www.simplyasep.com Untuk mempererat hubungan kekerabatan dengan berbagai kalangan masyarakat, Keraton Amantubillah Mempawah di bawah duli Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, konsisten memberikan gelar kebangsawan. Gelar ini, juga menjadi salah satu cara mengapresiasi akan bakti dan kontribusi penerima.
Pada Rabu (9/1) malam, bertempat di Keraton Amantubillah Mempawah, yang terletak di Kelurahan Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, sang raja Mempawah tersebut mengadakan ritual adat budaya Toana, yaitu memberikan gelar kebangsawanan kepada 25 orang.
Salah satu penerima penghargaan gelar kebangsawanan tersebut adalah Komandan Skadron Udara (Skadud) 1 Elang Khatulistiwa, Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio, Letkol Pnb Supriyanto. Sang penerbang pesawat Hawk 100/200 tersebut, dianugerahi gelar Pengeran Anom, Yang Mulia Jasa Amantubillah.
Dengan gelar tersebut, maka perwira menengah TNI AU alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) Tahun 2000 tersebut, menjadi salah satu keluarga kehormatan Keraton Amantubillah Mempawah. Iapun mengaku sangat bangga atas anugerah tersebut.
“Saya tentunya sangat bangga dan bahagia, bisa menjadi keluarga besar Keraton Amantubillah. Dengan anugerah ini, maka secara kultural saya akan turut mengembangkan budaya dan adat istiadat keraton,” papar Letkol Pnb Supriyanto.
Letkol Pnb Supriyanto sendiri menjabat sebagai Danskadud 1 Elang Khatulistiwa sejak 26 April 2018. Penerbang dengan call sign The Beaver, menggantikan seniornya Letkol Pnb Agung Indrajaya. Sejak menjabat sebagai Danskadud 1 Letkol Pnb Supriyanto telah memberikan dedikasi terbaik pada satuan. Diantaranya adalah sukses memimpin pasukan pada berbagai operasi.
“Tugas Skadud 1 adalah menjaga kedaulatan langit Bumi Khatulistiwa. Melalui latihan dan penugasan terbaik, kami akan terus siaga 24 jam,” tuturnya.
Penganugerahan gelar kepada 25 orang yang telah dianggap memiliki kontribusi besar terhadap Bumi Khatulistiwa ini, dilakukan melalui ritual Adat Toana. Ritual adat tersebut berjalan khidmat dan sacral. Selain dihadiri para undangan dan kerabat kerajaan, juga dihadiri perwakilan keraton yang ada di Kalbar dan nusantara, salah satunya adalah dari Keraton Sulu di Filipina.
Selain Letkol Pnb Supriyanto dan isteri, beberapa orang yang diberi anugerah adalah pimpinan lembaga di Kalbar. Diantaranya adalah Kepala Kanwil Kemenkum Kalbar, Rochadi Iman Santoso yang dianugerahi Yang Mulia Sri Setya Amantubillah dan diberi gelar Pangeran Mata Waskhita. Kemudian, Kepala Kantor SAR Pontianak, Hery Marantika dianugerahi Yang Mulia Bhakti Amantubillah dengan Gelar Pangeran Anom dan lain-lain.
Raja Mempawah Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim mengatakan keraton Amantubillah merupakan milik semua yang memiliki kekerabatan kepada semua golongan.
Ia menerangkan bahwa pemberian gelar ini, disesuaikan dengan visi tiap orang dalam membangun Indonesia serta kontribusi nyata terhadap masyarakat, tanpa adanya pembeda golongan masyarakat.
“Saya melihat, siapa yang peduli, dari hasil yang kecil hingga ke hal yang besar bahkan pernah saya mengangkat tukang tahu yang tidak pernah menggunakan formalin juga pernah, kemudian mereka yang berkarya dengan lukisannya, pengrajin senjata tradisional,” pungkasnya. (Sumber Siaran Pers Pangkalan TNI AU Supadio)
Pada Rabu (9/1) malam, bertempat di Keraton Amantubillah Mempawah, yang terletak di Kelurahan Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, sang raja Mempawah tersebut mengadakan ritual adat budaya Toana, yaitu memberikan gelar kebangsawanan kepada 25 orang.
Salah satu penerima penghargaan gelar kebangsawanan tersebut adalah Komandan Skadron Udara (Skadud) 1 Elang Khatulistiwa, Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio, Letkol Pnb Supriyanto. Sang penerbang pesawat Hawk 100/200 tersebut, dianugerahi gelar Pengeran Anom, Yang Mulia Jasa Amantubillah.
Dengan gelar tersebut, maka perwira menengah TNI AU alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) Tahun 2000 tersebut, menjadi salah satu keluarga kehormatan Keraton Amantubillah Mempawah. Iapun mengaku sangat bangga atas anugerah tersebut.
“Saya tentunya sangat bangga dan bahagia, bisa menjadi keluarga besar Keraton Amantubillah. Dengan anugerah ini, maka secara kultural saya akan turut mengembangkan budaya dan adat istiadat keraton,” papar Letkol Pnb Supriyanto.
Letkol Pnb Supriyanto sendiri menjabat sebagai Danskadud 1 Elang Khatulistiwa sejak 26 April 2018. Penerbang dengan call sign The Beaver, menggantikan seniornya Letkol Pnb Agung Indrajaya. Sejak menjabat sebagai Danskadud 1 Letkol Pnb Supriyanto telah memberikan dedikasi terbaik pada satuan. Diantaranya adalah sukses memimpin pasukan pada berbagai operasi.
“Tugas Skadud 1 adalah menjaga kedaulatan langit Bumi Khatulistiwa. Melalui latihan dan penugasan terbaik, kami akan terus siaga 24 jam,” tuturnya.
![]() |
Sumber Foto Kepala Penerangan Pangkalan TNI AU Supadio |
Penganugerahan gelar kepada 25 orang yang telah dianggap memiliki kontribusi besar terhadap Bumi Khatulistiwa ini, dilakukan melalui ritual Adat Toana. Ritual adat tersebut berjalan khidmat dan sacral. Selain dihadiri para undangan dan kerabat kerajaan, juga dihadiri perwakilan keraton yang ada di Kalbar dan nusantara, salah satunya adalah dari Keraton Sulu di Filipina.
Selain Letkol Pnb Supriyanto dan isteri, beberapa orang yang diberi anugerah adalah pimpinan lembaga di Kalbar. Diantaranya adalah Kepala Kanwil Kemenkum Kalbar, Rochadi Iman Santoso yang dianugerahi Yang Mulia Sri Setya Amantubillah dan diberi gelar Pangeran Mata Waskhita. Kemudian, Kepala Kantor SAR Pontianak, Hery Marantika dianugerahi Yang Mulia Bhakti Amantubillah dengan Gelar Pangeran Anom dan lain-lain.
Raja Mempawah Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim mengatakan keraton Amantubillah merupakan milik semua yang memiliki kekerabatan kepada semua golongan.
Ia menerangkan bahwa pemberian gelar ini, disesuaikan dengan visi tiap orang dalam membangun Indonesia serta kontribusi nyata terhadap masyarakat, tanpa adanya pembeda golongan masyarakat.
“Saya melihat, siapa yang peduli, dari hasil yang kecil hingga ke hal yang besar bahkan pernah saya mengangkat tukang tahu yang tidak pernah menggunakan formalin juga pernah, kemudian mereka yang berkarya dengan lukisannya, pengrajin senjata tradisional,” pungkasnya. (Sumber Siaran Pers Pangkalan TNI AU Supadio)
No comments:
Post a Comment
Thank you for your visit.. Be sure to express your opinion. Your comment is very important to me :)