Catatan Asep Haryono
Mendengar kata "CEKAL" atau cegah tangkal biasa kita dengar jika
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Juru Bicaranya
Mas Johan Budy (Wajahnya sangat mirip dengan
Mas Rawins-red) menyebut "cekal" kepada seorang tersangka Korupsi, itu berarti yang bersangkutan (si tersangka-red) tidak diperkenankan bepergian atau melakukan perjalanan ke Luar Negeri.
Kalau saya pribadi di cekal sama KPK dijamin saat ini saya tidak akan bepergian ke Luar Negeri karena belum ada biayanya hiheiheihiee. Mangap eh maaf itu cuma intermezo aja.
Saya tergelitik untuk menuliskan hal ini karena terinspirasi oleh tulisan
Miss Syahdini yang baru saja kembali ke Tanah Air setelah menunaikan Ibadah Umrah bersama suami tercintanya, nah tulisan Miss Syahdini yang berisi dan berjudul
"Jika Belum Menguasai Media Massa Minimal Kuasai Media Sosial" yang saya baca bari ini. Dan beliaulah coretan ini berhasil saya luncurkan *udah kaya roket aja meluncur*.
Ada Banyak Kepentingan
Pernahkah kawan kawan mengirimkan Surat Pembaca kepada Media Cetak atau Surat Kabar atau Majalah sekalipun dan Surat Pemabacanya tidak dimuat? Pernahkah kawan kawan mengirimkan Artikel atau OPINI keapda mereka dan juga tidak dimuat?
Tungggu, jangan berpikiran buruk atau berprasangka buruk mengenai kualitas tulisan kawan kawan semua. Tidak ada masalah dengan semua itu karena di setiap Media Massa semacam koran dan Majalah tentu sudah ada tim Bahasa yang akan mengeditnya. Ada penanggung jawab rubrik yang akan mengedit karya anda. Jika karya tulisan atau aspirasi anda kepanjangan tentu mereka akan memangkasnya, mengeditnya, tanpa mengurangi substansinya.
|
TWITTER: Yang juga Micro Blogging
juga diyakini menjadi salah satu media yang ampuh untuk mempublikasikan
asmirandah eh salah Aspirasi anda. Gunakan dengan Bijak dan Bertanggung
Jawab. Kalau ribut atau berkelahi jangan di Media Sosial ya. |
Sudah bukan rahasia lagi jika banyak Media Cetak (Majalah, dan Surat Kabar) yang memiliki Media Partner , Mitra Kerja dan Mitra Usaha yang bekerja sama dengan perusahaan mereka dan kerja sama itu biasanya dilandasi oleh Win Win Solutions dalam arti saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Jadi jika ada keluhan atau pun kritik dari masyarakat yang ditujukan kepada mereka yang di "titipkan" di media massa akan menemui kendala jika tidak mau disebut dengan DICEKAL.
Saya pernah mengalami hal ini ketika saya mengajukan protes kepada Bank **** yang ternyata menjadi Media Partner atau Relasi Bisnis di Media Cetak yang saya percayakan Surat atau Aspirasi saya kepadanya, dan setelah saya tunggu berhari hari ternyata aspirasi saya tidak muncul sama sekali. Saya memprotes karena Bank ***** tersebut membatalkan sepihak permohonan KTA (Kredit Tanpa Agunan) tanpa pemberitahuan sama sekali.
Saya tidak menyalahkan Redaktur yang melakukan "cekal" terhadap Surat Pembaca yang berisi protes saya terhadap Bank **** tersebut karena saya memahami posisinya yang mungkin serba salah dan berada dalam posisi yang sulit.
Di sisi lain Surat Pembaca dari masyarakat perlu diketahui oleh umum karena menyangkut pelayanan umum, dan kontrol sosial. Namun di sisi yang lain kritik dan keluhan tersebut bisa berdampak buruk pada image Media atau perusahaan Media yang bersangkutan dengan Bank **** yang menjadi target keluhan saya. Saya memahami hal itu. Karena bisa jadi jika saya jadi mereka barangkali saya akan melakukan hal yang sama
Masih Ada Media Sosial
Jelas di sini masyarakat sudah tidak pelu lagi berkecil hati jika aspirasi dan suara nya tidak bisa ditampung oleh Media Massa, dan seperti yang sudah disebut dalam tulisan
Miss Syahdini hari ini jika tidak bisa menguasi Media Massa minimal kuasailah Media Sosial. Masyarakat awam seperti kita , masyarakat pada umumnya (civilian) bisa dengan mudah menyuarakan aspirasi dan suaranya secara langsung kepada masyarakat melalui jejaring sosial media seperti
Facebook, Twitter, dan
Blog.
Inilah yang mungkin makna daripada
Citizen Journalism yang kini sudah semakin
booming di mana mana bahkan Televisi Swasta Terkenal di Indonesia,
Metro TV dengan acara andalannya yang sangat saya sukai
WideShot Metro TV juga gencar menawarkan kepada pemirsanya, kepada para masyarakat umum untuk melaporkan langsung apa yang dirasakannya,. dilihatnya kepada mereka.
|
SOSIAL MEDIA : Ada banyak pilhan Media Sosial yang bisa digunakan untuk menyampaikan suara dan aspirasi anda kepada masyarakat dan dunia. Gambar diambil dari webdesignledger.com |
Kalau aspirasi masyarakat tidak bisa diakomodir atau ditampung oleh Media Massa, akankah kita masih memerlukan Media Massa? Jika pertanyaan ini ditujukan kepada saya, ya masyarakat tetap akan membutuhkan Media Massa seperti Koran dan Majalah. Karena Surat Kabar lah yang paling mampu mencapai pelosok pelosok, dan lagi pula tidak semua pelosok di Indonesia terhubung dengan jaringan Internet.
Masyarakat akan selalu memerlukan Surat Kabar dan itu pasti.
Namun jika dalam hal tertentu aspirasi dan suara masyarakat tidak dapat ditampung oleh Media Massa, ternyata masih ada media sosial (sosial media) yang bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya kepada dunia tanpa harus melalui sekat sekat Birokrasi.
Semudah itukah masyarakat awam bisa dengan langsung menyuarakan aspirasi dan suaranya untuk kepada dunia melalui sosial media? Tentu saja. Namun yang menjadi persoalan di sini adalah substansi atau konten dari aspirasi atau suara tersebut. Sebagai pengguna Jejaring Sosial, masyarakat juga dituntut untuk hati hati dalam menggunakan Jejaring Sosial Media untuk tidak mempublish hal yang tidak pantas atau santun seperti SARA, Pornography, Kekerasan , Mendeskriditkan pihak lain dan menebarkan kebencian. (Asep Haryono)
ah elah...
ReplyDeletegimana ga ditolak orang yang diajukan kredit tanpa angsuran...
ga masalah kalo surat pembaca
tapi kalo media berjudul blog yang dikuasai media massa semacam kompasiana juga melakukan pencekalan, itu sungguh ther hla hlu...
masa blog kita diedit edit semau gue. kalo ada yang ga senonoh kasih tau aja kan bisa biar diedit sendiri. mending kalo bener. ini mah sembarangan sampe inti ceritanya ga dapat.
itu sebabnya aku bilang dadah gudbai sama kompasiana...
@Rawins : Tak dinyana dan disangka akhirnya Mas Rawins berhasil membukukan diri PERTAMAX di sini hiehiehiehie selamat selamat. Jingkrak guling guling saya hiheiheiheiheee.
DeleteWah saya baru dengar kalau Kompasiana melakukan pencekalan terhadap konten blog user yang menginduk kepadanya. Mungkin saya akan coba telusuri langsung ke TKP nya untuk cover both side
lepas dari kompasiana, datang utusannya: pak anoman. rasain!!
Deletepak anoman sama bakul obat keliling...
DeleteKang, emang Pemilu mau diberantas ya? haha... tuh cek di baris ketiga: "Mendengar kata "CEKAL" atau cegah tangkal biasa kita dengar jika Komisi Pemberantasan Pemilu (KPK) ...
ReplyDeletesengaja?? haha.. boleh juga
@zachflazz : huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahiahiahaihiaa
Deleteiya ya saya salah ketik. Begitu nafsunya saya mengetikan , maklum ide idenya sudah ada dikepala, tinggal menuliskannya di tulisan, begitu semangatnya sampai saya salah tulis.
Terima kasih sudah menyampaikan koreksiannya ya bang Zachflazz, kesalahan tulis sudah diperbaiki. Salah tulis. Ih jadi Malu
Bang Zach teliti banget.. sapa dulu donk, bang Zach gitu loh...*ups
DeleteKalau komplain lewat twitter biasanya langsung ditanggepin ama adminnya.
ReplyDeleteYang kasus Prita, aku tu baru baca isi suratnya dia beberapa hari lalu... hahaha telat ya...
Ternyata isinya komplain biasa aja tuh, kok ya ampe bikin dipenjara gitu T.T
Untuk kasus mba Prita yang saya salut bukan kasusnya tetapi rasa keperduliannya terhadap pelayanan masyarakat yang memang menjadi hak warga negara untuk diketahui. Yang lebih saya salut lagi adalah dukungan moril yang luar biasa dari masyarakat dengan aksi penggalangan dana yang luar biasa itu. Salam Kenal ya
Deleteitulah kenapa dibilang dunia maya berisiko tinggi. kita mau ngomongin uneg2, udah dibilang mencemarkan nama baik. padahal pak presiden yang dihina demonstran aja nggak papa lho.
Delete@Zulkarnaen Aweng : Terima Kasih sudah mampir di blog saya dan saya sudah follow blog mu. Saya senang atas komentar mu yang baru datang seperti sudah memahami permasalahan dalam dunia media dan jurnalistik. Hmmm. Very interesting you are
Delete@zachflazz : Dunia maya mempunyai tingkat keseriusan dan juga resiko yang tidak kecil. Pelanggaran dalam hak cipta di internet bisa berdampak serius belum lagi dari ancaman dalam negeri dengan Undang Undang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang tidak main main ancaman hukumannya
kalau gitu saya pilih dunia luna maya aja deh..
Deleteoiya ya... bener bener, tiap perusahaan harus menggandeng Media Massa untuk pencitraannya dan mengurangi negative news tentang dirinya.
ReplyDeleteKalo di twitter agak lebih bebas bereksperesi, but tetap hati hati karena baka ditinggal followers.
Saya setuju. Karena jika akun kita di Follow orang lain maka secara otomatis apa yang kita postingkan atau istilahnya di twittkan akan dibaca juga oleh orang orang yang "mengikuti" atau follower kita.
DeleteSaya setuju sekali sebaiknya kita harus bijaksana dan pandai pandai menggunakan media sosial. Ada banyak rambu rambu yang harus dipatuhi kalau tidak mau kena Undang Undang Teknologi Informasi (ITE) yang lumayan mengerikan itu
makanya sebuah partai baru agak drop saat ditinggal seorang pentolannya. padahal saat itu, bayangkan dua penguasa media bersatu. kayak apa tuh kuatnya penggalangan opininya. untung udah remuk.
Delete@zachflazz : wah wah urusan politik ya hiheiheiee. Wah saya mah lempengan bengong aja. Tapi dalam prespektif saya ada banyak kepentingan di sana sini, dan jika itu harus. Jika bersatu tentu kekuatannya akan semakin besar
Deletepak asep kalo nulis di blog masih pake red red tan .. kayak nulis koran.. hheeuu hheeuu
ReplyDeletebeliau kan penjual koran..*Ups
Deletemaksudnya kerja disamping wartawan... dan bukan wartawan.
beliau juga merangkap sebagai bapak dari anak-anaknya, suhu bagi para anggota KPK, dan penemu jurus kodok mati.. entah apa terusannya, saya selalu ketawa geli kalo mau menuliskannya.
Deletepasti geli kalau ketawa ya bang..
Deletesaya jadi merinding...
@Deby Putra Bahrodin : Hiheiee saat ini masih ajian lama jurus Kodok Mati Menahan Nafsu. Sebenarnya ada "asbabun nujun" nya karena banyak kodok yang masuk ke rumah saya hiheiheihee. Jadi kesal juga sama kodok, jadilah jadikan jurus kodok hiehiheiheiee
Delete@Kstiawan : Iya benul eh betul sekali. Jual koran tapi di alam maya alias ngurus portalnya aja toh sama juga "menjual" hiheiheiheiheiheieee
sejak adanya UU ITE diatas memang "niat baik" bisa jadi bumerang dan kesempatan yg empunya "niat buruk" tuk menyerang balik. So intinya bener kata sampeyan diatas,agar kita bisa lebih ati2 dalam beruneg2 ria di media sosial.
ReplyDelete@waroeng Coffee : Benar sekali. Jika aspirasi kita tidak dapat ditampung di media massa, masih ada media sosial. Persoalannya di sini adalah pemanfaatan media sosial itu haruslah bijaksana dan bertanggung jawab. Tidak sembarangan menulis di media sosial karena akan dibaca banyak orang
DeleteBanyak para blogger yang tersangkut suatu masalah yang sebenarnya bukan masalah besar dan porsinya pun masih pantes dan wajar. Ada satu hal yang bisa membuat hal itu maju maupun mundur dalam dunia usaha barangkali kang Asep, yaitu pencitraan.
ReplyDeleteDan kebanyakan kita hanya berputar pada masalah itu-itu saja, bukannya maju dalam hal potensi yang selayaknya. Kalau dalam hukum yang selalu dimainkan merupakan pasal-pasal karet, tentang pencitraan.
Baik itu dalam porsi standar bisa dijadikan porsi yang wah. Jadi siapa yang kuat, dialah yang dapat memutuskan karet tersebut. Dan yang lemah, hanya dapat merasakan dampak sakit dari jepretan karet yang putus. He....x9
Sukses selalu
Salam Wisata
@Ejawantah Wisata : Ya benar sekali pencitraan kadang juga menjadi motivasinya. Hiheihiehee sampai ke karet segala, dan saya memahami komentar mas di sini. Hiehiehihee. Makasih sudah mampir ya. Salam dari Pontianak
Deletesaya tadi mau komen apa ya. ko' jadi lupa..
ReplyDelete*ilmu bang Zach
royaltinya dong.. hehe
Deletekalo aspirasi dicekal sih yah sudahlah.. bisa nulis di blog. cuman ya itu, sekarang ini, 96% media massa di seluruh dunia sudah dikuasai yahudi. sad but true.
ReplyDeleteliat aja, ketika 60 banci dan bencong yg dikerahkan utk mengadakan aksi menolak FPI lewat hashtag #IndonesiaTanpaFPI, HANYA 60 orang, tapi semua media nasional meliput. Giliran ada aksi tandingan dengan hashtag #IndonesiaTanpaJIL yang turun aksi sampe ribuan orang, 1 pun media nasional pura-pura buta.
untunglah ada social media.
konkrit banget, fakta banget yang disampaikan mbak dini ini. kampret bener kan media di indonesia. saya kutuk jadi kodok beneran tuh media gombal.
DeleteSelamat malam mas,, :D
ReplyDeleteaku pernah mengirimkan aspirasi saya ke media masa, atau yang lainnya.
waktu itu aku berpikir kenapa tidak muncul dimedia. apa mungkin tidak termasuk aspirasi..
tapi kalau sudah tahu alasannya seperti dipostingan ini.
aku jadi tahu..
terima kasih mas..
@Lukman Hakim : Sama saya. Saya pernah mengirim surat pembaca ke sebuah koran yang isinya protes terhadap sebuah Bank Swasta di Pontianak. ISinya protes karena tidak ada jawaban atas permohonan Kredit Tanpa Agunan saya dari bank itu. Ditunggu tunggu ternyata Surat Pembaca saya tidak muncul.
DeleteDugaan saya Surat pembaca saya di cekal sama redakturnya. Entah apa alasannya. Dugaan saya sih bank yang saya protes itu rekanan Media tersebut. Ini kan nda fair. Keluhan masyarakat menyangkut pelayanan publik tetap harus diketahui
aspirasi dari masyarakat juga perlu penyaluran media yang tepat agar nantinya bisa diketahui dan mendapatkan perhatian serta dicarikan solusi yang paling tepat pula
ReplyDelete@Ferry Nurse : Jelas. Yang namanya menyangkut kepentingan masyarakat dalam hal ini pelayanan umum atau publik wajib diketahui. Dilema memang jika yang diprotes itu merupakan kolega, kerabat, rekanan, atau partner media yang kita kirimini.
DeleteMasih ada media sosial sebagai wadah aspirasi kita, Gunakanlah dengan bijaksana dan bertanggung jawab
wah, kalo gini caranya bagaimana indonesia mau menerima kritik dan saran....
ReplyDeletePisuhi ae pak hahahahaha.... ( hus duso )....
top markotob dah...
Baca juga Mas ihsan blog's | slidegossip.com...
@mas Ihsan : Bener sekali, ada memang banyak sekali kepentingan antara media massa dengan media partnernya. Mistical bond. Ikatan tradisionalnya kuat, jadi jika ada kritik terhadap media partnernya mereka akan melawan habis habisan. Ada banyak kepentingan.
Deletebaru tahu kalau di kompasiana editannya bisa sampe ngilangin inti ceritanya....
ReplyDeletebetul banget. masih ada jejaring sosial sebagai tempat penampung aspirasi.... kalaupun memang suara kita gak didukung sama media nasional kebanyakan.
@A.Y.Indrayana : Memang benar sekali, ini memang sarat dengan banyak kepentingan, Sudah final soalnya kalau sudah begini. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai wadah aspirasi kita. Gunakanlah dengan dewasa, bijak, dan bertanggung jawab
Delete