Catatan Asep Haryono

Sudah menjadi tradisi setiap kali perayaan atau selebrasi Iedul Fitri setiap tahun setiap dari diri kita saling mendatangi sanak keluarga dan Handai Taulan tentunya untuk saling bersilaturahmi dan bermaaf maafan. Segala kesalahan baik yang tidak disengaja maupun yang sudah direncanakan. Begitu selesai melaksanakan Shalat Idul Fitrie, kemudian dilanjutkan dengan saling memberi maaf dan bermaaf maafan dalam keluarga, dan bersilaturahmi dengan tetangga, kerabat dan handai taulan.

Melupakan segala kepenatan, kekhilafan dan kesalahan orang lain dan diri sendiri dengan saling memaafkan. Alangkah indahnya kebersamaan. Namun yang menjadi pertanyaan usil dari penulis dalam tulisan hari ini adalah : benarkah kita tulus memberi maaf atau saling memaafkan di hari Raya Idul Fitri? Cobalah bertanya kepada diri sendiri. Dalam lubuk hati yang dalam. Biarkan hati yang berbicara.  Benarkah kita tulus memaafkan?


Dokumen lebaran 1431 H
IDUL FITRI : Jamaah menghadiri Sholat Idul Fitri di plaza Masjid Baabussalam Komplek Duta Bandara Supadio Pontianak. Foto Dokumen Asep Haryono
Dokumen
BERMAAFAN : Jamaah langsung bersilaturahmi dan saling bermaafan setelah selsai Sholat Idul Fitri. Kemudian dilanjutkan dengan bermaafan antar keluarga dan handa tolan. Foto Dokumen Asep Haryono

Ini memang sebuah perjuangan yang berat bagi hati.  Adanya pergumulan dan kontak batin yang sangat kuat. Perkelahian dan pemberontakan dalam hati antara melaksanakan tradisi saling bermaafkan di Hari Raya, dengan kesungguhan dan ketulusan hati memaafkan atau memberi maaf?. Kesalahan orang lain juga ada dalam diri setiap kita.  Kita juga berbuat khilaf dan salah.  Orang lain melakukan kekeliruan, begitu pula dengan diri kita yang juga melakukan kekhilafan terhadap orang lain.  Salah kita semua. Kita semua salah.

Salah atau berbuat kesalahan adalah hal yang manusiawi.  Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah membuat kesalahan.  Kalau memang kesalahan adalah ciri dasar manusia yang tidak pernah luput dari perbuatan salah, lantas apa dengan demikian kita tidak bisa memaafkan dan memberi maaf kepada orang lain? Apakah orang lain juga tulus serta iklas memberi maaf dan atau memaafkan kita di hari raya?  Benarkah kita tulus dan ikhlas memaafkan di hari Raya?

Hari Raya mungkin moment yang tepat untuk melupakan segala dendam dalam dada untuk meleburkannya dengan hati yang damai.  Hari Raya Idul Fitri sesuai dengan tujuannya adalah memberi maaf dan saling memaafkan dengan damai dan ikhlas.  Tepis semua kebencian yang ada dalam dada, memaafkan kesalahan dan kekeliruan orang lain terhadap diri kita adalah hal yang mulia, walau berat untuk diterapkan bagi sebagian orang. Mengapa terasa berat bagi sebagian orang?

Apakah dengan perasaan berat itu berarti kita tidak ikhlas dalam memberi maaf atau memberi maaf di Hari Raya?  Jika membayangkan hati pernah tersakiti, terlukai dengan kata dan perbuatan orang lain, lantas haruskan kita menyimpan bara kemarahan dan dendam dalam dada sehingga kita merasa berat untuk memaafkan di hari Raya?.  Sekali lagi manusia tetaplah manusia. dengan segala kekurangannya.  Perasaan senang, gembira, sedih, kecewa dan marah adalah hal yang manusiawi. Manusia tidak sempurna. Biarlah sifat manusiawi ini tetap ada dalam diri kita.    (Asep Haryono).
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia