Foto Asep Haryono |
Dengan hadirnya era informasi digital, penggunaan jejaring sosial sudah menjadi salah satu kebutuhan yang tidak dapat dibendung lagi. Sebagian orang bahkan mengamini bahwa sosialisasi media seperti facebook dan twitter misalnya, banyak digunakan untuk berbagai keperluan positif (disamping mewaspadai dampak negatifnya yang kini banyak diperbincangkan orang-red).
Mengapa jejaring sosial semacam facebook dijadikan "kambing hitam" atas berbagai tindak kejahatan belakangan ini? Sepertinya para pesbuker dianggap biang keledai dari semuanya. Padahal jika kita mau jujur, tidak harus melalui jejaring sosial untuk menyampaikan niat jahatnya. Apa saja bisa dijadikan media untuk menyalurkan kebiasaan seperti itu jika memang niatnya sudah tidak baik
Namun kali ini saya tidak akan menyampaikan sisi baik dan buruk pemanfaatan media sosial seperti itu namun lebih disempitkan lagi pada pemanfaatan koran sekolah sebagai sarana untuk memperkenalkan sekolah beserta aktifitas di dalamnya kepada masyarakat. Yang menjadi pertanyaan di sini adalah seberapa efektif dan efisienkah pemanfaatan koran sekolah bagi tercapainya pesan kepada masyarakat? Apa manfaatnya bagi media yang menawarkan dirinya bekerja sama dengan pihak sekolah?
ARAHAN : Pak Muslim Minhard atau akarab disapa "Toing" ini sedang memberikan arahan kepada Guru dan Siswa SMU yang mengisi halaman koran sekolah. Foto Asep Haryono |
- Tidak Semua Wilayah Terjangkau Internet
Salah satu alasan mengapa Sekolah Menengah Umum (SMU sederajat) masih tetap memerlukan Media Cetak (Surat Kabar) adalah tidak semua wilayah di Indonesia terjangkau oleh Internet. Selain itu juga tidak semua sekolah SMU sederajat sudah membangun website atau blognya masing masing. Bukan rahasia umum lagi bahwa anggaran yang disediakan untuk go online juga tidak sedikit.
Selain biaya sewa hosting dan domain yang tidak murah itu, masih banyak lagi komponen komponen biaaya lainnya yang harus disediakan jika mulai menjamah ke dunia maya seperti internet. Pengelolaan situs web juga tidak bisa disebut mudah karena sang pengelola minimal mengerti dasar dasar intetnet, namun juga lebih disukai jika memiliki kemampuan lebih. - Membuka Peluang Kerja sama
Buat apa sih sampai menerbitkan koran sekolah secara khusus (halaman khusus sekolah) bukankah bisa menggunakan media omline milik mereka sendiri? Ya tentu saja boleh. Ini sebenarnya sebuah pilihan dari pihak sekolah yang bersangkutan. Apakah mereka akan bekerja sama dengan media cetak (Surat kabar) atau mereka menggunakan media online yang berhasil mereka bangun sendiri juga boleh boleh saja.Namun perlu dicatat di sini bahwa media cetak (Suratkabar) dibaca ratusan bahkan ribuan orang sehingga lebih terbuka peluang terciptanya kontak bisnis dari para pembacanya. Sehingga pihak pengiklan atau sponsor bisa saja menanamkan modal atau menawarkan kerja sama dengan pihak sekolah yang tampil di halaman koran sekolah sebuah suratkabar.
Tidak Sekedar Narsis
KORAN SEKOLAH : Halaman koran sekolah disajikan secara khusus berbentuk 1 halaman penuh ini |
Media cetak sendiri juga berhak untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dan keakuratan informasi sekolah sebelum "dilempar" kepada masyarakat. Peran redaktur Koran Sekolah juga punya kewajiban moral dalam memajukan dunia pendidikan walaupun logika bisnis tetap juga dijalankan sebagaimana mestinya. Bukankah media cetak (koran) juga memerlukan banyak biaya produksi sehingga output yang dihasilkannya berupa koran menjadi sajian utama yang dibaca banyak orang.(Asep Haryono)
sepertinya masih sangat diperlukan ya kang, mengingat keberadaan IT belum menyeluruh dinikmati seluruh lapisan rakyat disamping keterbatasan jaringan dan biaya yang masih relatif mahal.
ReplyDeletenice share
@Thanjawa Arif : Terima Kasih atas kehadirannya di sini mas Thanjawa Arif. Apa kabarnya? Apakah ditempat mas juga sedang musim hujan? Atau malah kebanjiran nih?. Mudah mudahan nda ya. Alhamdulillah kota Pontianak juga tidak ada banjir untuk saat ini dan mudah mudahan juga hari hari seterusnya.
Deletesaya sependapat dengan pak Arif, Koran sekolah masih dan tetap diperlukan meski IT sdh semakin canggh pun. karena view pont membaca dr digital dan hard copy msg memliki kelebihannya.
Deletebelum lg dikaitkan dengan keasyikan, bak produk dgital news maupun paper news..tentu saling berbeda kan?
saling!
Deletesilang!
Delete@Ririe Khayan : hiehiheiheie iya benar sekali. Walaupun pihak sekolah sudah punya IT sendiri, maksudnya sudah bisa promosi dan sosialisasi di media online mereka sendiri, sosialisasi melalui media cetak juga masih diperlukan.
DeleteKarena tidak semua orang punya komputer dan atau intermet, sedangkan koran bisa mencapai pelosok pelosok dan muda diakses oleh masyarakat
sippp....lanjuutkan!
Delete@Ririe Khayan : Hiheiheie iya mari lanjutkan kebiasaan baik dan teruskan kebiasaan yang bermanfaat buat sesama. Bekerja keras dan bersodakoh dan beramal. Hiheiheie. Plak ngomong aoa sayah e
Deleteharus itu pak...
Deletebanyakin amal ibadah
amal jariah dan amal gairah juga...
aku baru tau ada koran sekolah begini, keren banget. Jaman saya sekolah masih format mading alias majalah dinding wkwkwkwk
ReplyDeleteedyan nih, ada dinding yang terbuat dari majalah.
Delete@zachflazz : hiehiheiheiheie itu namanya dinding jenis baru. Kalau dinding jenis lama bahannya terbuat dari keju, jadi bisa dicocol sama bubur ayam jelas tidak cocok hiehiehihee.
Delete@Mila Said : Majalah dinding ya? Wah kok sama ya. Jaman saya di SMA dulu (era taon 1988) juga hanya tersedia majalah dinding. Semua siswa boleh kirim artikel , puisi atau kreasi uniknya untuk dicantumkan di majalah dinding
dijaman ku sekolah juga ada mading.
Deletetaun 88 pak asep dah sma..?
Deleteaku belom lair pak...
koran sekolah sih bisa di gunakan untuk media yang positif pak, tapi bagaimana dengan efisiaensi biaya? apalagi hard copy, semtara anak-anak sekarang lebih tertarik dengan digital. saya kira juga di sesuaikan dengan membuat trobosan koran sekolah online diaman di sana ada jaringan hanya 1 sekolah saja yang bisa mengakses
ReplyDeleteini juga serius.
Deletepas bener nih...
@deby putra bahrodin : Kalau harian Pontianak Post sudah menyediakan 1 halaman free alias gratis yang bisa dipakai untuk halaman koran. Kita undang beberapa sekolah dalam satu periode, misalnya untuk Pontianak Selatan minggu ini.
DeleteNah tentu banyak SMU yang berada dicakupan wilayah Pontianak Selatan kan? begitu seterusnya bergiliran hingga semuanya diundang untuk mengisi halaman koran sekolah.
ga semua kok
Deletewajar orang seneng digital karena itu hal baru. masih tergagap-gagap soalnya...
buktinya aku sekarang lebih suka baca buku sebagai pengantar tidur atau saat nunggu jemputan. banyak sisi praktis buku yang tidak bisa digantikan oleh gadget. khususnya soal kebutuhan baterai yang ribet. buku juga lebih aman dari jambret..
kalo buat saya, tetep penting Kang. secara misi koran ini tidak hanya soal isi atau kemasan. yang lebih penting adalah belajar. para siswa dapat menjadi redaksi yang termasuk harus menata lay out, mengkliping, dan mengelola tetek bengek secara manual yang jelas akan memancing kreativitas, inisiasi, dan kemampuan berorganisasi yang lebih asyik daripada sekedar media online.
ReplyDelete#serius amat
saya ngikut bang Zach aja.
Delete*sama-sama serius
Aku juga!
Deletesebenarnya saya mau komen tp ternyata sudah ada di komen kang zach jadinya ya idem sajalah dengan kang zach
Deleteehm..ehm..sebelumnya sy mau ngucapin trm kasih kpd pak zach....beliau tau banget sy mau koment apa....*terwakili :D
Deletekali ini setuju ah sama pak zach
DeleteHiiheihiehihee wah bisa kebetulan pada sama gitu ya ide yang mau disampaikan di sini hiheiheiheie. Semuanya pada kompak punya pendapat dan visi yang sama dengan Bang Zachflazz. Hiheiheiheiheiheie.
DeleteMungkin ada kesamaan dengan penataan redaksian ala Majalah Dinding, namun justru dengan koran sekolah inilah anak anak dilatih untuk menjadi redaktur sungguhan yakni koran yang akan diterbitkan kepada masyarakat. Jadi bisa menambah pengalaman mereka menjadi "redaktur" sebuah halaman koran
yoi kang.. lagipula, kalo yg punya blog, bisa mindahin tulisannya di koran sekolah itu ke blog masing2 :)
Deletetapi bukan blog tentang software kan.
Deleteyang seperti blog saya satunya..hehehe
hahaha jangaan
Deletedan jangan lupa dikasih label usia pak...
DeletePenting gak penting sih. Buat siswa yang minat bacanya tinggi bisa jadi penting. Tapi buat kubu lainnya, tidak seperti itu kan. Halah saya malah OOT :D
ReplyDeletepenting juga buat yang ga hobi baca, bisa buat kipas²,
DeleteOOT itu apa, mas?
Deletebisa dikiloin jg edisi lama'nya...*lumyan bwt nambah uang kas :D
DeleteOrang Orang Trampil *ngarang*.
Deletesaya setuju semuanya. semakin nggak jelas, semakin rusak kolom ini.
Deletesudah di perbaiki sama kang Asep..
DeleteHiheihiee justru saya datang mau lebih menghancurkan kolom ini separah parahnya. Kalau saya yang memperbaikinya sendiri bukan tambah bener malah semakin tidak karu karuan.
Delete*nyapu2 kolom komen ini*
Delete@diniehz : Hhiheiehiee ya silahkan disapu heihiehiee mumpung nyapu silahkan silahkan disapu sesuka hati dan menyapu adalah aktifitas yang menyenangkan. Sapu kan masyarakat, dan memasyarakatkan sapu
Deletetumben mbak Dini rajin...!!
Deletepasti ada apanya..
harusss, biar digratisin bubur hahaha
Deletenggak ada bubur, adanya klepon separo. klepon bakar
Deletebesok usul pak
Deletekorannya dikasih kolom komen
biar bisa rame kaya pasukan panci rese
paspanres siap bantu...
perlu! cukup sekian dan terima kasih. #kalem
ReplyDeleteAmiin.
Delete#ngelus jenggot
Delete*padahal gak punya jenggot* .
hayo jenggot siapa yang dielus?
Deletejenglot mungkin
Deletejenggot apa jenggot...!!
DeleteHiheiehehie wah jenggot? kayaknya saya belum punya. Apa mau kasih saya jenggot biar tambah jenggotan? Kata orang kalau pria banyak bulu berarti machowwww. Bukan mantan copet ya hiehiehiehie.
DeleteKira kira apa yang diperlukan untuk membuat semakin ganteng, maco dan disegani? Perlukah makan bubur setiap hari dan cemilan klepon di malam hari. Bukankah komentar saya di sini semakin galau?
galau segalau-galaunya
Deletemaksimal pokoknya
Menurutku perlu. Karena bagaimanapun media sosial internet tetap tidak bisa menggantikan fungsi dari Koran Sekolah. Aku sepakat dengan Mas Zach, dengan adanya koran ini, para siswa dapat belajar mengenai ilmu Jurnalistik seutuhnya.
ReplyDeletekita saling setuju.
Deleteikut setuju..
Delete*kita kompak ya.. tos dulu 'plaak'
iheihiehiehiehe. Saya pun setuju dengan Bang Zachflazz yang oke bangeds. Saya kira pihak sekolah juga bisa dapat promo gratis dan ikut terkenal bersama dengan korannya hheiheiheiehiehiee. Saya mau toos juga, mari silahkan dicicip kleponnya hiheiheiheiheiee.
Deletebuatin satu panci lagi kang kleponya.
Deletedah habis nih.. sisah ampasnya aja...
klepon itu digoreng apa dibakar sih?
DeleteMenurutku juga masi penting, selain ada beberapa wilayah yang blm kejagkau internet. Koran itu melatih minat baca siswa juga, selain itu koran kan ada penanggungjawabnya juga ;D
ReplyDelete@EYSurbakti : Benar sekali. Koran dan sekolah bisa sama sama sinergi sehingga dicapai kesepakatan bersama. Pada umumnya setiap halaman koran memiliki redakturnya masing masing.
DeleteMisalnya saja halaman komunikasi bisnis (kombis) ada redakturnya juga halaman halaman lainnya
Ya pak, dan kalo sinergi itu bisa terjaga kelangsungannya terus menerus, tentunya sangat bermanfaat sekali bagi pengembangan SDM kita kearah yang lebih baik lagi.
DeleteKY kalau membaca lebih suka guna yg origanal...seronok apa, dr membaca cara online.
ReplyDeleteseronok..seronok..seronok
Delete*kayak upin ipin
@KY : ya benar sekali KY. That is absolutely correct. Di era digital ini sepertinya memang lebih praktis untuk menggunakan media online dan atau melalui jejaring media sosial.
DeleteNamun tidak semua orang punya komputer dengan sambungan internet, bahkan masih banyak orang yang bahkan tidak pernah megang komputer sama sekali. Namun koran sudah bisa merambahh sampa ke pelosok pedesaan
kalo si unyil: asyik srook
Deletesaya angkat topi dan jempol pada guru/dewan guru dan pengelola koran sekolah tersebut, bagaimanapun tanpa kreatifitas dan kemauan keras semua jadi sia-sia, nyatanya masih banyak SMA dikota besar yang belum memiliki, (contohnya: koran sekolah) dan memanfaatkan jaringan internet dengan maksimal karena kurang kreatifnya pihak guru sebagai pembimbing siswa.(murid mah diginiin..digituin nurut azh..ya kan kang?)
ReplyDeleteyang terpenting menurut pribadiku, selain sdm, kreatifitas, kemauan keras dan dukungan kepala sekolah(inti penting) karena ada juga kepsek yang mblegadus pd keinginan dan ide anak buahnya.
salut lah..moga koran sekolahnya berjaya terus dan makin berkembang.
salam sehat selalu u/kepsek, temen2 guru juga para siswa kratif dari Desa Cilembu kang.
saya suka dan setuju dengan komentar pak kepala desa
Deleteoalah ini kades thaa..
Delete#hormat_grak .
di samping Kades. kang Cilembu juga anggota KPK tersukses di desanya.
Deletebetul gak kang?
*biar dikasih ubi
hiheiheiiee iya jadi laper neh. Ubi Cilembu juga banyak dijual di Pontianak, dan sudah beberapa kali saya icip icip uenak tenan. Rasanya manis hieheheiheihieiee. Cemilan ubi sambil nyeruput teh hangat di sore hari tentu asyik sekali hiehehiehiehieiee. Halah malah komen kuliner, Ngomong apa saya hiehiheiheiee.
Delete@Desa Cilembu [Ubi Cilembu]: Benar sekali. Mengelola Halaman Koran Sekolah mungkin lebih sedikit rumit dari mengelola majalah dinding. Untuk majalah dinding pembacanya sudah pasti dalam lingkup sekolah itu saja.
Sedangkan koran sekolah, sudah pasti dibaca oleh ribuan orang, dan ribuan kepala. Jadi pengelolaan halaman koran akan sedikit perlu ekstra dalam menatanya, namun demikian yang utama di sini adalah para siswa sekolah akan belajar mengenai hal hal keredaksian.
Karena di dalam koran ada banyak staff berpengalaman, tim kreatif yang mumupuni. Para siswa dan guru akan dibimbing sehingga mereka akan bertambah wawasan dan pengetahuannya dalam dunia jurnalistik
beri hoormaaatt..
Deletecium tangan, sungkeman
@zachflazz : hiuhiehiehiheiehiehe ya ya hormat juga. Jangan lupa untuk sarapan pagi biar sehat, makan siang biar kuat, makan malam biar tidak berkarat. Kalau kebanyakan makan itu nekat. Hiheheihieieee
Deletebukaannn...saya ngga pernah ngaku2 kades lo yah..kalau ada yang mengira gituh, ngga pernah di IYA kan juga ngga pernah DI TIDAK kan...kool azh saya mah, sengaja supaya penasaran dan ng'klik "ABOUT" di blog sayah...gituh, lumayan satu kali klik 1 dolar...:o)
Deletebalik lagi ke....tuhkan jadi lupa
jadi....segini banyaknya komentar, komentar saia doang yang paling nehnik? sungguh me...nga...gum...kannnn.
kagum sekagumnya...
Deletesatu kali klik 1 dolar? tar saya klik 100 kali... jangan lupa royaltinya kang..hehehe
saya nggak perlu royalti. cukup makan-makan aja
Deleteya udah klo tidak mau dipanggil pak kades, bagaimana klo kita paggil aja pak direktur? setuju bapak2 dan ibu2 sekalian?
Deleteperlu . kalo gak di perlukan bs di sumbangin ke.................................. orang orang yang trampil, mungkin bisa di olaahh.
ReplyDeletekalo ada siiswa yg masuk ke dalam koran karena berita tentang penghargaan/ prestasinya pasti bisa bikin bangga siswa tuh .
masuk dalam koran? kayak kacang rebus di bungkus...
Delete*kaburrr
Hahiahiahiaa bisa aja Bli Kstiawan nih, Sampai urusan kacang rebus ya. Hiheiheie sayang sekali saya sudah jarang icip icip tukang rebus di Pontianak. Padahal juaran kacang rebus sering terliha di depan gangh waku saya masih kecil dulu di Jakarta.
Delete@Mizz Tia : Hieihieh ya di halaman koran ada space khusus untuk guru guru yang berprestasi di bidangnya lengkap dengan profilnya. Begitu juga dengan siswa yang berprestasi membanggakan juga ada halaman tersendiri di sana. So pasti membanggakan hiheiheiheie
bisa jadi kenangan terindah bagi guru dan siswa berprestasi diabadikan dikoran, digunting lalu dilaminating...,dan seharusnya laminatingan itu bisa dijadikan tambahan berkas suatu saat nanti bila siswa melamar pekerjaan, atau guru tersebut ikut sertifikasi tentu disamping surat atau piagam resmi.
Delete#gaya jokowi: nabrak2 sedikit demi rakyat sejahtera kan bagus
ampuuun ampuun. mbak tia itu udah serius komennya loh. untung ada kang cilembu yang membela mbak tia. ada apa ya koq membela?
Deletekang, komentar saya udah diwakili ya sama pak zach ;p
ReplyDeletejarang begini kami
Deleteuangnya juga di wakili pak Zach?
DeleteTenang tenang ini bubur ayam masih panas. Jadi untuk icip icipnya harus meunggu agak dingins edikit, asal jangan terlalu dingin. Soal bubur ayam kan ya?. Jadi untuk menyantap semangkuk bubur ayam ini biar saya aja yang wakili
Deletebayar ke saya buburnya
Delete*laper*
DeleteHiheihieieei dulu waktu pasar Flamboyan masih di depan kantor saya, pualing enak ngebubur ayam di salah satu sudut di pasar itu. Enak bangeds, ada cakwe dan kerupuk atau empingnya.
DeleteKini sejak pasar flamboyan berpindah tempat di jalan veteran kini si mamang bubur juga ikut "hijrah" ke lokasi baru. Jadi merana deh hiheiheiheiheiehe. Kalau sore ada juga bubur, tapi BKI alias Bubur Kacang Ijo
iyaya, pasar flamboyan sekarang dah mau dibagusin.. alhamdulillaah..
Deletekamboja ada nggak?
DeleteTergantung sekolahnya kali ya? Menurut saya ini ide, kalau sekolah mau menginventarisasi layar LCD untuk menampilkan koran digital, kenapa harus pake cetak. Toh, hakikatnya sama. Bedanya digital emang lebih menarik cetarrr membahana badaiiii halilintar!
ReplyDeletejadi merinding ada badai halilintar....
Delete@Cerita Horor : Benar sekali. Meman lebih praktis dengan media digital atau secara Online. Namun internet bisa jadi jarang di desa, namun koran masih bisa samnpai ke pelosok desa desa. Selain itu juga halaman korannya sudah disediakan free alias grais untuk dimanfaatkan untuk sekolah.
DeleteJangan tanya berapa nilai 1 halaman koran jika dijual kepada pemasang iklan, advertiser dan sponsor. Karena NOL nya banyak sekali hiheiheiheiheiee.
saya nggak merinding karena horor, tapi nahan vivis
DeleteWah wah vivis jangan di sini soalnya sudah tidak ada tempat lagi hieiehiee. Kalau vivis di sini bisa kena global warming hiheiheiheie
DeleteMungkin skrg lebih efektif majalah sob. .di sekolah saya juga pake. :D
ReplyDelete@Yuyud : Hiehieheie ya benar sekali. Memanfaatkannya dalam format majalah juga baik dan menarik. Terima Kasih ya sudah mampir. Salam dari Pontianak
Deletemasih perlu.. rasanya tetep beda kl buat sy, baca koran sm baca di internet :)
ReplyDelete@myra anastasia : Saya pun merasakan hal yang sama. Memang ada beda dengan membaca secara online. Untuk membaca cara manual dengan koran juga tidak kalah manfaatnya. Karena koran lebih sampai merambah ke pelosok pelosok
Deletesaya rasa perlu apalagi koran nya ada dimuat karya2 yang indah... :)
ReplyDeleteYa benar sekali mba. Seperti halnya di majalah dinding, nah di halaman koran juga ada space buat aspirasi siswa dalam olah seni, karya sastra, dan puisi waah sudah pati banyak yang suka
Deletekolom puisi tentu ada...iya kan kang.
Deletepuisi dan cerita komik....
Deletekolom banting panci, perlu ntar kalo KPK punya koran
Delete@zachflazz : Hiheiheie KPK sepertinya sudah punya panci di rumahnya masing masing. Yang sudah punya panci siapa saja ya, wah perlu didata nih. Yang belum punya panci mau dicatet dulu, nah nanti saya serahkan ke bang Zachflazz.
Deletejaman sekarang
ReplyDeletemedia berbasis lokalitas malah dapat menarik hati member
saya sebut
media mainstream
belakangan bermain di ranah globalnya wacana dan informasi
kebanyakan tergoncang dengan blog media berbasis komunitas
#sebuah komunitas blog yang berusaha menampilkan informasi valid#
tapi peluang media mainstream
dan surat kabar masih berpengaruh luas di daerah
dan untuk kegiatan yang bersifat privat
masyarakat tetap saja memerlukannya kan
tamasuk juga saya
@Kopi Susu : Benar sekali. Salah satu musuk media cetak adalah blog dan media sosial lainnya, namun sejauh ini tidak ada atau belum dilakukan riset tentang itu kaitannya dengab oplah penjualan koran. Ini artinya media online juga tidak menjamin koran tidak laku. Masyarakat tetap perlu koran karena segmentasinya jauh lebih luas dalam artian penggunanya.
DeleteOrang mungkin berpikir prakmatis, ah buat apa beli koran, tinggal baca aja di internet. Saya rasa pendapat itu juga ada benarnya. Sejauh masih bisa gratis mengapa pula harus membayar (baca : beli koran).
Saya kira masih sangat di perlukan kang ,meskipun untuk di tempat saya sendiri koran khusus sekolah masih belum ada ,atau kalau boleh saya usul gimana kalau koran Sekolah di tangani langsung oleh pemerintah daerah dan hanya di khusus kan untuk informasi tentang pendidikan dan prestasi siswa sehingga kita bisa mengetahui sekolah sekolah yang lain dengan prestasi yang dapat di tiru ....(Wassalam)
ReplyDeleteWah usulan yang sangat brilian sekali. Saya akan teruskan usulan tepatnya ide ini kepada instansi yang terkait. Tapi mekanismenya mungkin saya ajukan kepada pimred saya dahulu untuk dikaji lebih dalam lagi. Soalnya sejauh ini pemkot Pontianak pada khususnya, dan pemerintah propinsi Kalimantan Barat pada umumnya sudah memiliki halaman sendiri di koran kita.
Deletekang asep jadi tukang foto lagi, hihihihi :P
ReplyDeleteabis setiap ada foto wajah kasng asep gak ada
apa emang kang asep low profil yah orangnya :D
kadang tukang melet juga.
Deletetukang melet itu yg ngitung uang di bank ya pak
Deletenah itu tukang pelet
DeletePelet itu yang biasa dipake buat mancing ikan ya. Bahan bahannya dari udang, kadang harus dipoles sedikit dengan ikan sarden agar terasa amis dan disukai sama ikan ikan hihieiehiheiheiee
Deleteasyik ini kayaknya ya kalau ada di sekolah daerah sini
ReplyDeletejadi ingat kompas muda..
ReplyDeletedulu sempat saya juga menggarap koran untuk sekolah emank asik..
ada koran daun juga
Deletejuniornya daun muda
@blogspotdesign.com : Oh ya kah? wah sudah ada pengalaman Jurnalistik tentunya ya. Wah itu sebuah anugrah dan ketrampilan tersendiri. Itu sunggguh sebuah pengalaman yang menarik tentunya
DeleteSepertinya MEdia Koran masih di perlukan ya di beberapa wilayah yang belom terjangkau internet..
ReplyDelete@jasa review : Nah benar sekali mas. Tidak semua pelosok sudah tersedia akses internet, belum lagi kesiapan sumber daya manusianya. Komputer juga belum semua orang di pelosok bisa menggunakan atau memiliki perangkat itu. Namun surat kabar dan radio adalah contoh yang bisa dengan mudah diakses oleh masyarakat luas hingga di pelosok
Deletekalo menurut aku ini terbilang penting buat mendukung kreatifitas juga sebagai media buat belajar selama masih positif...
ReplyDelete@BeeBekkkk : Yah benar sekali Bekkkk. Saya sendiri sangat mendukung dengan adanya halaman khusus koran sekolah walaupun sekolah tersebut sudah memiliki media sendiri baik cetak ataupun online. Karena jangkauan koran lebih menjangkau pelosok pelosok
Deletedi sekolahku... majalah udah nggak jalan lagi Om. para petingginya udah cabut duluan dari sekolah tanpa memberi bekas-bekas tentang bagaimana mengurus majalah. ya sudah, sekolah kosong tanpa majalah...
ReplyDeletemajalah saja nggak dilirik, apalagi koran om... namanya saja anak muda jaman sekaran...
@Ocha Rhoshandha : Hiehiheie emang kenapa dengan anak muda jaman sekarang Ocha? Ieiheie. Malah yang saya liat anak muda sekarang lebih kreatif dari veteran anak remaja seperti angkatan saya ini hiheiheiee. Sekarang era teknologi informasi seharusnya menjadi pemicu semangat berkreatifitas tentunya. Saya harapsih
Delete