Foto dari Internet
Cemilan Unik Langka Dicari di Pontianak
Catatan Asep Haryono

Jaman saya masih kecil mungkin sekitar umur belasan taon di era taon 75 an (Maklum aja angkatan jadul saya ini-red) yang namanya Gandos, maaf kalaw saya salah tulis, adalah salah satu cemilan yang biasa diicip hampir setiap hari

Yah siapa di sini yang belum tau makanan atau tepatnya cemilan atau jajanan pasar yang namanya Gandos Hmmm jajanan seperti ini sangat saya sukai waktu kecil dulu.  Saat itu saya dan semua saudara masih tinggal di Pademangan, Jakarta Utara, saat masih duduk di bangku SD.  Saya waktu itu di SD Negeri 01 Penjaringan Jakarta Utara. 

Kue ini yang juga bernama Bandros seperti kata Mas Rudy Arra dan Mas Arez Casez ini sering didapatkan di gang saya waktu kecil dahulu di era taon 75 - 80 an gitu deh. Rumah kami waktu itu di Jalan Pademangan II nomor 15 Nomor 396 Penjaringan, Jakarta Utara. Hiheiheie masih hafal nama gang, jalan dan bahkan nomor rumah kami waktu itu.   Saking banyaknya yang jual Gandos, saya waktu itu masih kecil tentu masih ingat abang abang penjual kue Gandos yang berkeliling dari gang ke gang dengan mengusung dagangannya. Dipanggul gitu deh. 

Begitu tukang Gandos lewat di depan rumah, saya langsung ngacirr keluar merengek rengek kepada Mimi (Sebutan bahasa Sunda yang artinya "bunda, atau Ibu"-red) agar dibelikan kue Gandos.  Dan Mimi pun tak segan segan mengeluarkan uang untuk jajan anak anaknya.  Sebenarnya masih banyak jajanan yang saya icip icip jaman saya kecil dahulu selain GANDOS, seperti SAGON, dan Kerupuk SOMA warna putih.  Ahaaa jajanan seperti itu bikin membuat saya terkenang kenang sejenak kembali ke masa kecil.

Rasa Yang Bikin Kangen

Saya masih ingat sang Penjual Gandos yang saya lihat waktu kecil dulu. Heeee masih ingat saja ya Sep? Sejatinya sih secara jelas sih masih abu abu gitu deh, tapi memang feeling saya mengatakan masih demikian. Masih ingat abang abang penjual kue GANDOS nya yang dipikul pikulan gitu deh.   Begitu sang Tukang Gandos dipanggil di depan rumah, dengan tepuk tangan " Bang Bang ... sini" teriak saya. Maka penjual Gandos pun mendatangi saya. dan duduk di depan rumah menggelar jualannya.

Penjual kue Gandos ini pun langsung duduk di bangku kecil yang sudah disiapkannya. Mirip benar sama tukang rujak BEbeG yang nanti akan saya ceritakan di edisi mendatang Insya Allah. Tidak janji ya soalnya kalaw janji nanti hutang dan bisa ditagih. Hiehiehiehiee. 

NOSTALGIA.  Ada nilai nostalgia dalam balutan rasa yang menawan, dan membuat kangen siapa saja yang pernah mencicipi kue Gandos ini dimasa jayanya dahulu.  Foto ini dari Internet
SIBUK. Penjual Gandos sedang in action menyiapkan kue Gandos buat para pelanggan setianya. Sampai sekarang cemilan Gandos masih disukaio dan digandrungi banyak orang.  Kangen rasanya pak.  Foto ini dari Internet

Penjual Gandos mengaduk ngaduk adonan kue Gandos yang masih dalam bentuk adonan kental dalam Ember.  Apa Ember? Seingat saya memang begitu, tuh adonan kue Gandos yang masih kental berwarna putih diaduk aduk di dalam sebuah Ember dengan adukan berbentuk tongkat kayu. Kadang juga pake Kayu yang panjang.  Wah kayu?  Wuaaa saya sudah tidak ingat jelas nih. Mohon dikoreksi jika saya salah ya Sobs.  Salah satu ciri khas kue Gandos atau Bandros ini adalah konten (isi) kelapa muda. Ada serat serat kelapa jika kita menggigit (bite) kue ini

Begitu adonan kue Gandos itu dimasukkan ke dalam tungku atau kompor yang sudah berbentuk seperti ruas ruang atau gorong gorong cetakan (wah susah saya melukiskan dengan kata kata-red), maka adonan kue tersebut ditutup. Beberapa menit kemudian dibuka, dan kue Gandos sudah matang dan siap di "cungkil". Saya masih ingat bapak penjual Gandos yang menggunakan Pengait mirip tangan Bajak Laut Pirate gitu deh untuk "mencungkil" sang Kue Gandos. Begitu matang ditaruh dalam wadah kertas dan ditaburi gula pasir. Huiaaaaaaaaaaaa kangen sayah sama Gandos.  Hiheiheiheiee

Saya belum mengetahui lebih jelas apakah kue Gandos yang bikin melow dan melankolis waktu saya masih kecil ini masih dijaja orang di kota Pontianak?   Bagi yang belum tahu Pontianak, adalah ibukota Propinsi daerah Kalimantan Barat.    Nah saya belum pernah menemui penjual Gandos lesehan seperti dalam foto foto di atas ini ada di Mall Mall atau di pasar Tradisional sekalipun di Pontianak.  Mungkin ada penjual Gandos namun saya belum mengetahuinya.  (Asep Haryono)


Foto Asep Haryono
Pengalaman Dompet Ku Nyaris Hilang
Catatan Asep Haryono

Ini pengalaman yang nyaris bikin sport jantung. Dompet kesayangan saya warna hitam nyaris tercecer (baca: hilang). Kejadiannya hari Senin , 26 Nopember 2012 yang lalu ketika saya baru menginjakkan pantat eh salah kaki di "habitat" saya di lantai 5 Graha Pena Pontianak Post.

Saya yang datang ke kantor bersiul siul sepanjang hari dengan tak jemu jemu (eeits udah kaya lirik lagu anak anak-red) mendadak wajah nya berubah menjadi pucat. Saya kaget ketika saat meletakkan Tas Kanisius saya di meja kerja, dan membuka dalamnya dan tidak menemukan dompet hitam kesayangan saya.  Dimana .. Dimanaa,,,

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB seharusnya saya sudah mulai menjalankan aktifiti , tiba tiba mendadak kaget, dan kebingungan. "Perasaan saya sudah menaruk dompet hitam saya di dalam tas ini, dan biasanya sih gitu nih dimana ya, perasaan di sini deh" gumam saya dalam hati.  Saya pun langsung mengambil langkah taktis mengontak sang istri tercinta, Rudi Maryati, S.Pd, yang saat itu masih di rumah dan belum berangkat ke lokasi tugasnya mengajar di SMA Negeri 1 Kubu Raya.  Beliau pun tidak tahu, blengggggggg   terasa lemas semua persendian saya. Memang saya punya sendi yah?

Beberapa menit setelah itu, saya memposting berita kehilangan di jejaring sosial Facebook dan juga mentweet  di akun Twitter saya dengan breaking news singkat "Telah tercecer dompet warna hitam berisi KTP, SIM, dll atas nama Asep Haryono hari ini. Jika menemukan harap kontal di nomor 08134525****" . Berbagai respon dan reply mengalir deras ke HP Jadul saya, Semuanya bernada prihatin saja hiehiheiheie. Malah ada yang respon status saya dengan ucapan syukurin lu kurang sodaqoh kali segala. IHeihiehiehieieiehieieiehiehiehie

Begitu Telitinya Sampai Nda Ingat
Belum lepas rasa kaget saya, saya pun menaruh harapan bahwa teman saya di kantor tadi malam melihat dompet warna hitam kesayangan saya itu. Saya pun mencoba menghubungi salah satu rekan kerja saya, Kessusanto Liusvia atau yang biasa disapa Kekes via telepon. (Saya nda pake BEBE - tidak mau punya soalnya - red).  Dari Kekes pun juga tidak diperoleh informasi yang melegakan, beliau tidak melihatnya dan tidak melihat meja kerja saya.  Wis plek badan tamah lemas.  Kok lemas sih apa kurang makan?

Oh tidak, makan saya cukup, malah berat badan saya nambah 1 kilo bulan ini. Nah bukannkah itu prestasi hiheiheiheiiee.  Saya lemas karena membayangkan betapa sulitnya mengurus kembali surat surat penting atau pun dokumen seperti Kartu Tanda Penduduk (Identity Card), SIM (surat izin mengemudi atau Driving Licence), Kartu Suami PNS , Kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), serta dokumen penting lainnya. Pasti repot luar biasa mengingat waktu untuk mengurus gituan (halaha paan tuh gituan hiehiehe) tentu tidak sebentar. Saya sudah membayangkan birokrasi yang berbelit belit.

DOMPET HITAM : Inilah dompet hitam kesayangan saya yang harganya murah meriah. Namun isi dompet ini yang penting karena berisi KTP, SM, dan surat surat penting lainnya.  Dompet boleh hilang, asal jangan isi dompet yang berisi dokumen penting itu yang hilang. Foto Asep Haryono


Yang lebih membuat saya suedih adalah saya belum sempat membuat salinan (fotokopi-red) dari masing masing surat penting (KTP,SIM, dll) itu.  Jadi jika benar benar HILANG tak rudu rudu bisa jadi urusannya jadi runyam.  Hilang tak rudu rudu adalah ungkapan dalam Bahasa Pontianak yang artinya kira kira "hilang tidak jelas juntrungannya, hilang tak jelas rimbanya". 

Atas saran dari Pemimpin Redaksi Pontianak Post, Bapak Drs Salman, saya diminta segera membuat laporan kehilangan ke Polsek setempat. "Ini buat jaga jaga saja jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, namun sebaiknya cari dahulu siapa tahu terselip gitu" kata Pak Salman memberi masukan kepada saya.  Saya pun mencari ke sana kemari mencari si dompet jreng jreng.  Sudah kaya lagunya AYu Ting Ting gitu lah.  Setelah yakin tidak ketemu ke sana kemari, akhirnya keputusan pun diambil yakni mendatangi kantor Kepolisian yang berlokasi di Jalan Soetoyo Pontianak.  Kantor Polisi inilah  yang terdekat dari kantor saya.

"Isi apa saja dompetnya dik" tanya Pak Polisi itu.  "Banyak pak ada KTP, SIM, Kartu NPWP, ATM Bank ****  (sensor),  dan lain lain banyak pak" jawab saya.  "Jangan lupa ya sertakan Surat Keterangan dari Perusahaan Leasing Motornya buat untuk STNK ataui fotokopiny STNK saja juga tidak apa , dan foto kopi Kartu Keluarga untuk KTP, nah jika sudah ada baru akan kami buatkan surat keterangan hilangnya" kata salah satu petugas yang piket di sana.

Nah itu dia Pak.  Lawong foto kopinya aja saya tidak punya semuah Hiks hiks Huaaaaaaaa.   Nah itu dia saya tidak punya salinan (fotokopi) nya masing masing dokumen sa ya itu.  Hiks hiks hura huraaaaaa.  Makin gontay saya keluar dari kantor Polisi yang  markasnya terletak di samping Perpustakaan Daerah Dan Rumah Adat Betang itu

Belajar Dari Kasus Ini
"Tapi sebaiknya cari saja dahulu siapa tahu ada di rumah" gitu pesan Pak Polisi kepada saya.  Mungkin Pak Polisi itu kasihan liat saya yang wajahnya cemberut ditekuk empat.  Saya pun segera menghampiri motor Honda Supra Fit kesayangan saya yang sudah parkir di halaman Parkir Kantor Polisi itu dan berniat pulang ke rumah untuk mencari tahu keberadaan foto kopi dokumen dokumennya itu.

Saya pikir ide bagus juga mengontak orang rumah sebelum memutuskan pulang ke rumah. Jarak antara Kantor Polisi Jalan Soetoyo dengan rumah cukup jauh, dan perlu waktu 25 menit untuk sampai.  Ya sudah gunakan saja Telpon biar cepet.   Untik situasi gawat darurat seperti ini saya tidak pake SMS. Langsung telp biar mendapatkan respon cepat.  Sebab kalaw SMS cenderung lama.  "Bunda, kita punya dokumen atau fotokopi KTP dan STNK nda ya di laci? Tanya saya via handphone.  "Oh ya Ayah, ada dompet ayah sudah ketemu kok dilipatan baju dalam lemari" kata Sang Istri di ujung sana.

Rasanya seperti mendapat durian runtuh  saya senang bukan kepalang. Horeee jingkrak guling guling Dompet saya ketemu hiehiheiehie.  Saya pun mengucapkan terima kasih kepada sang Istri yang berhasil menemukan dompet warna hitam kesayangan saya di lipatan baju dalam lemari.  Saya segera memposting status di akun FB dan Twitter saya dengan breaking news lagi kali ini beda " Telah ditemukan dompet hitam kesayanagn saya oleh sang istri tercinta. Terima Kasih istriku . Saya memang ceroboh".

REPOT : Nah bisa dibayangkan jika surat dan dokumen dalam foto ini hilang, dan saya tidak punya salinan (fotokopi) masing masing. Betapa repotnya mengurus itu semua. Biaya administrasi mengurus kembali dokumen baru mungkin tidak begitu masalah, WAKTU ngurus dokumen nya itu yang saya tidak punya.  Thanks buat istri tercinta yang menemukan dompet saya ini dirumah. Saya memang ceroboh.  Foto Asep Haryono


Tuingg
saya baru ingat kalau saya sendiri yang menyimpan dompet saya itu ke dalam lipatan baju kemarin saat akan keluar rumah untuk pergi ke warung depan gang. Begitu rapih dan telitinya saya menyimpan dompet sampai saya tidak ingat lagi nyimpan dimana. Keblinger sendiri. Itulah saya yang ceroboh.   Saya pun balik ke dalam kantor Polisi dan melaporkannay kepada petugas Piket bahwa dompet saya sudah berhasil ditemukan.  "Wah syukurlah kalaw gitu" kata Petugas Piket.  Saya pun kembali bergegas ke Kantor saya dan menjalankan aktifitas seperti biasanya, dan pulang ke rumah di sore hari. 

Hikmah dari kejadian yang saya alami ini adalah saya harus membuatkan salinan atau Fotokopi surat surat penting saya misalnya KTP (Kartu Tanda Penduduk), SIM , Kartu Suami PNS, dan semua aja deh. Jadi jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti dompet kecopetan, dompet terjatuh atau bahkan dompet hilang, saya masih punya salinan atau fotokopi surat surat pentingnya.  Sebab jika kita punya fotokopi dari surat surat penting tersebut akan sangat menguntungkan kelak dikemudian hari. Bikin baru pun relatif lebih mudah karena sudah memiliki salinan dan fotkopinya. Sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga buat saya.  (Asep Haryono)
Gambar dari Internet
Tak Lekang Karena Zaman
Catatan Asep Haryono

Sejak kenal dengan Surel (Surat Elektronik) atau biasa disebut dengan electronic email banyak dari kita yang kini sudah tidak lagi fokus untuk mengirimkan surat kepada kerabat, sahabat, handai tolan , orang tua atau kepada siapa saja dengan menggunakan media Surat Pos dengan memakai perangko (stamp) sebagai ongkos kirimnya.

Hmmmm. Surat Menyurat atau biasa dikenal dengan Korespondensi sudah lama saya geluti bahkan saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di era tahun 1989 yang lalu hingga jaman Kuliah di era tahun 1990.  Nah berapa tahun itu masa masa indah hobi surat menyurat? hiheiheiheiee. Selamat menghitung ya. Kalau sudah ketemu angkanya berapa tahun silahkan dikomentari di kolom komentar dalam blog saya yang sederhana ini heihiehiee..

Saya waktu itu bersekolah di SMA Negeri 2 Bekasi era taon 1989 an (saat itu memang tinggal dengan orang tua di Bekasi-red) dan sudah akrab dengan surat menyurat atau hobi korespondensi ini. Apa saja yang saya kirim surat, dan kepada siapa saja? Ow banyak macamnya. Sebagian besar adalah Sahabat Pena yang saya peroleh dari majalah remaja semacam HAI, dan juga dari majalah remaja lainnya (kecuali majalah Trubus-red).

Selain itu , masih saat saya masih di SMA, saya hobi berat ngirimin Surat kepada beberapa edutaan Besar Asing (Luar Negeri) yang ada di Jakarta seperti Australia, Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan banyak lagi lainnya. Alamatnya saya peroleh dari Diary, dan semuanya saya mintai Brosur atau Buku tentang negara tersebut. Lalu dibalasnya nda? Dapat jawabann nda surat surat yang saya kirim tersebut?

Dari Buku Sampai Brosur
Memang tidak semua surat surat pos yang saya kirimi ke berbagai kedutaan besar Asing (:Luar Negeri) di Jakarta itu yang membalasnya, namun ada beberapa juga yang bahkan mengirimi saya berkali kali seperti berlangganan. Hiheiheiee. Asyiknya memang jika surat dibalas lengkap dengan surat pengantarnya bahkan surat yang saya kirim kepada Presiden Soeharto (almarhum) pun dibalasnya dengan mengirimkannya kepada saya berupa 1 (satu) buah foto beliau sekeluarga, dan juga kartu ucapan lainnya.  Sayang sekali foto keluarga alm Soeharto itu tidak disertai tanda tangan aselinya. Sampai sekarang surat dan juga foto Alm Soeharto masih saya simpan dengan baik. 

Apa lagi dapatnya nih? Ya dari Kedutaan Besar Chile di Jakarta juga membalas surat saya berupa 1 (satu) buah Buku tentang pariwisata Negara dan Bangsa Chile lengkap dengan surat pengantarnya yang ditanda tangani langsung oleh sekretaris kedutaannya, Patricio Utreras.  Ya saya masih ingat namanya, walaupun surat balasan mereka sudah tidak ada lagi (myelip entah dimana).  Satu hal yang unik adalah tanda tangan sang sekretaris tersebut saya jadikan sebagai inspirasi tanda tangan saya sampai sekarang.  Yang jelas tanda tangan Patricio Utreras sangat unik dan sangat memikat hati saya luar biasa. 

CANADA : Ini adalah salah satu contoh Kartu Pos yang saya terima dari sahabat pena saya di Canada. Kartu pos ini diterima di era taon 2004 yang lalu. Alamat saya Jalan Sekadau P.50 Komplek Untan adalah alamat lama saya saat masih ngekos. Saat itu saya sudah bekerja.  Foto Dok Asep Haryono

AUSTRALIA :  Salah satu sahabat pena saya adalah Dave Fisher, yang beralamat di 52 Kevin Ave, Rntree Gully, Victoria 3156, Australia, adalah seorang musisi. Beliau menulis lagu tentang Bali. Dia mengirim CD lagu lagunya buat saya,. Dikirim langsung dari Australia.  Posnya dialamatkan ke kantor saya. Paket Pos isi CD lagu ini diterima sekitar tahun 2004 juga  Foto Dok Asep Haryono


Kemudian surat balasan datang dari USIS (United States Information Service) atau Dinas Penerangan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang terletak di Jalan Medan Merdeka Jakarta juga saya terima dalam bentuk Leaflet atau Brosur tentang lembaga tersebut dan juga buku saku kecil, namun tidak ada pengantarnya sama sekali.  Kemudian ada juga balasan dari Kedutaan Swiss berupa Buku tentang negara Swis lengkap dengan Poster yang guedee sekali jadi agak repot saat saya tempel di dinding kamar saya waktu SMA era tahun 89 dulu.  

Nah bagaimana dengan surat menyurat kepada sahabat Pena? Huaaa jangan ditanya.  Surat menyurat yang saya terima dari berbagai sahabat pena sudah satu lemari begitu banyaknya yang saya terima. Semuanya lengkap dengan perangko yang masin menempel dengan baik di masing masing surat tersebut. 

Dapat Perangko Gratis
Satu hal yang menjadi catatan saya selama "karir" korespondensi atau hobi surat menyurat dari tahun 1989 tersebut adalah pemakaian bahasa Inggris yang acak kadut bin berantakan yang nekad saya pakai sejak saya duduk di SMA waktu itu.  Aseli saya tidak tau banyak bahasa surat menyurat dalam bahasa Inggris (English letter writing) namun nekad saja.  Betul atau salah cuek aja yang penting kirim, kirim , kirim. Begitu balasan diterima dan dapat buku apalagi dapat surat pengantarnya wuiiiiiiii senangnya bukan main. Hiheihiehiehiheiheie

Ada yang unik juga hobi surat menyurat ini keterusan sampai saya duduk di bangku kuliah di Pontianak (Kalimantan Barat) era tahun 1990 an. Bahkan begitu gandrungnya saya sama hobi surat menyurat berperangko ini sampai saya harus menyewa Kotak Pos di Kantor Pos Giro cabang Kampus Universitas Tanjungpura (UNTAN) yakni P.O.Box 6247 Pontianak.  Saya masih hafal karena saya menyewanya lebih dari 5 tahun dengan ongkos sewa perbulannya sangat murah waktu itu hanya 1000 rupiah saja kalaw tidak salah. 

KOTAK POS : Nah seperti inilah P.O.BOX atau kotak Pos yang saya sewa di Kantor Pos Giro Pontianak. Saya sebagai penyewa punya kuncinya di kotak yang saya sewa.  Saya tinggal cek aja di kotak pos yang saya sewa tersebut. Asyik dan Gaya udah kaya pemilik perusahaan aja eui. Foto ini dari Internet


Apa manfaatnya sewa kotak pos di Kantor Pos?   Salah satu manfaatnya adalah surat yang datang dan dikirimkan kepada saya akan ditaruh di kotak pos tersebut. Jadi biarpun saya pindah alamat kosan waktu itu,. saya tenang saja karena semua kiriman surat, wesel, atau pos selalu saya ambil di kotak surat saya di kantor pos tersebut.  Nah tertarik mau sewa kotak pos? Hubungi saja kantor PT.POS dan Giro di kota masing masing, isi formulirnya, dan selamat memanfaatkanya. Nah bagi penggemar hobi surat menyurat (Korespondensi) penggunaan kotak POS cukup ampuh buat menerima surat atau kiriman pos buat kita walaupun kita sudah berpindah pindah alamat. 

Untuk Surat Pos tentu bisa masuk dalam kotak POS. Tinggal saya buka (unlock) kotak posnya dan mencek apakah ada surat buat saya atau tidak.  Bagaimana dengan kiriman Paket gede gede. Tentu tidak muat donk di kotak pos yang ukurannya kecil gitu. Ya jelas tidak dimasukkin donk.  Khusus untuk kiriman Paket Pos ukuran Besuaar atau gede, cuma ada surat panggilan saja yang dimasukkin petugas di kotak pos saya tersebut. Nah ambil surat panggilannya yang mirip kertas putih seukuran kartu pos, lalu ngambil paketnya ya di Kantor Pos secara manual gitu deh ceritanya.   Nah mau sewa Kotak pos kaya sayah?

Saya ada pengalaman waktu saya cek di kotak Pos tersebut saya mendapati sebuah kertas kecil bertuliskan Kantor Pos asing, dan begitu saya laporkan penemuan tersebut ke kantor pos akhirnya di dapat kabar bahwa kertas itu adalah kertas yang bisa ditukar dengan sejumlah perangko gratis. Horeeeeeeee dapat perangko gratis.  Akhirnya saya pun dapat beberapa buah perangko gratis bernilai lumayan yang bisa saya gunakan untuk berkirim surat sepuas puasnya selama 1 bulan hhiheiheiee. 

Tetap Diminati Masyarakat
Jaman saya kuliah dulu (Era taon 1990-1998) yang namanya Pos Wesel sudah lumrah bagi mahasiswa.  Beberapa mahasiswa angkatan saya dahulu gaptek sama Transfer Bank atau kiriman uang dari orang tua melalui rekening bank atau transfer.  Masih banyak dari kita, para mahasiswa daerah, waktu itu lebih sreg dengan menggunakan Pos Wesel. Jadi begitu paman pos lewat depan rumah (dahulu Pak Pos sebutannya),  semua penghuni kosan keluar berhamburan menemui paman pos. Hiehiehiee. 

POS WESEL : Seperti inilah POS WESEL yang jadul yang selalu saya terima setiap kali dapat kiriman uang dari orang tua di Bekasi saat saya masih kuliah di Pontianak di era 1990an dahulu.   Kini Pos dan Giro semakin modern dan semakin canggih dan pelayanan semakin disempurnakan demi kenyamanan pelanggannya.  Gambar ini dari Internet

Kini POS WESEL yang merupakan salah satu produk PT Pos Indonesia masih tetap diminati dan di hati masyarakat. Kini dengan semakin modern dan canggihnya produk PT Pos dan Giro kini masyarakat Indonesia bisa memanfaatkannya sesuai dengan keperluan dan keinginan masing masing. Kalau dulu saya cuma taunya POS WESEL saja ternyata di era modern sekarang ini ternyata banyak sekali fasilitas PT POS dan GIRO yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.Seperti Express Mail Services (EMS), Paket Pos, Pos Express, Pos Kilat Khusus, Surat Pos Biasa dan masih banyak lagi. 

Khusus untuk POS WESEL sendiri kini sudah tersedia WESEL POS berlangganan atau Wesel Pos Instant. Jika kawan kawan mendapat kiriman weselnya rutin setiap bulan nah tentukan tanggalnya, dan bisa dikonsultasikan kepada Pos dan Giro di kota masing masing. Misalnya setiap tanggal 5 setiap bulan, maka kawan kawan bisa menerima POS WESEL setiap tanggal 5 nah ini yang disebut Pos Wesel Berlangganan, mudah dan praktis bukan?.  

Begitu pula dengan Pos Wesel Instant.  Begitu uang dikirimkan melalui Pos Instant, maka kawan kawan akan menerima KU (nomor Kiriman Uang), nah kirimkan nomor kiriman uang ini melalui SMS atau telepon kepada orang yang akan menerimanya. Dan si penerima akan mengambil uangnya dengan hanya menunjukkan nomor kiriman uang dan bukti KTP yang masih berlaku.  Asyik bukan?. Bahkan sampai sekarang berbagai dinas dan instansi pemerintah atau swasta tetap menggunakan jasa PT.POS dan GIRO dalam mengirimkan surat surat dinasnya.  Nah Masih banyak peminat PT POS dan GIRO bukan?

Jangan tanya soal Western Union, karena saya sudah pengalaman mencairkan kiriman uang dari Google Adsense sebanyak dua kali melalui Western Union di kantor Pos Pontianak.  Ini memang terbukti.  Cukup dengan menyertakan Nomor Kiriman uang dari Western Union pengirim dan bukti KTP saja uang sudah bisa diambil tanpa ada potongan sedikit.   Menarik sekali bukan.  Secara pribadi saya akan selalu tetap menggunakan Surat Pos untuk berbagai keperluan saya seperti mengirim paket Buku, mengirim Kartu Lebaran ke Orang Tua, dan lain sebagainya.  

Walaupun kini sudah hadir era teknologi informasi yang sangat memudahkan kita seperti Electronic Mail atau E-mail dan  pesan singkat atau Short Message Services (SMS) dari handphone tidak akan mampu menggeser peran PT POS dan GIRO Indonesia dalam memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat yang jauh lebih luas sampai ke pelosok pelosok daerah di seluruh Indonesia.  POS dan GIRO akan selalu dihati masyarakat Indonesia sampai kapan pun.  (Asep Haryono)
Foto Asep Haryono
Dari In House Training Liputan Investigasi LSPP
Catatan Asep Haryono

Kemarin Senin, tanggal 25 Nopember 2012, adalah hari terakhir In House Training berupa pelatihan jurnalisme investigasi yang memang diperuntukkan atau dikhususkan bagi para wartawan Pontianak Post Group. Pelaksanaan training ini sudah berlangsung sejak tanggal 24 Nopember 2012 Hari Sabtu, dan baru berakhir hari Senin Kemarin tanggal 25 Nopember 2012.

Pelaksana training ini adalah Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Jakarta yang merupakan partnership atau kemitraan dengan USAID Jakarta.  Berbicara soal kemitraan ini saya rasa ada kemiripan dengan Kang Guru Indonesia yang juga merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia. 

Program Kemitraan Indonesia Australia (Indonesia Australia Partnership) juga merupakan kegiatan bersama, dan saya rasa program LSPP juga sangat mirip dengan yang dilakukan dengan mitra dari Australia tersebut. Pembicara terakhir dalam acara training hari terakhir kemarin adalah mas Farid Gaban.  Saya sempat bertukaran twitter dengan mas Farid untuk komunikasi lebih lanjut kelak. Walaupun saya bukan wartawan namun materi yang disampaikan pada hari terakhir kemarin tersebut cukup bermanfaat setidaknya untuk memperluas wawasan saya dalam blogging.

Stikma Yang Membingungkan
Acara yang seharusnya di mulai pada jam 09.00 WB hari senin, 25 Nopember 2012 kemarin itu agak melorot hingga sekitar tiga puluh menit kemudian, yah namanya juga jam Indonesia. Kalaw bukan ngaret yah bukan Indonesia tuh namanya. Para pembicara hari terakhir sudah full team siap di TKP di dampingi oleh Editor in Chief Drs Salman yang stand by mendampingi mas Farid yang hadir bersama dengan dua pembicara lainnya yang belum saya ketahui namanya.

Sebenarnya saya sudah mengantongi nama nama yang menjadi partner atau teamnya Mas Farid Gaban di hari terakhir in house training yang dilaksanakan di Lantai 4 Gedung Graha Pena Pontianak Post ini. Nama nama tersebut saya peroleh dari salah seorang rekan wartawan di ruangan tersebut. Namun saya tidak mau berandai andai yang mana si A dan yang mana si B.  Jadi kedua nama yang menjadi team nya mas Farid tidak saya cantumkan di sini.  Saya menulis laporan ini adalah apa yang saya ketahui dan alami sendiri.

Sedangkan Mas Farid Gaban dari pagi sampai siang hari saya ikuti dengan seksama dan saya tau persis karena mengikuti kuliah mas Farid Gaban tersebut.  Acara dimulai sekitar pukul 09.40 WIB dimulai dengan pemutaran video kasus investigas yang diputar di ruangan lantai 4 tersebut. Yang saya liat adalah pemutaran film para korban malpraktek yang sangat menarik. Para korban yang menjadi "bintang" di film dokumenter tersebut tidak ditampakkan utuh wajahnya mungkin untuk alasan keamanan.

"Pemakaian nama samaran buat para korban perkosaan seperti Mawar, dan bunga sering membuat stikma di masyarakat walaupun bisa saja terjadi si korban memang bernama mawar" kata Mas Farid Gaban.  Beliau mewanti wanti agar materi yang disampaikan sang wartawan harus lead kepada pengungkapan si pelaku dan bukan mengupas secara detail si korban, kata mas Farid Gaban

PEMBICARA :  Mas Farid Gaban (duduk paling kiri) dan dua pembicara lainnya di hari teakhir in house training tentang liputan investigasi Senin kemarin (26/11). Foto Asep Haryono

COACHING :  Pimred Pontianak Post, Drs. Salman, juga memberikan arahan kepara "pasukan darat" nya para wartawan kota dan daerah yang hadir di acara terakhir tersebut.  Foto Asep Haryono

FOTO BARENG:  Para peserta In House Training Pelatihan Investigasi resmi berakhir hari Senin kemarin (26/11) dan dilanjutkan foto bersama.  "Lumayan bisa dipasang di facebook"  kata Asri, wartawati Pontianak Post kepada saya.   Foto Asep Haryono
KUESIONER :  Para peserta In House Training Liputan Investigasi  juga mendapatkan lembaran kertas berupa Survey Persepsi Wartawan Tentang Jurnalisme Investigasi. Hayuu diisi dulu ya kawan kawan.   Foto Asep Haryono

Jangan Menyiksa Pembaca
Sesuah materi pemutaran film berakhir, kemudian dilanjutkan dengan materi kuliah yang juga bertema laporan investigasi.   "Walaupun informasi yang dimiliki sang wartawan cukup banyak, namun haruslah fokus pada apa yang akan disampaikan kepada para pembacanya, dan jangan menyiksa para pembaca untuk memahami apa yang ditulis sang wartawan"  kata Mas Farid Gaban   Yang dimaksud "menyiksa" di sini, menurut mas Farid Gaban , adalah penulisan istilah asing, pemakaian Jargon, atau istilah ilmiah lainnya.

Saya sempat bertanya kepada Drs.Salman, pimred Pontianak Post , "apakah team yang menjadi pembicara kemarin itu adalah bagian dari Jawa Pos News Network (JPNN) Surabaya?".  Pak Salman menjawab "Oh bukan sama sekali, mereka bukan dari JPNN Surabaya, tetapi team yang merupakan bagian dari paket hadiah yang diterima oleh Heriyanto Sagiya".   Siapakah Heriyanto Sagiya itu?.

Heriyanto Sagiya adalah pemenang I kompetisi jurnalistik yang diselenggarakan International Finance Corporation (IFC), sebuah lembaga keuangan di bawah Bank Dunia. Penghargaan “IFC Indonesia Journalist Writing Contest 2012” ini dilaksanakan tanggal 19 Nopember 2012 lalu di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta. Dia adalah wartawan Pontianak Post yang memenangi kompetisi ini sedangkan juara kedua diraih Bisnis Indonesia, sementara juara ketiga diraih oleh Kompas

"Jadi buatlah tulisan yang mudah dipahami oleh orang awam sekalipun sehingga bisa memahami apa yang kita sampaikan , namun juga tidak membuat bosan oleh mereka yang pakar. Nah di sinilah tantangannya bagi para wartawan"
kata mas Farid Gaban.  Walaupun saya buka wartawan, namun mataeri mas Farid Gaban bagaikan emas bagi saya, saya banyak belajar dari materi kuliah yang beliau sampaikan di hari penutupan In House Traning pelatihan investigasi kemarin itu. (Asep Haryono)
Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Ini masih ada kaitannya dengan tulisan saya yang berisi dan berjudul tentang memiliki perpustakaan pribadi memang menyenangkan yang berhasil saya publikasikan di blog kesayayangan saya ini pada hari kamis kemarin tanggal 15 Nopember 2012, saya sudah paparkan hal hal yang berkaitan dengan pinjam meminjam buku walau tidak detil. Nah pada kesempatan yang berbaha-GIA kali ini saya coba menawarkan diskusi tentang kiat kita menambah koleksi Buku Perpustakaan

Salah satu hal yang sering membuat pemilik buku merasa kesal bin jengkel adalah buku yang sudah dipinjam tersebut kembali dalam kondisi yang sudah tidak baik atau rusak atau cacat.  Lebih sebel lagi adalah jika buku yang sudah kembali dan dalam kondisi cacat tersebut dikembalkan dalam waktu yang cukup lama. Akan lebih lama lagi kalaw kita sendiri tidak menagih atau menanyakan kepada peminjam kapan buku tersebut dikembalikan.

Yang lebih bikin keder lagi adalah sudahlah buku dikembalikannya terlambat, kita dahulu yang menegur atau menanyakan kapan buku dikembalikan, eh buku yang dikembalikan pun kondisinya sudah "babak belur" atau sudah rusak tidak menentu.  Kan ini juga bisa membuat kita kapok untuk memberi pinjaman buku kepada orang lain tanpa ada MoU (memorandum of understanding) antara kita dengan pihak peminjam. Berikut akan saya sampaikan tips atau kiat praktis versi blog ini buat bahan diskusi bersama

Lemari Perpustakaan

Ini memang tidak harus, dan tidak ada ketentuan yang "mewajibkan" kawan kawan untuk memiliki lemari perpustakaan khusus seperti yang sudah kami miliki namun jika koleksi buku buku kawan kawan semakin banyak maka wadah semacam kardus atau kotak sementara untuk menampung buku buku tersebut mungkin sudah tidak layak lagi.  Ancaman basah atau lembab di tanah (jika lantai rumah masih tanah) atau lantai keramik yang dingin diwaktu malam memang mengancam buku yang bisa jadi ikut lembab.

Lebih seyem lagi adalah digigit rayap atau mungkin Tikus yang memang doyan gigit apa saja yang bisa saja mengancam koleksi buku kawan kawan yang diletakkan di dalam kardus atau dilantai.  Jangankan makanan atau sisa sisa makanan, kertas pun bisa digigitin sama tikus.  Entah apanya tikus yang hobi banged gigitin kertas. Tikus gigit uang juga banyak, buktinya banyak sekali "tikus tikus" yang menggerogoti uang rakyat, dan melakukan kejahatan korupsi juga pantas saya sebut tikus.  Tikus yang makanin uang rakyat ini enaknya diapain ya kalaw ketangkep?.


ACAK : Biarpun saya sudah pernah Diklat Perpustakaan di Perpusda Kalbar selama 2 minggu tahun 97 an lalu, namun saya tidak menerapkannya sama sekali. Njelimet. Tak perlu pake katalog segala walau pun sudah diajar ilmunya.  Halah tinggal susun rapih wis plek selesai dah. Foto Asep Haryono


Ada banyak macam model dan harga sebuah lemari perpustakaan mulai yang berharga ratusan ribu hingga berharga Jutaan rupiah nah terserah kawan kawan mau milih yang mana.  Sebab dengan meletakkannya dalam lemari perpustakaan selain untuk safety juga untuk estetika dan sedap dipandang mata dan menambah semangat bagi siapa saja yang pasti tergiur melihat deretan buku buku dan sangat mengesankan.  Ini bagi yang hoby baca yah soalnya yang nda hobi baca ketemu sama buku bagus pun cuek aja hiehiehiee.  Selera kan. Kalaw orang nda selera baca buku masa iya kita paksa? Jangan dipaksa donk

Merawat Koleksi Pustaka
Nah ini termasuk bagian yang cukup rumit dan sulit bagi saya yang awam ini. Walaupun saya sudah mengikuti DIklat yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah (Perpusda) Propinsi Kalimantan Barat selama 15 (Lima Belas) hari sekitar tahun 1995 yang lalu, namun saya hanya dibekali hal teknis mengenai pendataan dan pengadministrasian koleksi perpustakaan.  Untuk kiat kiat merawat sebuah koleksi cetak dan rekam tidak banyak materinya.  Nah khusus untuk merawat koleksi pustaka ini saya masih brosing sana sini dan bertanya lagi lebih banyak kepada yang ahli.

Koleksi Foto misalnya, saya menyesal sekali karena album foto foto Jadul yang saya punya kondisinya sudah sangat menyedihkan dan rusak parah karena lengket di sampul plastik albumnya masing masing.  Kalaw tau jadinya begini mungkin foto foto jadul tersebut saya scan dulu dengan scanner dan disimpan dalam bentuk file JPG atau JPEG dan disimpan dalam CD (bukan celana dalam yah-red).  Salah satu keunggulannya adalah file foto bisa dicetak ulang lagi jika diperlukan.  Ini salah satu kiat merawat (preserve) suatu karya pustaka foto (rekam) yang bisa diterapkan oleh siapa saja.

Koleksi berbentukBuku Kamus bisa rusak karena alam (cuaca) atau karena perbuatan manusia. Misalnya kamus Meja Collins COBUILD Bahasa Inggris pemberian rekan saya Mr Anthony Crocker dari The British Council Jakarta itu sampul depannya rusak disobek sobek anak saya.  Nah ini juga salah satu resiko yang bisa saja menimpa koleksi buku atau kamus kawan kawan.   Saya sempat mengabadikan kamus Collin kebanggaan saya itu beberapa tahun yang lalu, dan dibandingkan dengan kondisi foto kamus tersebut sekarang. Lihat foto foto dibawah


TANPA SAMPUL :   Inilah salah satu kamus kebanggaan saya COLLIN pemberiaan dari Mr Anthony Crokcer dari The British Council Jakarta yang kini sudah tidak berbentuk lagi sampulnya. Sampulnya rusak sama anak saya. Ini foto terbaru. Diambil hari Selasa (13 Nopember 2012). Foto Asep Haryono

FOTO ASELI : Nah inilah dokumentasi foto lama saya, nah keliatan di sini kamus Collin yang masih sangat bagus Sampulnya sempat saya rekam gambarnya. Foto ini dijepret manual dengan sistim TIMER dan menggunakan TRIPOD yang saya pasang di depan saya dengan jarak 2 meter sekitar tahun 2010 yang lalu kalaw tidak salah.  Foto Auto

Album foto yang ada sampul plastiknya sangat rentan lembab dan mengeluarkan uap air, nah foto foto tersebut jika terlalu lama di simpan dalam album bersampul plastik transparan dan menguap bisa menyebabkan bahan kertas foto menjadi lembab dan menyebabkan lengket pada sampul plastiknya hingga saat foto itu dikeluarkan dari sampul plastiknya, maka rusaklah bahan kertas foto tersebut.  Dan saya sudah sering mengalami hal seperti ini, dan rasanya sangat kesal apalagi foto tersebut jadul dan berarti.  Scan foto tersebut dalam bentuk JPG atau JPEG adalah salah satu solusinya.  Lakukan sebelum terlambat.

Menambah Koleksi Perpustakaan
Ada banyak cara atau tips praktis bagaimana menambah koleksi Buku perpustakaan kawan kawan misalnya saja yang paling mendasar (basic) sekali adalah dengan merogoh kocek sendiri mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli buku baik buku baru maupun buku yang sudah tidak baru alias second.  Buku buku bekas (second) juga tidak kalah dengan buku buku yang baru dari segi kontennya.  Usahakan untuk tidak membeli buku buku atau kamus Bajakan karena selain tidak santun juga bisa membuat kuciwa pengarangnya. Belilah buku buku yang aseli dan orijinal dan bukan bajakan.  

Bajak membajak (piracy) adalah perbuatan mencuri. Mencuri adalah perbuatan melanggar hukum dan oleh karenanya pembajakan buku bisa dikatagorikan sebagai perbuatan kriminal (Piracy is stealing, stealing is againts the law. Piracy is criminal) begitu kira kira bunyi kalimatnya yang saya kutip dari preview sebuah VCD.   

HADIAH : Inilah contoh koleksi buku FREE alias BUKU Gratisan yang saya saya miliki. Ada yang diperoleh karena pemberian dari kawan, atau hadiah (give away) sebuah kompetisi atau kuis berhadiah buku yang berhasil saya menangkan . Nah buku buku gratisan inilah yang punya andil menambah koleksi buku perpustakaan menjadi semakin banyak. Foto Asep Hartono

Cara lain dalam menambah koleksi buku perpustakaan adalah dengan mengikuti KUIS BERHADIAH BUKU baik yang diselenggarakan oleh toko buku, kuis kuis GA nya Blogger atau juga hasil dari pemberian orang lain atau hadiah.  Sudah hanyak blogger yang lucky dapat hadiah hadiah buku, dan tentunya sangat menyenangkan bukan?  Saya pernah membaca certia seorang blogger yang dapat hadiah Kuis Buku senilai Rp.250.000,- (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Amazing.  Beruntung sekali dia.(Asep Haryono)
Catatan Asep Haryono

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB hari Jumat tanggal 23 Nopember 2012 yang lalu adalah jam saya off alias sudah saatnya pulang. Jam kerja saya memang dari hari Sening sampai dengan hari Sabtu (kecuali hari ahad/Minggu) mulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB dengan waktu jeda makan siang (lunch) selama kurang lebih 1 (satu) jam.

Tiba tiba Kak Evi, Senior Assistant To Secretary, membisikkan kepada saya bahwa ada kunjungan mendadak Habiburrahman El Shirazy ke ruang redaksi lantai 5 yang memang "habitat" saya dan kawan kawan di jajaran redaksi Harian Pontianak Post. "Huaaa  Kang Habib yang penulis novel Best Seller Ayat Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih mau mampir ke sini duh duh gimana nih" gumam saya dalam hati.  Beliau memang fave saya , dan saya selalu mengikuti perkembangan film film beliau beberapa tahun terakhir ini.

Begitu senangnya saya dengan film film karya Kang Abik ini, bahkan sampai saat sang istri tercinta mengandung anak pertama dan sudah menginjak bulan ke 9 (sembilan) sekitar bulan Pebruari 2008 yang lalu momennya bertepatan dengan pemutaran premiere film Ayat Ayat Cinta di kota Pontianak. Saya ajak sang istri menonton pemutaran film (AAC) di Gedung Bioskip Ahmad Yani 21 Mega Mall Pontianak.  Sampai sekarang momen menonton film AAC bersama sang istri yang sedang hamil sangat berkesan sampai sekarang. 

Sempat Tidak Berharap Berjumpa
Dalam catatan saya  salah satu pemeran film Ayat Ayat Cinta (AAC) yakni Fedi "Fahri" Nuril pernah bertandang ke kota Pontianak dalam rangka memenuhi undangan Panitia Masjid Mujahiddin Pontianak dalam sebuah diskusi yang berjudul "Meet and Greet, Diskusi santai membahas fenomena AAC dalam perspektif Islam"  pada tanggal  30 Maret 2008 Ba'da Ashar.   Detil ya karena memang kehadiran "Fahri" santer dan cukup populer saat itu menghiasi berbagai media cetak yang terbit di Pontianak. Sayang sekali saya tidak sempat hadir di acara tersebut.

Kenapa tidak sempat? Saya sudah tidak ingat lagi mengapa tidak (Sempat) padahul eh padahal jarak antara Masjid Mujahidin Pontianak dengan Graha Pena sangat dekat, dan cukup beberapa menit saja sudah sampai.  Walhasil saya hanya membaca tulisan dan berita "Fahri" saja di surat kabar dan beberapa media cetak lainnya yang terbit di kota Pontianak saat itu. "Ah kapan ya bisa berjumpa lagi dengan bintang atau Pemain Ayat Ayat CInta lainnya, ah kapan ya" kata saya dalam hati.


SILATURAHMI.: Momen saat Kang Abik bertandang ke Redaksi Pontianak Post bersama kawan kawan dari Forum Lingkar Pena Kalimantan Barat kemarin (23/11).  Turut hadir di pertemuan Foto Asep Haryono

CINDERAMATA.  Begitu silaturami selesai, diakhir dengan pemberian kenangan kenangan dari Harian Pontianak Post yang diserahkan langsung oleh Editor In Chief, Bapak Drs. Salman secara langsung dengan Kang Abik.  Foto Asep Haryono

PONTV :  Kang Abik juga didaulat untuk wawancara di jaringan televisi Group Pontianak Post, PonTV, Foto Asep Haryono

AKHIRNYA JUMPA : Inilah akhirnya saya malah berfoto bersama pengarang Best Seller Ayat Ayat Cinta dan KCB, Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik.  Foto ini diambil kemarin saat beliau bersilaturahmi ke Redaksi Pontianak Post lantai 5 hari Jumat, 23 Nopember 2012.  Dream comes true.  Foto Istimewa

Dulu memang pernah ada Audisi Pemilihan 5 Bintang Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang juga merupakan maha karya dari Habiburrahman El Shirazy atau akrab disapa kang Habib di Kota Pontianak tepatnya di selenggarakan di Museum Negeri Kalimantan Barat yang terletak di Jalan Ahmad Yani beberapa tahun yang lalu.  Saya sudah melihat langsung di sana dan berjumpa dengan Neno Warisman sebagai salah satu team yang menyeleksi para calon bintang tersebut. Sayang sekali saya nda ngeFans dengan Neno Warisman, jadi tidak ada foto foto.  Salah satu "penyakit" saya memang demen foto bareng dengan seleb atau tokoh soalnya hiheiheihiee

Saya pendam saja harapan dan keinginan saya yang membuncah untuk bertemu dengan para pemain film Ayat Ayat Cinta (AAC) atau Ketika Cinta Bertasbih (KCB) sejak tahun 2008 lalu.  Namu akhirnya kesempatan datang juga kemarin. Tidak tanggung tanggung saya berjumpa dan foto bareng dengan pengarang kedua buku Best Seller tersebut yakni Habiburrahman El Shirazy atau akrab disapa kang Habib. 

Kesempatan ini tidak saya sia siakan. Dengan kamera poket Nikon Coolpix yang embed kemana saja saya pergi akhirnya kembali in action. Itulah enaknya punya kamera saku sendiri dan siap stand by setiap saat. Jika ada momen momen langka seperti ini bisa langsung didokumentasikan.   Momen penting atau langka biasanya mendadak. 

Apa saja yang Kang Abik bicarakan di pertemuan itu? Wow saya yang hadir juga dalam forum pertemuan tersebut mencatat beberapa hal penting.  Termasuk diantaranya adalah pendapat beliau tentang isu POLIGAMI  yang tersirat dalam film Ayat Ayat Cinta (AAC). Namun untuk menghindari POLEMIK hasil catatan saya di pertemuan tersebut yang membahas isu ini tidak saya cantumkan. Sebab berpotensi membuat kerusuhan hiheiheiheiheie.   Trims Kang Abik sudah mampir ke Pontianak.  (Asep Haryono)
Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

"Baru tau saya kalo judul profesinya kang asep itu "website content specialist" hehehe.." kata Miss Syahdini dalam kolom komentar di postingan saya yang berisi dan berjudul "Gotong Royong Merapikan Jalan Komplek". Hiheiheie  Mungkin kawan kawan ada belum mengetahui memang demikian nama atau judul posisi saya. Namun pada umumnya sih profesi di media sini biasanya cenderung mengarah ke Wartawan (Journalist), karena posisi tersebut disebut demikian. 

