Tag : - Asep Haryono | Salah Paham - Powered by Blogger
Maksudnya Becanda Malah Jadi Bencana
Catatan Asep Haryono

Ini adalah catatan saya aja mengenai topik yang saya coba diskusikan bersama dalam kesempatan yang berbahaGIA ini yakni salah paham atau dalam bahasa Inggrisnya Missunderstanding nah cukup menarik bukan. Sebelum saya coba mengulas sedikit mengenai topik diskusi saya hari ini mengenai Salah Paham, ada baiknya saya mencoba menyamakan persepsi para pembaca dahulu agar tercapai MoU (memorandum of understanding) tulisan sederhana ini yakni sepakat untuk berbuat kebaikan bersama. Setuju bukan?

Pada umunya salah paham selalu diidentikan dengan urusan asrama eh asmara dua insan yang sedang dimabuk cinta. Inilah salah satu jenis mabuk yang banyak disuka anak muda yakni Mabuk cinta selain badai tentunya? Hah Badai? Badai kan salah satu jenis bencana ya? Iya sih, tapi kalaw badai asmara siapa sih yang mau menolaknya?


Nah sayang sekali salah paham ini memang luar biasa dampaknya, dan luar biasa cakupannya karena sudah bersinggunggan dengan banyak dimensi, dan banyak parameter yang bisa didiskusikan. Banyak sekali masalah, perselisihan, pertengkaran , tawuran dan bahkan mungkin juga peperangan baik dalam skala kecil maupun besar berawal dari kesalahpahaman atau salah paham. Seyem juga akhirnya saya menulis artikel ini

Selidik Terlebih Dahulu
Kadang juga salah paham berawal dari perbedan penafsiran dari becandaan tersebut.  Maksudnya sih becanda dan ternyata malah menjadi bencana. Hanya karena sebutan "tante" saja sudah bisa membuat langit runtuh karena begitu serunya.   Sebutan yang awalnya mungkin dimaksudkan untuk becanda, namun menjadi bencana karena penafsiran yang berbeda.  Saya tidak membela orang yang menyebut "tante", dan saya juga tidak bisa menyalahkan orang yang marah karena tidak terima dirinya dipanggil dengan sebutan demikian.  Orang berhak marah, berhak tersenyum, berhak tertawa dan bahkan orang pun berhak bersedih.  Itu manusiawi rasanya.

Setiap individu setiap dari diri kita adalah pribadi yang unik. Hal yang sederhana saja bagi diri kita belum tentu bagi orang lain, begitupula sebaliknya. Hal yang mungkin di anggap remeh oleh orang lain, bisa jadi menjadi hal yang serius bagi kita.  Perbedaan penafsiran dan persepsi adalah hal yang wajar. Justru karena setiap individu dan pribadi itu unik, seharusnya kita harus melihat lihat dulu dengan siapa , atau orang yang gimana yang bisa kita bencandaain

Tidak setiap orang mau dijadikan bahan tertawaan, atau bahan obrolan walaupun maksudnya adalah familiar atau akrab. Tidak setiap orang bisa diajak gurau.  Gurau adalah bahasa Pontianak yang artinya Serius tapi sebenarnya maksudnya humor atau becanda. Nah orang orang seperti itu tidak bisa kita becandain.  Ini menjadi catatan penting buat saya.
Foto dan Kreasi Asep Haryono

Menurut pendapat saya jika kita bersahabat dengan orang yang baru dikenal singkat, ada baiknya becanda atau maksud becandanya di kira kira dahulu. Kira kira kalaw saya becandaain begini bisa marah nda dianya.  Kira kira kalaw saya gurau kan begini kira kira tersinggung nda dianya.   Namun hal ini tidak berlaku pada orang yang memang dari awalnya (atau pengakuannya sendiri) adalah tipe orang yang easy going, enak dibawa apa saja.  Nah orang orang seperti ini kalaw dibecandaain gimana aja, tetap aja nyebanyol. Tetap aja kocak, lucu, dan malah bisa "nyerang balik" dengan kadar yang tidak kalah nyelenehnya hahahhahaaa.  

Urusan Bisa Gawat
Saya pernah menjadi "penengah" hanya karena dua orang  rekan saya salah paham mengartikan pemberian gantungan kunci (key chain) dari Bali.  Heheheh Bali ah jadi kangen ke Bali nih saya.  Nah mengapa 2 (dua) orang kawan saya itu salah paham soal Gantungan Kunci dari Bali.     

Kejadiaannya beberapa tahun yang lalu.  Sebut saja Bu Bedul yang baru pulang dari Pulau Dewata Bali membagikan oleh oleh dari tripnya tersebut berupa Gantungan Kunci (key chain) kepara kawan kawan di kantor saya. Hampir semuanya mendapat gantungan kunci keren dari Bu Bedul, kecuali saya. 

Ternyata ada salah satu rekan saya yang mendapat gantungan kunci dari Bu Bedul itu akhirnya bermasalah.  Sebut saja namanya Pak Bedil.  Nah Istri si pak Bedil ini ternyata  tidak terima sang suami mendapatkan gantungan kunci dari seorang perempuan lain.  Hohohohieiheie.  Nah sang istri tercinta si Pak Bedil ini melabrak ke kantor saya, dan menginterogasi teman teman. Wih merinding suasana saat itu dan cukup mencekam.   Sampai sang suami, Pak Bedil, pun turut "diseret"  sang istri sebagai saksi.

Sampai sampai ke Bu Bedul ini  meminta "perlindungan" kepada saya.  Secara kebetulan saya juga baru pulang dari Bali lebih awal beberapa hari dari si Bu Bedul.  Nah si Bu Bedul  ini meminta bantuan saya untuk menjelaskan kepada istri  Pak Badul bahwa gantungan kunci miliknya itu adalah  pemberian Saya. Walah saya disuruh Berbohong donk.  Betapa ketakutan tampak dari mimik Bu Bedul saat meminta bantuan saya. Saya bisa memahami dan bersedia "berbohong" agar Bu Bedul tidak didamprat sang istri Pak Bedil. Berbohong untuk menyelamatkan orang sedang yang terancam bahaya.

Begitu Pak Bedil dan istrinya datang ke kantor, saya pun sudah siap menghadapi mereka.  Saya melindungi Bu Bedul yang bersembunyi.  Saya juga tidak ingjn ada hal hal yang tidak diinginkan terjadi misalnya Istri Pak Bedil ini melabrak Bu Bedul.   Saya pun turun tangan sampai turun kaki segala dan dengan tenang menjelaskan kesalahpahaman ini kepada istri pak Bedil. 

Saya katakan bahwa benar gantungan kunci Pak Badil adalah pemberian dari saya yang juga baru pulang dari BALI
.   Saya terpaksa berbohong untuk melindungi Bu Bedul agar tidak dilabrak sama istrinya Pak Bedil Nah ini adalah salah satu contoh real saja betapa salah paham bisa berpotensi konflik terbuka (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia