca Negara. Mengapa Pemkot Pontianak tidak bersungguh sungguh mengembangkan Jalan Tanjungpura dan mengemasnya agar bisa lebih menarik lagi bagi wisatawan dalam dan luar negeri? Nah coba bandingkan dua foto di bawah ini.
Kedua : Aneka Penjual Cindera Mata
Sudah tidak diragukan lagi kawasan Wisata Jalan Malioboro sudah terkenal se antero dunia salah satunya karena pusat jajanan Kuliner, pusat KAOS Dagadu baik yang ori mauoun palsu dan aneka penjual cindera mata yang indah, unik, mempesona, berkhas Jogja dan dengan harga yang terjangkau oleh para wisatawan dalam dan luar negeri.
Pesona kaos Dagadu yang menjadi salah satu ciri khas kota Jogjakarta meluber pesonanya bahkan para produsen KW alias “second” nya kaos Dagadu juga tidak mau kalah “berkompetisi” dengan produsen Kaos Dagadu yang original alias aseli. Tidak ada larangan wisatawan untuk membeli kaos Dagadu yang ori alias aseli atau yang “kelas dua”, “KW” atau yang asal “kaos kaosan" Dagadu. Semua terpulang pada penerimaan wisatawan , selera dan kondisi kantong pada saat berbebelanja.
Kadang ada pelancong yang secara financial sebenarnya mampu membeli kaos mahal yang aseli , tapi memilih yang second alias kualitas kelas dua karena dia akan membeli dalam jumlah yang banyak sebagai oleh oleh untuk teman , keluarga dan sahabatnya di rumah misalnya. Kalau sudah begini motive nya siapa yang bisa melarang?
Kota Pontianak juga sudah memiliki trade mark dengan Tugu Khatuistiwa-nya yang juga terkenal ke seluruh dunia. Dua bagian dunia yang berlainan dibatasi oleh garis Khatulistiwa yang berada dalam perlintasan Tugu Khatulistiwa tersebut. Jangan samakan dengan Tugu Jogja karena tidak ada serfifikat perlintasan Tugu Jogja. Ini yang membedakan. Ciri kota Pontianak sungguh luar biasa untuk hal yang satu ini.
Hal inilah yang menjadi “nilai plus” kota Pontianak di mata dunia. Kalau di Jogja ada tugu Jogja, maka di Pontianak ada Tugu Khatulistiwa yang berlokasi di kawasan Siantan. Setiap yang melintas tugu Khatulistiwa akan mendapat Certificate of Equatorial Crossing atau sertifikat perlintasan Garis Khatulistiwa. Nah memanfaatkan kelebihan untuk menutupi kekurangan merupakan pemikiran yang patut dipertimbangkan kembali Menata jalan Tanjungpura menjadikannya sebagai pusat wisata Kuliner dan Souvenir menjadi wacana yang bisa dibahas serius dari sekarang
Kalau di Mailioboro kondang dengan kaos DAGADU nya, maka di kota Pontianak juga ada produsen kaos SELEMBE yang sudah mulai merambah ke berbagai kota di seluruh Kalimantan Barat. Kaos khas kota Pontianak dengan tagline "Pontianak Punye cerite" ini memiliki pangsa pasar yang sangat bagus, dan berpeluang membesar jika dikelola dengan lebih serius dan lebih profesional.
Semua pihak baik pemerintah kota Pontianak, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Perbankan harus bahu membantu mengangkat dunia pariwisata kota Pontianak ke tingkat nasional. Sebenarnya bukan hanya Jalan Tanjungpura saja yang berpotensi di buat seperti "Malioboro" , ada banyak jalan lain yang luar biasa yakni Jalan Gajah Mada, Jalam Imam Bonjol dan masih banyak lagi yang bisa ditata dan di "jual" untuk memikat wisatawan dalam dan luar negeri.
Salah satunya melalui penataan kota Pontianak menjadi icon baru dan "kiblat" bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Semua itu memerlukan proses, dan tidak bisa berubah dalam satu malam. Memulai dari sekarang bersama sama semua pihak, mari kita terus berproses menjadikan kota Pontianak sebagai syurga belanja souvenir seperti "senior" nya Malioboro, Djogjakarta. Tidak ada yang tidak mungkin. Mari bikin Pontianak Bangga (Asep Haryono)
Bagi pembaca yang belum mengetahui dimana letak Jalan Tanjungpura Pontianak bisa dibantu dengan Google Map atau mencari gambarnya di Google, maka akan banyak informasi mengenai lokasi Jalan Tanjungpura di kota Pontianak tersebut.
Saya sudah melakukan studi banding saat berkunjung ke Jogjakarta tanggal 22 Juni s/d 13 Juli 2016 yang baru lalu. Saya akan mencoba memaparkan apa yang saya lihat dan alami sendiri sewaktu berkeliling di kawasan Jalan Malioboro Jogjakarta yang ternyata mempunyai kemiripan yang amat tinggi dengan Jalan Tanjungpura Pontianak. ini tentu dengan tingkat pemahaman dan keterbatasan saya sebagai traveller dan bukan sebagai turis.
Beberapa kesamaan antara jalan Tanjungpura Pontianak yang memiliki kemiripan dengan Jalan Malioboro Jogjakarta dalam pandangan saya antara lain sebagai berikut :
Pertama : Terletak di Pusat Kota
Baik Jl Tanjung Pura maupun Jl Malioboro keduanya terletak di pusat kota. Jalan yang mudah diakses dari segala penjuru baik menggunakan moda kendaraan roda dua maupun roda empat yang menjadikan kedua jalan ini mempunyai kesamaan satu sama lainnya.
Nilai “plus” daripada jalan Tanjung Pura di kota Pontianak adalah dilintasi oleh sungai. Ada kapal atau perahu penduduk yang melintas di sisi kiri atau kanan kota Pontianak yang menjadikannya juga mirip kota di Venesia Italia.
Kedua jalan tersebut dikelilingi oleh pusat Perbankan , perhotelan, aneka penjual souvenir, serba serbi jajanan pasar, menjadikan Jalan Tanjungpura (Pontianak) dan Jalan Malioboro (Jogjakarta) mempunyai sisi kesamaan satu sama lainnya.
Pesona kota Pontianak sudah terkenal di manca Negara. Mengapa Pemkot Pontianak tidak bersungguh sungguh mengembangkan Jalan Tanjungpura dan mengemasnya agar bisa lebih menarik lagi bagi wisatawan dalam dan luar negeri? Nah coba bandingkan dua foto di bawah ini.
![]() |
MALIOBORO JOGJA : Jalan satu arah yang rapih. Di sisi kanan atau kirinya berjejer pedagang Souvenir. Andong dengan tenang menjajakan jasanya. Foto Asep Haryono |
![]() |
JL TANJUNG PURA PONTIANAK : Jalan dua arah yang juga rapih. Di sisi kanan atau kirinya juga berjejer pedagang Souvenir. Gambar dari Internet |
Kedua : Aneka Penjual Cindera Mata
Sudah tidak diragukan lagi kawasan Wisata Jalan Malioboro sudah terkenal se antero dunia salah satunya karena pusat jajanan Kuliner, pusat KAOS Dagadu baik yang ori mauoun palsu dan aneka penjual cindera mata yang indah, unik, mempesona, berkhas Jogja dan dengan harga yang terjangkau oleh para wisatawan dalam dan luar negeri.
Pesona kaos Dagadu yang menjadi salah satu ciri khas kota Jogjakarta meluber pesonanya bahkan para produsen KW alias “second” nya kaos Dagadu juga tidak mau kalah “berkompetisi” dengan produsen Kaos Dagadu yang original alias aseli. Tidak ada larangan wisatawan untuk membeli kaos Dagadu yang ori alias aseli atau yang “kelas dua”, “KW” atau yang asal “kaos kaosan" Dagadu. Semua terpulang pada penerimaan wisatawan , selera dan kondisi kantong pada saat berbebelanja.
Kadang ada pelancong yang secara financial sebenarnya mampu membeli kaos mahal yang aseli , tapi memilih yang second alias kualitas kelas dua karena dia akan membeli dalam jumlah yang banyak sebagai oleh oleh untuk teman , keluarga dan sahabatnya di rumah misalnya. Kalau sudah begini motive nya siapa yang bisa melarang?
Kota Pontianak juga sudah memiliki trade mark dengan Tugu Khatuistiwa-nya yang juga terkenal ke seluruh dunia. Dua bagian dunia yang berlainan dibatasi oleh garis Khatulistiwa yang berada dalam perlintasan Tugu Khatulistiwa tersebut. Jangan samakan dengan Tugu Jogja karena tidak ada serfifikat perlintasan Tugu Jogja. Ini yang membedakan. Ciri kota Pontianak sungguh luar biasa untuk hal yang satu ini.
Hal inilah yang menjadi “nilai plus” kota Pontianak di mata dunia. Kalau di Jogja ada tugu Jogja, maka di Pontianak ada Tugu Khatulistiwa yang berlokasi di kawasan Siantan. Setiap yang melintas tugu Khatulistiwa akan mendapat Certificate of Equatorial Crossing atau sertifikat perlintasan Garis Khatulistiwa. Nah memanfaatkan kelebihan untuk menutupi kekurangan merupakan pemikiran yang patut dipertimbangkan kembali Menata jalan Tanjungpura menjadikannya sebagai pusat wisata Kuliner dan Souvenir menjadi wacana yang bisa dibahas serius dari sekarang
![]() |
SELEMBE : Inilah kaos SELEMBE Pontianak Punye cerite yang mempunyai potensi berkembang sangat besar. Foto diambil dari Twitter @selembePtk |
Kalau di Mailioboro kondang dengan kaos DAGADU nya, maka di kota Pontianak juga ada produsen kaos SELEMBE yang sudah mulai merambah ke berbagai kota di seluruh Kalimantan Barat. Kaos khas kota Pontianak dengan tagline "Pontianak Punye cerite" ini memiliki pangsa pasar yang sangat bagus, dan berpeluang membesar jika dikelola dengan lebih serius dan lebih profesional.
Semua pihak baik pemerintah kota Pontianak, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Perbankan harus bahu membantu mengangkat dunia pariwisata kota Pontianak ke tingkat nasional. Sebenarnya bukan hanya Jalan Tanjungpura saja yang berpotensi di buat seperti "Malioboro" , ada banyak jalan lain yang luar biasa yakni Jalan Gajah Mada, Jalam Imam Bonjol dan masih banyak lagi yang bisa ditata dan di "jual" untuk memikat wisatawan dalam dan luar negeri.
Salah satunya melalui penataan kota Pontianak menjadi icon baru dan "kiblat" bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Semua itu memerlukan proses, dan tidak bisa berubah dalam satu malam. Memulai dari sekarang bersama sama semua pihak, mari kita terus berproses menjadikan kota Pontianak sebagai syurga belanja souvenir seperti "senior" nya Malioboro, Djogjakarta. Tidak ada yang tidak mungkin. Mari bikin Pontianak Bangga (Asep Haryono)
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Blog yang diselenggarakan oleh Bagian Divisi EVEN Harian Pontianak Post bekerja sama dengan Pemkot Pontianak dalam Pontianak Oktober Festival 2016 yang berlangsung dari tanggal 1 - 31 Oktober 2016
Tata ruang kotanya memang terlihat mirip Pak. Mungkin karena dapet inspirasinya dari Jogja.
ReplyDelete@Haris L. Hakim : Bisa juga demikian. Tapi yang namanya kesuksesan kan perlu dicomtoh. Jogja sudah sangat terkenal dan sukses mengelola kotanya, dan ini perlu mennjadi bahan kajian untuk membangun Pontianak sesuai dengan karakter dan ciri khasnya
Deletejadi pengen liat kotanya disana deh...
ReplyDelete@Munawir Alfikri : Alhamduillh, Tuk mari berkunjung ke Pontianak kapan saja. Mumpung bulan ini banyak even dan festival dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak yang ke 245 Tahun hihieieihe. Seuruhhhhhhhhhhhh
Deleteyang lebih asik lagi ada juga warkop buat nongkrong
ReplyDelete@Daniel Nagata : Wah ada bang Daniel Hiehiheihee. Bener banged bang. Kota Pontianak sudah terkenal di mana mana, dan kopi menjadi salah satu icon masyarakat Pontiana. Sayang sekali dalam penyelenggaraan Even Pontianak Oktober festival 2016 belum ada kejelasan JADI atau TIDAK nya LOMBA BALAP KOPI
Delete