Bekerja dengan koneksi internet yang cukup nyaman speednya sekitar 100.0 Mbps Local Area Connection gitu deh. Oh ya apa itu Mpbs ? Well,  Ketika disebut dengan istilah Mbps, artinya adalah megabits per second, yakni suatu satuan ukuran untuk kecepatan data transfer di mana satu megabit sama dengan 1.000.000 bits.   Khusus untuk transmisi jaringan atau Network misalnya biasanya diukur dengan satuan Mbps ini, nah cukup jelas bukan.

Dengan speed seperti ini membuat akses browsing ke semua sumber referensi di internet bisa berlangsung cukup nyaman setidaknya untuk ukuran saya.  Beberapa rekan kerja saya khususnya di bagian kotak katik gambar, para pendekar Corel, pendekar Photoshop, atau biasanya para habitatnya lay out designer dan desain grafis sangat memerlukan kecepatan seperti ini karena banyaknya data yang harus di store dalam hardis induk atau server. Huaaaaaaa Ngomong apa sayah?

Cukup Menarik Sekali
Primary kerjaan saya sebenarnya mengunggah data dan teks koran Pontianak Post ke dalam situsnya, namun untuk saat ini situs web Pontianak Post belum dapat diakses karena masih dalam tahap pengembangan. Menurut gosipnya sih tampilan halaman depan dan Content Management System (CMS) yang dipakai akan dirubah. Selama ini Content Management System (CMS) adalah PHP, dan saya harap sistim CMS yang baru nanti juga menggunakan CMS yang sama saya harap sih demikian. Maunya saya sih hieiehiee.

Nah sambil menunggu sistimnya diperbaiki, dari divisi saya dimintakan untuk "bantu bantu" departemen di bawah Redaksi yakni sebagai asistensi Sekretaris Redaksi. Hiheiheie apa pula namanya asistensi? Iya maksudnya Asisten Tidak Resmi karena permintaan ini hanya bersifat temporary atau sementara.  Kalaw dalam bahasa gaulnya dunia kerja ya di alih daya kan hahahahhaa.  Departemen lain "dipinjam" untuk mem back up departemen yang lain.  Namun terlepas dari itu semua job job yang saya amati di departemen redaksi ini memang mengasyikan dan cukup menarik.

Setelah mendapat "pembekalan" atau "short training" dari Kak Evi saya pun segera menduduki "posisi" sebagai salah satu staf asisten Sekretaris Redaksi Pontianak Post dengan rangkaian kegiatan rutin hariannya yang bisa saya gambarkan sebagai berikut : 
  1. Mendata Penyumbang Dompet Simpatik
    Saat ini sedang membuka Dompet Simpatik, ini artinya ada pihak yang perlu bantuan pendanaan untuk operasi dan mereka sudah diseleksi dengan ketat dan layak mendapatkan bantuan dari masyarakat. Sumbangan dari masyarakat inilah yang diterima untuk kemudian disalurkan kepada yang berhak. Macam macam lah ada Operasi Bibir Sumbing, Operasi Tumor Mata dan lain sebagainya. Saya sering diminta untuk menghandle penerima orang menyumbang.

  2. Scanning  Surat Pembaca (Typing)
    Surat pembaca dari masyarakat ada yang diantar langsung ke meja redaksi dalam bentuk ketikan atau print komputer namun tidak sedikit dengan menggunakan tulisan tangan (Hand writing)..  Tidak melalui email. Jadi surat pembaca ala surat Pos tersebut harus di scan terlebih dahulu untuk kemudian di edit oleh redaktur yang menanganinya. Proses scan nya cukup mudah, dan alat alat scanner dari segala tipe ada di sini lengkap dengan printer lasernya yang lumayan canggih menurut ukuran saya. Nah jika Surat Pembaca tadi pake tulisan tangan, maka harus saya  ketik ulang. 

    Kadang juga para pelajar SMA yang mengirimkan profil sekolahnya untuk dimuat di halaman Koran Sekolah dalam bentuk data flash disk juga saya bantu untuk dipindahkan (data transfer) nya. Jika ada kiriman karikatur juga saya yang bantu scan nya.  Nah menarik sekali bukan?

    SCAN : Ini foto saat saya membantu scan Kiriman Karikatur dari Pelajar SMA yang mengirimkan profil sekolahnya untuk diteribatkan di halaman Sekolah.  Ini salah satu "job" baru saya sebagai asisten sekretaris redaksi. Foto by Kekes
  3. Data Transfer
    Surat Pembaca dari masyarakat kadang tidak berbahan kertas (Surat ketikan) atau juga dalam bentuk kiriman Email, namun dalam bentuk data flash disk, atau CD. Nah memindahkan data dari flash atau CD ke dalam file file redaksi di jaringan.   Memindahkan data CD atau flash disk ini bukan tanpa resiko terkena Virus.  Makanya setiap hari Kompie kompie yang digunakan selalu "dibersihkan" dari virus yang sering bikin galau itu.

  4. Tugas Caraka antar koran
    Hiehiheiee. Ini sudah kaya OB aja hiheiee.  Tidak ada masalah sih soalnya kan sekalian jalan. Ruangan "habitat" saya di Lantai 5 kan melewati lantai 2, divisi marketing tempat "habitat" nya koran koran yang harus di antar ke semua divisi atau bagian.  Jadi untuk "jatah" lantai 5 tempat "habitat" saya harus diambil dahulu kemudian ada petugas lagi yang mengaturnya sedemikian rupa.  Tugas ini sering ditangani oleh Kak Lisa atau Bang Ipung (staff OB) namun kadang pun merangkap OB untuk antar koran lantai 2 ini ke lantai 5 ruangnya kita kita

    SIAP DIANTAR : Tumpukan koran yang sudah diikat ikat ini adalah milik masing masing departmen atau divisi yang harus diantar oleh petugas Carakanya masing masing. Saya hanya ambil koran untuk departemen di Lantai 5 saja. Foto Asep Haryono
  5. Nyusun Kue Rapat Horee makanannn
    Horeee ini yang paling saya suka. Food Food Fooooooooood hiehiheiee.  Lantai 5 "habitat" saya ini memang sering dipakai untuk menerima kunjungan atau tamu tamu datang.  Nah menyusun snack atau sajian kue kue untuk pengunjung atau peserta rapat adalah hal yang sangat menyenangkan. Hiheiheieie. Kue kuenya macam macam ada yang ringan sampai kelas berat alias nasi lengkap. Hiheiheiee. Bubur tidak disajikan di sini. Masa sih tamu disuguhi bubur ayam sih hiheihiee.  Kadang saya juga bantu teman teman OB untuk menyusun kursi kursi buat yang pada rapat di meja bundar Lantai 5 itu

  6. Back Up Foto dokumentasi
    Kadang saat datangnya tamu rombongan atau kunjungan mendadak suatu instansi atau perorangan di lantai 5 itu tidak sempat diabadikan atau diambil fotonya oleh mas Timbul , mas Haryadi, atau Mas Shando Safela, fotograper resmi kantor.  Hal ini dimungkinkan mengingat fotografer kantor sedang at large atau "berkeliaran" di lapangan. Dengan kata lain sedang berada di lapangan. Nah kebetulan saya punya kamera saku mini alias poket juga cukup lumayan bisa berguna.  Beberapa foto hasil jepretan kamera mini saya sering dipakai oleh redaksi dan dimuat di koran hari esoknya.

  7. Jasa Penterjemah (Intepreter)
    Ini memang jarang terjadi. Pada umumnya tamu tamu bule atau tamu asing yang datang berkunjung ke redaksi di lantai 5 sudah dilengkapi dengan penterjemah mereka sendiri.  Dan juga rata rata wartawan (journalist) kita juga sudah bisa menggunakan Bahasa Inggris. Namun kadang saya juga "dipake" redaksi untuk "bantu bantu" menjadi penterjemah Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia atau sebaliknya. Namun ini jarang terjadi, bisa dibilang begitu. Tiada rotan akar pun jadi, dan sayalah akarnya hiehiheiheiheiee

    GUIDE DADAKAN : Foto dokumentasi bulan Januari 2006 lalu saat saya menjelaskan dalam Bahasa Inggris tentang halaman koran yang digawangi oleh Sigit kepada  Darren Turner, International Admissions Officer dari Flinder University Australia dan rombongan Australi Education Cente (AEC)  saat berkunjung ke redaksi Pontianak Post. Foto Mas Timbul/Pontianak Post
Foto mas Timbul/Pontianak Post 

Foto mas Timbul/Pontianak Post

Nah kira kira itulah  "tugas" saya yang baru sekarang di departemen redaksi sebagai asistensi alias asisten tidak resmi sekretaris redaksi. Sebab untuk membuatnya legal maka harus dilengkapi dengan  Surat Keputusan (SK) yang ditanda tangani oleh pejabat di kantor saya, petinggi lah gitu kira kira.  Jadi selama SK nya belum turun, maka sifat asistensi ini tidak formal alias informal dan lebih cenderung kepada "bantu bantu" saja.  Selama masih bisa dikerjakan, dan itu cukup menarik dan challenging, ya mengapa tidak. Why Not? (Asep Haryono)
Foto Asep Haryono
Dari Kunjungan TK B Islam Alzhar 21
Catatan Asep Haryono

Hari kemarin Selasa tanggal 21 Nopember 2012 kantor saya kedatangan tamu tamu cilik dari TK B Islam Al Azhar 21 Pontianak yang berjumlah sekitar 80 (delapan puluh) anak lengkap dengan guru guru pembimbing dan beberapa orang tua murid.

Saya yang saat itu sedang asyik berkutat di "habitat" saya diminta oleh Silvina (atau biasa disapa dengan Kak Evi-red) untuk "bantu bantu" menerima kunjungan anak anak tersebut. "Kang Asep nanti ke atas ya, bantu bantu" kata Evi.   Menurut jadualnya sih kedatangan rombongan anak murid dari TK B Islam Al Azhar 21 Pontianak ini akan diterima di lantai 6 (enam) yang memang dikhususkan untuk menerima kunjungan tamu rombongan anak sekolah.

"Oke siap" jawab saya spontan. Saya sudah tau rencana kunjungan tersebut karena sudah disosialisasikan sebelumnya. Saya masih bingung juga bagaimana menghadapi anak anak TK ini walaupun istri saya dahulu adalah mantan Guru TK di sekolah tersebut, namun saya masih bingung juga jika harus berinteraksi dengan anak anak TK di depan kelas. Selain karena memang miskin pengalaman, bercerita di depan anak anak TK adalah "sesuatu" buat saya dan rasanya penasaran juga.


Jadi Operator OHP
Bagi yang tidak terbiasa dengan riuh rendah nya suara anak anak TK seperti saya tentu seru juga hingga binggar anak anak yang berlari ke sana ke mari dan bercanda dan ketawa ketiwi dengan lengkingan suara mereka yang nyaring sekali hiheiheiheiee.  Tidak hanya anak perempuan saja, tetapi yang teriak teriak juga dilakoni oleh anak laki jadi mereka pada kompakan hiheiheiheiheiee.  Anak saya sendiri memang bersekolab di TK Islam AlAzhar tersebut, namun pada kunjungan kali ini yang datang adalah kelas B nya. Ya kelas TK B nya yang datang berombongan bersama sama "menyerbu" kami hiheiheieee.

"kami dari TK B Islam Al Azhar mengucapkan banyak terima kasih buat Pontianak Post yang sudah menerima anak anak kami untuk belajar tentang Komunikasi sesuai dengan tema hari ini, semoga kebaikannya di balas sebagai amal yang baik oleh Allah SWT"  kata Bu Lia yang bertindak sebagai leader dari anak anak tersebut mewakili Kepala TK/KB Islam Al Azhar.   Kemudian acara yang dimulai dari jam 09.10 WIB tersebut mendapat sambutan oleh bapak Drs Salman, Editor in chief Pontianak Post yang menyambutnya dengan memberikan sambutan hangatnya.   

CINDERA MATA : Pak Salman, Pimred Pontianak Post menerima kenang kenangan dari TK B Islam Al Azhar dari salah seorang murid. Disaksikan oleh dari kiri ke kanan : Ramadhan (Penyiar PonTV), Bu Lia sebagai pimpinan rombongan.  Foto Asep Haryono

WALI MURID : Beberapa wali murid atau orang tua murid menyertai rombongan TK B Islam Al Azhar ini. Acaranya cukup meriah ada tanya jawab, game, dan juga menyanyi segala.  Foto Asep Haryono
PENJELASAN : Kak Evi, asisten Redaksi, memberikan penjelasan singkat mengenai rubrik atau halaman yang ada di koran Pontianak yang terbit setiap harinya.  Foto Asep Haryono

Saya beruntung sekali dapat menyaksikan field trip TK B Islam Al Azhar ini secara langsung dan bertindak sebagai operator saja yang tugasnya tinggal pencet pencet tombol.  Untuk urusan tampil on stage di depan anak anak sudah ditangani oleh yang lain hiehieiehiee.  Bilang aja ngeles nda mau di depan anak anak TK iheiheiheiee. Mrs Silvina atau biasa disapa Kak Evi menjelaskan secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak anak TK itu mengenai halaman halaman yang ada di koran Pontianak Post. 


Bernyanyi Dan Berisik
"Dunia anak anak memang dunianya bermain main, jadi belajarnya anak adalah dengan bermain, dan dari proses bermain itulah anak anak belajar" kata Ibu Diana Ekarini, S.Ag , former atau mantan Kepala TK/KB Islam Al Azhar Pontianak yang pernah saya temui beberapa tahun yang lalu.  Nah saya teringat kata kata itu dan saya sudah menyaksikan betapa anak anak TK B Islam Al Azhar Pontianak ini tetaplah anak anak yang suka bermain ke sana kemari, berteriak namun kadang juga ada tingkah polah mereka yang membuat kita tersenyum.

Yah namanya juga anak anak. Apa saja akan menjadi target mereka untuk diporak porandain seperti memegang dan menggoyangkan tikar atau alas tempatr duduk, dan menggerakkan in focus yang saya jaga di ruangan itu hiehiehiheiee.  Beberapa kali saya harus membetulkan letak in focusnya akan memancar tepat di layar (screen). Misalnya saja ada anak yang begitu seriusnya memperhatikan sang guru pembimbingnya tampil di depan tidak menghiraukan wali muridnya memanggil manggil. Hiehiehie serius nih yeee

SERIUS :  Begitu terpananya anak anak ini melihat gurunya di depan.  Ada juga yang pegang hidung, dan ada yang melamun hieiehiehie.  Anak anak memang menggemaskan.  Foto Asep Haryono

SENAM OTAK : Bukan hal mudah melakukan senam otak seperti ini , jari kiri dan kanan suka nda kompak dan susah banged raanya, Anak anak pun turut mencobanya sambil bernyanyi.   Foto Asep Haryono

MEMANDU : Bu Lia sebagai pimpinan rombongan duet dengan Ramadan , Penyiar PonTV memandu anak anak. Acaranya dilanjutkan dengan bernyanyi. Hayuuu siapa yang bisa nyanyi.  Foto Asep  Haryono


GURU :  Beberapa guru pembimbing dan guru kelas juga hadir menyertai rombongan anak anak TK B Islam AlAzhar ini. Foto Asep Haryono

Penyiar PonTV beserta crew cameraman sibuk mendokumentasikan acara ini dan juga menyiarkan secara real time melalui channel PonTV, disiarkan live sehingga pemirsa di rumah juga bisa mengikuti seru dan hebohnya acara Field Trip anak anak TK B Islam Al Azhar Pontianak ini. 

"Hayuuu siapa yang mau masuk tipi, ada yang mau pengen masuk tipi, hayuu tunjuk tangannya"  kata Ramadan.  Anak anak pun berebut unjuk tangan mauuuuuuuuuuuuuu.  HIheieiiehiehie. Uniknya anak anak bergaya di depan Televisi yang memang dipajang di dinding dan bukan bergaya di depan kamera yang sedang menyorot mereka.   Sampai cameraman teriak dek.. "adek. liatnya ke siniiiiii" sambil menunjuk ke arah kameranya.(Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia