Gambar dari Internet
Hampir Gagal Berangkat Sampai Gunung Meletus
Catatan Asep Haryono

Mudik, satu kata yang amat lekat dengan budaya dan kebiasaan Indonesia saat ini memang masih menjadi harapan dan impian beribu ribu bahkan berjuta juta penduduk Indonesia di mana saja berada.   Tulisan ini adalah sekelumit pengalaman mudik kami sekeluarga ke Jogjakarta pada bulan Nopember 2010 lalu bisa menjadi catatan manis bagi kami sekeluarga yang tidak dapat kami lupakan.

Satu kata "mudik" sangat erat dihubungkan dengan tradisi merayakan hari raya lebaran di kampung halaman, dan ungkapan yang sering kita dengar "mudik lebaran" sudah sangat akrab di telinga kita. Kebiasaan mudik memang salah satu ciri paling Indonesia ini seakan mewabah dari pelosok pedesaan di tanah air hingga menjalar ke daerah perkotaan.

Mengapa bisa menjalar ke daerah Perkotaan? Dimana sebenarnya warga kota ingin mudik ke kampung halamannya. Sebenarnya susunan kalimatnya hanya dibalik balik saja karena ada sebagian warga yang justru "back to nature" atau kembali ke alam dalam artian mudik tidak selalu dipersepsikan ke sebuah desa atau luar kota melainkan mudik ke kota besar tempat mereka dilahirkan. Istilah "mudik kota" atau "mudik kampung" adalah dua kata yang pada prinsipnya adalah sama yakni mobilitas orang dan barang ke suatu tempat ke tempat lain dalam suatu kegiatan atau selebrasi

Petugas Check In Tidak Bisa Ditipu
Saya dan keluarga mudik lebaran pada tahun 2009 yang lalu, dan cukup banyak persiapan yang harus kami lakukan sebelum merencanakan untuk mudik di kampung halaman di Kulon Progo, Jogjakarta. Hal yang pertama yang menjadi pertimbangan kami sekeluarga adalah menyesuaikan jadual cuti antara saya dengan jadual mengajar istri agar terdapat kesamaan atau minimal tidak terpaut terlalu jauh.

Kebetulan saja saya mengajukan cuti untuk mudik kampung selama 6 (enam) hari dan begitu juga dengan masa liburan sekolah yang digawangi sang istri juga mendapat "free" beberapa hari hingga satu minggu lamanya, dan setelah jadual ini klop maka mulailah agenda mudik kampung disusun menurut skala prioritas mulai dari siapa saja yang akan diikutsertakan dalam mudik , agenda kegiatan apa saja yang akan dilakukan di lokasi mudik, buah tangan (oleh oleh) apa yang akan dibawa hingga kepada moda transportasi apa yang akan digunakan harus direncanakan dengan baik.

Belum lagi dengan kondisi sang istri yang hampir waktunya untuk melahirkan anak kami yang ke 2 saat itu yang juga memerlukan perhatian ekstra dan izin dari dokter yang merawatnya agar bisa terbang dengan menggunakan pesawat terbang.  Setelah izin di dapat dari dokter yang merawatnya, maka kami pun segera merumuskan hal hal urgent lainnya  tadi dan semuanya juga harus melalui tahapan diskusi dan bahasan mengingat persediaan dana yang juga harus dipikirkan bersama juga

Kami pun akhirnya bersiasat bagaimana caranya meloloskan putra kami yang tertua agar lolos dari pemeriksaan umur sehingga kami pun "terpaksa" memalsukan umur anak kami menjadi di bawah 22 bulan agar lolos dari harga dewasa (adult) yang biasa kami terima, dan biro travel yang kami pesan pun berhasil kami buat sedemikian rupa sehingga anak tertua kami, Abbie , melenggang begitu saja, dan 2 (dua) tiket pesawat udara jurusan Pontianak - Jogjakarta berhasil kami peroleh, dan anak tertua kami masuk dalam kelompok bayi (infant) dengan biaya murah tentu saja.

Kami pun bergegas dengan menumpang mobil kawan kantor, kami sekeluarga lengkap dengan barang bawaan kami mulai dari makanan ringan yang akan kami makan selama di perjalanan, oleh oleh yang akan dibagikan kepada sanak family di kampung, peralatan dokumentasi seperti kamera saku, sejumlah buku bacaan dan tentu saja uang yang memadai dan 2 (dua) tiket pesawat sudah lengkap semua.

Dan dari sinilah peristiwa yang membuat kami tersenyum senyum jika mengingat ingat kejadian di Bandara Supadio saat check ini terjadi. Sampai sekarang kami suka menerawang dan senyum sendiri jika mengingat peristiwa konyol saat check in di Bandara ini.  Ternyata pemalsuan umur di tiket akhirnya terdeteksi dan diketahui oleh petugas check in yang tidak percaya begitu saja saat saya menyerahkan 2 (tiket) saat check in.

"Mau kemana pak" tanya petugas check in Bandara Soepadio kepada saya saat menyerahkan 2 (dua) buah tiket kepadanya untuk dilakukan verifikasi sekaligus pemerikasan barang bawaan dan bagasi. "Ke Jogjakarta aja dua orang dan anak saya" kata saya dengan hati berdebar debar takut ketahuan kalau umur sang anak dibuat sedemikian rupa agar lolos dari tarif dewasa (adult). "Yang mana anaknya bapak, tolong bawa ke sini": kata petugas setengah tidak percaya kepada saya. "huaaaaaaaaa" kata saya dalam hati.  Dalam hati saya berkata "akhirnya ketahuan juga ya sudah pasrah".

Saya pun menyambar anak tertua kami, dan menggendongnya untuk memberi kesan sang anak memang masih "infant" dan ternyata fisik anak tertua kami memang agak besar sehingga makin menambah kecurigaan petugas (Security) yang membantu petugas check ini itu tadi. "Wah ini sih sudah besar pak" kata petugas serasa melihat saya menggendong anak saya.  "Bapak harus beli tiket lagi satu"  kata petugas check in , dan saya pun pasrah saja karenanya.  Bayangan tidak bisa mudik kampung hari itu membuncah dan hati saya bimbang melihat perut sang istri yang membesar dan berharap bisa melahirkan di Jogjakarta kelahirannya sedang duduk di bangku dalam Bandara.

TERBANG.  Istri saya sedang memberi susu botol kepada anak kami, Abbie, dalam penerbangan langsung dari Pontianak menuju Jogjakarta.  Foto Asep Haryono
"Gimana mas" kata sang istri berharap pemalsuan umur di tiket atas nama anak saya berhasil. "Nda bisa nih, kita harus beli tiket lagi tiket dewasa petugasnya jeli ya salah kita juga" kata saya tertunduk lemas.  Bingung juga rasanya saat itu karena jika harus batal berangkat tentu akan kena denda hampir 50 persen, dan yang lebih malu lagi karena sudah izin sama tetangga tetangga kalau hari itu akan mudik kampung.


Bagaimana kata mereka kalau hari itu batal berangkat, dan harus setting tanggal dilain waktu tentu akan banyak memakan waktu , tenaga dan juga uang.  Oleh oleh yang sudah ditangan dalam tas travel juga akan terbuang sia sia.

Tidak lama saya berpikir akhirnya saya menelpon rekan yang mengantar kami sampai ke bandara tadi yang kebetulan saja dia juga buka usaha travel dan tiket. Akhirnya mereka pun mengirim SMS kepada saya yang berisi kode booking.  Akhirnya kode tiket itu berhasil di print di loket di Bandara dan kami pun segera check in ke ruang tadi dan menyodorkan 3 (tiga) tiket dewasa kepada petugas check in tadi. "Ini mba tiketnya tiga buah dewasa" kata saya sambil sedikit terengah engah. "Ya pak terima kasih, biasa saja pak hal semacam ini sudah biasa bagi kami" terang petugas sambil memberi 3 boarding pass kepada kami, dan akhirnya kami pun terbang dengan damai.

Kena Lagi Gunung Meletus
Ini rumah kami menginap
Sesampainya di Bandara Adi Sutjipto Jogjakarta, saya sekeluarga pun sudah ditunggu oleh sanak dan kerabat dari pihak istri yang sudah menunggu dari 1 jam yang lalu dan dengan menggunakan mobil charteran kami pun di jemput mereka dan mobil pun bergerak dari bandar udara Adi Sutjipto menuju ke arah Kulon Progo yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam itu. 

Dari kaca mobil saya sudah melihat asap mengepul seperti kereta api,  ya itulah asap putih keluar dari gunung Merapi.  Langit di sekitar Bandara Adi Sutjipto  saat itu masih cerah dan itulah hari terakhir Bandara Adi Sutjipto dibuka.

Sesampainya mobil kami dari Bandara, kami disambut dengan segala suka cita oleh pihak keluarga. Berbagai macam penganan khas dan sajian khas Jogjakarta dan ada juga yang masakan rumah disajikan kepada kami sekeluarga yang memang sudah merasa lapar sejak di dalam pesawat tadi.  Kami pun dengan lahap menyantap hidangan yang dimasak oleh pihak keluarga begitu juga dengan anak kami, Abbie, yang juga makan sambil bermain namanya juga anak anak.  

Tepat satu hari setelah kami sampai di rumah di desa Kulon Progo, Jogjakarta, malam harinya kami sekeluarga menginap di rumah orang tua istri dan pada waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB saya rasakan ada butiran pasir menerpa genteng rumah dan terasa makin berisik.  Hari itu, Gunung Merapi meletus hebat dan menyebabkan banyak abu vulkanik di pagi harinya.  Saya lihat berbagai macam pohon terkena abu dan juga atap atap rumah kami dan rumah tetangga juga tidak luput dari amukan abu yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi.

DEBU : Pohon pisang di depan rumah kami yang penuh tertutup debu.  Foto Asep Haryono

JALAN DEBU : Hampir seluruh sudut kota Kulon Progo diliputi debu juga jalanan. Foto Asep Haryono

Dalam catatan saya menyebutkan bahwa Gunung Merapi meletus hebat pada tanggal 5 Nopember 2010 dan ini juga menyebabkan bandara Adi Sutjiptoditutup hingga beberapa kali sehingga "misi" saya yang pawal awalnya hanya mudik kampung mengantar sang istri untuk melahirkan di Jogjakarta hanya butuh 2 atau 3 hari saja sesuai dengan "jatah" cuti saya dari kantor meleset jauh hingga 2 minggu lamanya karena Bandara Adi Sutjipto tertutup debu, dan pihak Angkasa Pura membatalkan semua penerbangan baik yang datang maupun ke luar dari kota Jogjakarta.

Masa menunggu sampai Bandara Adi Sutjiptodi buka kembali seperti biasa, saya manfaatkan untuk melakukan traveling , shopping dan juga wisata kuliner bersama keluarga di berbagai tempat di sekitar Jogjakarta dengan menggunakan kendaraan roda dua, mobil angkutan umum hingga naik taksi segala.  Naik taksi bukan untuk bergaya yang bagi sebagian warga Kulon Progo adalah hal yang istimewa, namun lebih dikarenakan kami pulang travel kemalaman hingga tidak ada lagi angkutan umu jadilah kami menyewa sang taksi itu tadi.

SHOPPING :  Sang istri yang sedang hamil sedang membeli di pasar Dekso Kalibawang (Nopember 2010).  Foto Asep Haryono

GEBLEG GORENG : Penganan khas Kulon Progo yang amat saya gandrungi juga tidak luput saya beli. Foto Asep Haryono

BELUT GORENG :   Cari oleh oleh khas Jogjakarta juga bisa diperoleh di pasar Godean ini dan berbagai macam kuliner dan juga belut goreng yang terkenal itu ada di sini.  Foto Asep Haryono

Mulailah kami sekeluarga berwisata kuliner dan shopping di berbagai tempat muali dari merambah di pasar Dekso Kalibawang Kulon Progo yang juga berdekatan dengan Posko Pengungsi Merapi, kami pun merambah hingga ke pasar Godean untuk membeli beberapa kilo Belut Goreng yang terkenal itu.   Beberapa souvenir lain juga kami bawa yang pada umumnya berbentuk penganan atau makanan seperti Bakpia, dan juga Gebleg Goreng yang menurut saya pribadi sangat unik cita rasanya. "Kalau saya makan rasanya seperti makan pempek Palembang yang terkenal itu karena gurih rasanya, dan juga unik teksturnya yang alot kenyal gitu" celoteh saya kepada keluarga.

Akhirnya sampailah pada batas kesabaran saya untuk tidak lagi bergantung kepada Bandara Adi Sutjipto sebagai titik kembali saya dari Jogjakarta menuju Pontianak karena batas 2 (dua) minggu dari yang seharusnya izin cuti 3 (tiga) hari menjadi pertimbangan saya walaupun kantor saya di Pontianak sudah memberikan izin selama yang diperlukan dengan alasan bencana alam. 

Pihak Angkasa Pura Bandara Adi Sutjipto pun masih menutup penerbangan karena kabut masih tebal dan sangat berbahaya bagi penerbangan dari dan keluar kota Jogjakarta.  Saya pun diberitahu pihak travel setempat untuk bisa menukar jadual lain atau menukar uang kembali (reimburse), dan saya pun memutuskan untuk menguangkan kembali dan pulang ke Pontianak melalui Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

Saya memutuskan untuk segera kembali bekerja di Pontianak, dan saya pun harus pulang ke Pontianak dari kota Jakarta.  Saya pun membeli tiket bis dari Jogjakarta ke Jakarta, dan pulang hari itu juga dan dari Jakarta tersebut itulah saya langsung terbang ke Bandara Supadio Pontianak. 

Dari pengalaman mudik kampung inilah yang sangat berkesan bagi saya pribadi, dan juga sekeluarga yang masih kami simpan dengan baik foto foto yang berhasil kami jepret saat mudik kampung ke Jogjakarta bulan Nopember 2010 yang lalu.  Beberapa video sebenarnya juga berhasil saya buat selama mudik kampung itu, dan semuanya tersimpan dengan baik sampai sekarang.  Mudik kampung yang sangat berkesan bagi saya sekeluarga.  Menyenangkan dan kadang membuat saya tersenyum setiap kali membuka album kenangan itu. (Asep Haryono)  








Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Blog Paling Indonesia yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makasar,i AngingMammiri.org bekerjasama dengan Telkomsel area SUMALPUA ( Sulawesi Maluku Papua ) menggelar lomba blog dalam rangka ulang tahun ke 17 Telkomsel dengan tema Paling Indonesia
Foto atau Gambar  dari Internet
Jarak Warung Internet Dengan User /Customer (Distance)
Bagian kedua dari 5 tulisan Pendek
Oleh Asep Haryono

Dalam tulisan sebelumnya sudah saya paparkan secara sederhana dan singkat saja mengenai pengelolaan warung Internet yakni dengan cara memanjakan user atau calon konsumen warung internet kita dengan fasilitas (Facility) yang memadai, atau minimal standar.

Adapun maksud dan tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah membuat nyaman dan betah para user warung internet kita, dan membuat mereka datang dan datang lagi sehingga dengan demikian warnet kita akan menjadi tempat tetapnya.

Persaingan dengan warung internet di tempat lain tentu tidak dapat dihindakan, dan bahkan sampai sekarang pun disinyalir persaingan tersebut semakin frontal dengan ditawarkannya berbagai macam fasilitas yang agak tidak biasa semata mata hanya untuk menarik konsumen untuk datang ke warung internetnya.

Berbagai macam perusahaan yang menyediakan jasa internet cepat ramai ramai di usung oleh berbagai macam provider (saya tidak sebutkan merek atau namanya demi menghindari polemik-red) lengkap paket harga di tawarkan kepada para pengusaha warnet di kota Pontianak dan kota kota lainnya di Seluruh Kalimantan Barat.

Adanya akses internet yang mudah dan mobile disajikan di Handphone, Smarphone, BB (bukan Bau Badan-red), dan berbagai gadget canggih lainnya sekarang ini juga merupakan “lawan baru” bagi para pengusaha warnet.

Padahal peluang untuk berkembang dan mengembangkan warung internet kini sudah tidak bisa lagi dengan hanya mengandalkan akses internet saja bagi para usersnya, dan terdapat 5 faktor (berdasarkan pengalaman-red) dalam menentukan tingkat keberhasilan pemasaran warnet/

Ada banyak factor di sini, dan disamping factor teknis dan non teknis lainnya yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja seperti biaya operasional (sumber daya manusia- biaya gaji karyawannya-red) , Biaya Listrik, Biaya fax (Jika ada), biaya langganan akses internet, serta biaya taktis jika mengalami kerusakan, yang sudah pasti akan menimbulkan cost dibagian perawatan (maintenance).

Nah agar tidak terlalu melebar kemana mana bahasan kita, baiklah sengaja saya lanjutkan postingan tentang manajemen pengelolaan warung internet (berdasarkan pengalaman saya tentunya-red) di bagian paruh kedua kali ini adalah mengenai factor Jarak (distance). Nah dari judulnya saja sudah jelas terbayang di benak kawan kawan semua mau dibawa kemana arah cerita saya kali ini, ya sudah pasti jarak dalam artian jarak fisik antara lokasi warung internet kawan kawan dengan user atau calon konsumennya.


Lokasi Strategis: Suatu telaah
Pengalaman saya bertugas di 3 (tiga) warung internet di 3 (tiga) kota yang berbeda yakni Pontianak, Singkawang dan Sintang di propinsi Kalimantan Barat yang sudah saya lakoni dari periode tahun 2000-2002 memang unik dan berbeda beda antara satu warnet dengan warnet yang lainnya. Prinsip dasar adalah letak dan posisi bangunan warung internet kita yang dipinggir jalan konon diyakini banyak pengusaha warnet amat menguntungkan.

Salah satu indikatornya adalah kemudahan untuk mencapai lokasi warnet tersebut bisa diperoleh oleh masyarakat luas para pemakai warung internet yang dalam hal ini saya sebut saja dengan user untuk lebih memudahkan menghafalnya.

User atau calon konsumen warnet kawan kawan adalah unik, dan kita sebagai pengusaha warnet tidak bsia menjeneralisasikan bahwa mereka punya kendaraan sendiri, baik kendaraan roda dua maupun roda yang tidak dua. Bahkan ada user yang datang ke warnet menggunakan sepeda dan ada yang berjalan kaki saking dekatnya warnet dengan mereka.

User atau calon konsumen bisa saja tidak punya kendaraan sendiri, dan untuk itu mereka harus mencari warung internet yang terdekat dengan lokasi rumahnya dan bisa dicapai dengan menggunakan moda transportasi massal atau umum misalnya BIS, angkot, becak, Taksi, bahkan ojeg sekalipun.

Akses warnet yang dipinggir jalan umum yang biasa dilalui kendaraan angkuran umum diyakini banyak orang sebagai kawasan yang amat menguntungkan dari sisi bisnis. Tapi persoalan akan timbul ke permukaan jika warnet kita berada di dalam sebuah kawasan , dipelosok bahkan di daerah terpencil dimana akses kendaraan umum tidak bisa dilakukan , diadakan atau disediakan. Nah bagaimana mengatasi hal semacam ini?

Jika logika sederhana ini saya balik ke awal, maka penentuan lokasi warnet yang sudah jadi atau sudah ada dari dulunya (atau takdir warnet kawan kawan sudah di sana lokasinya) maka kendala jarak sudah tidak lagi menjadi persoalan tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya saja akses ke warnet kawan kawan sudah dibangun jalan umum atau jalur kendaraan umum maka persoalan jarak antara warnet anda dengan calon konsumen sudah bisa di atasi.

Pengalaman saya bertugas di 3 (tiga) warung internet di 3 (tiga) kota yang berbeda yakni Pontianak, Singkawang dan Sintang di propinsi Kalimantan Barat rata rata berada di kawasan pinggir jalan dimana akses kendaraan umum sangat mudah. Hal ini bisa saja tidak terjadi bagi warnet yang kawan kawan kelola sekarang ini. Lantas apa solusi yang bisa ditawarkan jika warnet yang kita kelola ini lokasinya terpencil atau akses kendaraan umumnya susah diperoleh?

Saya menawarkan solusi versi Asep Haryono tentunya. Pendapat saya saja yang bisa saja keliru atau kurang tepat. Namanya juga pendapat khan bisa saja berbeda dengan pendapat dan ide kawan kawan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar tentunya bukan? Jadi kita sepakati dahulu hal yang satu ini.

Nah menurut pendapat saya lokasi warung internet yang kita kelola diusahakan di pinggir jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan umum DAN ATAU berada di daerah yang dilintasi oleh jalur kendaraan umum ATAU tidak jauh dari jalur kendaraan Umum. Ini pendapat saya. Kalaupun lokasi warnet kita tidak persis di pinggir jalan, minimal user atau calon konsumen tidak harus berjalan terlalu jauh untuk bisa mencapai warnet kita. Itu saja solusi dari saya.

Dari sisi user atau calon konsumen, mereka cenderung menyukai lokasi warnet yang tidak jauh atau tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya walau ini masih bisa dipatahkan dengan adanya transportasi umum (bis, angkot, taksi, ojek) dan atau menggunakan kendaraan user sendiri untuk mencapainya. Sejauh apa pun warnet (Asal jangan jauh jauh amat seperti antar kota hehehe-red), kaum user atau konsumen masih bisa mencapainya baik kendaraan umum maupun pribadi .(Asep Haryono)


Bersambung - To be Continued

Tag : Lomba Blog - Asep Haryono | - Powered by Blogger
Gambar dari Internet
Bersilaturahmi Tidak Harus Menunggu Lebaran
Catatan Asep Haryono

Indonesia adalah salah satu negara terhebat di dunia siapa yang tidak kenal dengan Indonesia yang sangat terkenal akan keramahtamahannya (hospitality), senyum cerah yang mengambang (smile), dan keindahan alamnya (nature) itu. Setiap negara di dunia tentu mempunya kelebihan dan keindahannya masing masing dan Indonesia sudah sejajar dengan bangsa bangsa lainnya di dunia.

Kita (seharusnya) turut berbangga dengan pencapaian prestasi tersebut. Pencapaian teranyar bagi bangsa Indonesia adalah dengan dimasukkannya Pulau Komodo yang berhasil masuk dalam 7 (tujuh) keajaiban dunia yang tentu saja dilalui dengan perjalanan yang penuh kontroversi dan menuai berbagai tanggapan yang beragam dari seluruh penjuru tanah air.

Namun demikian hasil akhir sudah sangat menyenangkan kita semua, dan Indonesia semakin dikenal di dunia tidak lagi bergantung kepada pulau Bali. Seluruh wilayah dan aset kebudayaan, alam dan sumber daya manusia di seluruh Indonesia berpotensi menjadi lokomotif untuk memperkenalkan Indonesia di dunia internasional.

Dari semua itu ada satu lagi hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia yang selalu dirindukan oleh bangsa bangsa lain di dunia dan selalu berusaha untuk mengikuti bangsa Indonesia yakni tradisi paling Indonesia yakni saling bersilaturahmi dan saling maaf memaafkan. Apa sebenarnya yang menarik dari sifat khas paling Indonesia ini sebenarnya dari pengalaman yang pernah saya alami.

Bersilaturahmi Itu Baik
Ketika saya menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya di pulau nan gemuk yang kemudian bernama Kalimantan Barat ini pada tahun 1990 yang lalu tidak pernah terlintas dalam pikiran saya kalaw pada akhirnya sudah lebih dari 21 (dua puluh dua satu) tahun saya menginjakkan kaki di pulau ke 3 terbesar di Indonesia ini dan Pontianak adalah ibukota propinsi Kalimantan Barat.   Sesuatu yang pertama kali kurang disukai oleh ibu saya waktu itu. "Melanjutkan kuliah di mana nak"  kata ibu saat itu saat saya membolak balik kertas koran lokal yang berisi informasi kelulusan yang dulu bernama UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

"Di Pontianak bu" jawab saya waktu itu.  Saya lihat raut wajah ibu yang datar biasa saja, tidak ada kata gembira atau lonjakan ekspresi ceria ketika tau anaknya lulus seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN).  "Ya sudah berangkat sana Sep, nanti juga bisa kirim kirim surat kan bisa tiap tahun pulang" bujuk Kak Titi, kakak Ipar saya waktu itu yang support agar saya segera berkemas untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk melanjutkan kuliah di Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). 

Singkat cerita, pada tahun tahun pertama saya berada di kota Pontianak (yang saat itu Kalimantan Barat barus aja dipimpin oleh Gubernur (alm) Parjoko Suryokusumo, saya masih ingat) agak "gerah" dengan suasana yang serba baru dan mirip dengan budaya Malaysia dengan dialek "ape" , "dimane" nya itu, dan ternyata saya ketahui belakangan kalau kota Pontianak amat kental dipengaruhi oleh budaya negara jiran di Kuching, Malaysia.  

Saya pun kena sindrom "kangen kampung" dengan sering liburan ke kampung halaman orang tua di Bekasi (sering disebut dengan gerbang timurnya Jakarta) minimal satu kali dalam setahun yakni pada saat liburan kuliah dengan menumpang KM Lawit.  Kapal yang sangat terkenal di kalangan anak Mahasiswa selain kapal barang yang bisa digunakan di tahun tahun saya kuliah saat itu, tahun 1990an. Namun ada kalanya saat ingin mudik ke kampung halaman tidak ada dana lagi di saku, uang kiriman wesel dari orang tua tidak memadai, dan jadilah saya berlebaran di rantau.  Berlebaran di rantau?   Apa berlebaran di sini? 

BERSILATURAMI : Berbaris menunggu giliran untuk bersalam salaman.  Foto Asep Haryono

Pertama tama di tahun 1990 an atau tepatnya berlebaran di masa paruh tahun pertama atau kedua di rantau kota Pontianak terasa agak "asing" khususnya bagi saya sendiri karena saat itu tidak banyak yang saya kenal selain dari Bapak Kosan saya Pak Drs.Sabirin yang tinggal di Jalan Tanjungsari Pontianak, dan teman teman kuliah saya saja.  Masih ada sih "kenalan" saya yang lain yakni rumah makan Padang di depan kampus yang menjadi langganan saya setiap kali pulang kuliah karena selain menunya enak berharga murah juga bisa berhutang dahulu hehe. Ops Maaf.

Tapi semakin lama perasaan "jengah" dan "asing" itu hinggap di relung hati saya menyaksikan sanak keluarga dan para tetangga berlebaran dari rumah ke rumah "memaksa" saya juga ikut larut dan hadir di sana. Perasaan galau bercampur malu juga menghampiri wajah saya saat saya harus bersalaman dan bersilaturahmi dengan para tetangga di kanan kiri yang selalu saya lewati setiap kali berangkat dan pulang kuliah kali ini harus bertemu muka secara langsung dengan mereka. 

"oh ini rupanya yang anak kuliahan itu" jawab salah seorang sesepuh diantara rombongan lebaran yang saya datangi itu. "eh iya kak saya" jawab saya sambil cengar cengir. "Ya sudah kalu tidak bisa lebaran di kampung ya lebaran di Pontianak aja tidak apa"  kata mereka menimpali.    Tidak terasa obrolan lebaran Idul Fitri hari itu sudah terasa nyaman saya rasakan, dan berbagai macam topik meluncur deras dari obrolan dengan para tetangga di rumah mereka sambil bersantap kue kue lebaran, dan juga minuman khas Pontianak membuat suasana lebaran di rantau sudah seperti lebaran di kampung halaman sendiri.

Serasa di Kampung Halaman
Bersalaman. Foto Asep
Selidik punya selidik ternyata tradisi lebaran di kota Pontianak yang saya alami saat masa masa saya kuliah dahulu di era tahun 1990 an tidak berbeda dengan era di tahun 2012 sekarang ini. Tradisi untuk datang bersilaturahmi dari rumah ke rumah terasa begitu kental dan sarat akan kekeluargaan, persaudaraan, dan saling kasih dan menyayangi sesama warga kota Pontianak dan juga daerah lainnya di seluruh Kalimantan Barat.

Berbeda beda kebudayaan kita itu memang kenyataan yang tidak dapat saya bantah.  Kebiasaan berlebaran di Jakarta yang saya alami saat ini menjadi semakin lengkap dan semakin berwarna dengan pengalaman berlebaran di rantau Pontianak, ibukota propinsi Kalimantan Barat

Begitu pula saat tetangga baru saya yang saya kenal saat lebaran mengajak saya untuk berlebaran di kota Sambas ( kurang lebih 5 jam dari kota Pontianak dengan menggunakan bis umum) saya melihat sendiri tradisi lebaran secara rombongan dari rumah ke rumah juga ada.

"Di sini di kota Sambas lebaran juga sama dengan kota Pontianak dan berlebaran ke rumah rumah selalu kami lakukan dan banyak makanan di sini dan adik harus ikut ya" kata sesepuh mereka.  "Wah asyik sekali ini" kata saya sumringah.   Nah memang perut saya harus bekerja ekstra keras karena setiap rumah yang kami hampiri selalu tersedia aneka penganan dan makanan berat maupun ringan untuk disantap rombongan.  Perjalanan spiritual saya dengan bersilaturahmi dan bermaaf maafan di suasana lebaran ini seolah menjadi palu godam yang mematuk kepala saya untuk sadar bahwa di manapun saya berada di Indonesia adalah kampung halaman kita semua.  Indonesia itu luas, dan setiap dari kita adalah bersaudara, dan kita adalah sama.

Tidak terasa sudah puluhan lebaran saya lalui hingga pada tidak terasa sudah puluhan tahun saya berada di kota Pontianak yang sudah saya anggap sebagai kampung halaman saya sendiri, kuliah , bekerja dan berkeluarga hingga memiliki sepasang putra putri yang manis manis di kota Pontianak. 

Tradisi saling bersilaturahmi dan berkenalan dengan para tetangga kini sudah tidak lagi menjadi beban bagi saya, dan bahkan saya merasa tidak lengkap rasanya jika tidak bisa menambah 1 (satu) sahabat dan kenalan baru dan semuanya menjadikan saya seperti di kampung halaman sendiri. Betapa senang dan bangganya saya bisa sampai sejauh ini di kota Pontianak, dan sudah tidak ada lagi jarak antara kita semuanya seperti air mengalir saja rasanya,

Sebagai penutup dari tulisan saya kali ini adalah saya ingin menekankan pada diri sendiri bahwa yang namanya silaturahmi, bermaaf maafan, tidak harus menunggu momen seperti lebaran, Iedul Adha, atau pun momen momen lainnya. 

Bersilaturahmi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, dan semuanya itu akan menambah wawasan kita akan tanah air Indonesia yang luas dengan aneka kebudayaannya yang unik, bersinergi dengan keluwesan kita untuk beradaptasi dan membaur dengan masyarakat di mana kita berada. Seperti kata pepatah "dimana kaki di pijak di situ langit dijunjung", di mana pun kita berada teman , saudara dan sahabat akan selalu menyertai kita dalam suka dan duka. Betapa indahnya kebersamaan.(Asep Haryono)






Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Blog Paling Indonesia yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makasar,i AngingMammiri.org bekerjasama dengan Telkomsel area SUMALPUA ( Sulawesi Maluku Papua ) menggelar lomba blog dalam rangka ulang tahun ke 17 Telkomsel dengan tema Paling Indonesia
Memanjakan User Dengan Fasilitas (Facility)
Bagian Pertama dari 5 Tulisan Pendek

Oleh Asep Haryono

Teringat saat saya masih bertugas di daerah sebagai salah staf biling (kata orang lazim disebut jaga warnet-red) membuat saya memposting pengalaman ini untuk dibagikan kepada kawan kawan. Apa sih enaknya bekerja di warung internet yang bahasa kerennya Cyber Café itu?. Saya tidak membahas enak tidaknya bekerja di warung internet karena memang sifatnya relatif, enak bagi saya belum tentu enak bagi orang lain. Namun kenyataan bahwa saya sudah merasakan 3 (tiga) warnet yang berbeda di tiga kota yang juga berbeda menjadi pendorong kuat saya berbagi di sini.


WARNET KOPMA : Foto dokumentasi saya di tahun 2000 saat bertugas jaga billing di warnet Kopma UNTAN.  Pengalaman yang tidak saya lupakan. Mohon maaf kualitas fotonya agak kurang baik, maklum dokumen lama.  Foto Istimewa

Satu tahun di warung Internet Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Universitas Tanjungpura, kemudian di susul 1 tahun juga di Warung Internet Dragon Singkawang, dan hampir lebih dari 8 (delapan) bulan dihabiskan di warung internet Melawi di daerah Baning Kota, Sintang, propinsi Kalimantan Barat.

Banyak catatan yang saya peroleh dari pengalaman di tiga warnet dan di tiga kota yang berbeda tersebut, mulai dari pengalaman mengelola perangkat kerasnya (PC, Monitor dll), pengalaman melayani konsumen atau user hingga pengalaman diteror hingga sensasi “dunia lain”. Hehehe kok bisa ada “dunia lain” sih, ya ini memang pernah terjadi di Warnet Sintang yang akan saya bahas di lain kesempatan.

5 Perkara Warung Internet
Ada beberapa hal yang ingin saya coba bagikan di tulisan saya kali ini adalah pengalaman mengelola warung internet yang saya dapatkan dari pengalaman saya bertugas jaga warnet dari tahun 2000-2002 yang lalu, dn cukup unik karena berada dan mengelola 3 (tiga) warnet secara bergantian.

Pengalaman yang dialami sehari hari selama itu telah dirangkum dan disusun bersama dalam tulisan ini. Ke 5 (lima) hal yang saya bagikan di sini dan Insya Allah akan saya sampaikan secara bertahap sedikit demi sedikit.  Nah ke 5 faktor pengelolaan manajemen warnet tersebut sangat terkait juga dengan kebijaksanaan dan kemampuan masing masing jadi tidak harus se-ideal bahasan ini.  5 faktor tersebut adalah :  
1. Fasilitas (Facility)
2. Jarak (distance)
3. Pelayanan (service)
4. Kecepatan akses (internet speed)
5. Harga (price)



Fasilitas Warung Internet
Yang pertama yang ingin saya bagikan di sini adalah fasilitas atau bahasa kerennya facility, nah bagi pengusaha warung intenet sudah bisa melengkapi bangunan fisik warnetnya dengan berbagai fasilitas penunjang yang memanjakan para user maupun costumernya misalnya printer buat ngeprint, aneka minuman dan makanan, penjualan alat alat kantor (kerta HVS, jilid segala macem-red) selain untuk unsure keamanan seperti penyediaan petugas security (satpam, petugas jaga dll-red) dan sarana parkir yang memadai walau tidak harus luas.

Sepertinya kita harus punya warnet besar untuk menampung semua itu? Ya tentu saja tidak, dan semuanya disesuaikan dengan kemampuan finansial dan pengetahuan anda sendiri untuk memulai bisnis ngenet ini, tidak harus sebesar dan se “ideal” fasilitas fasilitas yang saya sebutkan di atas sebagai contoh contoh saja pada hakikatnya. Jadi bagaimana dengan pertanyaan “ warung internet saya hanya 2 bilik saja, 1 printer, dan satu PC dengan petuga satu orang, dan gedungnya kecil? Saya tidak mampu menyediakan semua itu”, jawabannya ya tentu sesuai dengan kemampuan anda tentu. Tidak perlu memaksakan membuat warnet se ideal itu.

Saya hanya membahas saja. Jadi para user maupun customernya sangat senang dengan fasilitas fasilitas yang memanjakan dirinya berselancar di warung internet. Pengalaman saya sendiri banyak menyebutkan sebagian orang senang ngenet sambil merokok atau cemilan kacang kulit.

Hehehe kadang ini sensitive juga, karena aroma rokok yang tidak sedap bisa mengganggu user lain, dan juga resiko sampah yang dihasilkan para gamers atau netters sambil ngemil kacang kulit. Jadi hal hal seperti ini juga patut diperhatikan oleh para pemilik atau pengelola warung internet. Nah selama memikirkan. Hehehhee. Jadi jika ada user atau pengunjung warnet anda yang merokok, hobi merokok atau membawa teman yang perokok , maka anda harus bijak mengatasi ini.

Belum lagi para maniak ceting, dan memang pengalaman menunjukkan hampir di setiap warung internet, terdapat satu atau beberapa orang yang "penggila" atau "fans" berat ceting , fesbukan atau sekedar brosingan dan umumnya selalu begitu selalu ada user user fanatik.  Pengalaman saya pernah saat bertugas di warung internet di Sintang, warnet belum buka, ternyata sudah ada satu orang yang duduk setia menunggu warnetnya dibuka. "wah awal sekali orang ini" gitu pikir saya.   Saat itu warnet di Sintang bisa dibilang dengan jari jumlahnya, di era tahun 2000an tidak seperti sekarang yang bejibun saking banyaknya.

Begitu juga jika warnet kawan kawan menyediakan fasilitas permainan Game game online seperti di era saya waktu itu yang terkenal game Ragnarok (Maaf kalaw saya tulisan), Street Fighter,  atau game game bertema startegi perang atau ketangkasan.  Nah kawan kawan harus bijak dalam penetapan harga (price) tapi yang ini nanti akan dibahas sesuai bagiannya nanti, Harga.   Kali ini soal fasilitas saja, nah berikan fasilitas itu buat user kawan kawan di warnetnya masing masing.  Siapa tau juga ada user yang mau make Wordnya saja. Nah gimana tuh coba.  :)))

Kalau anda punya board atau papan info bisa dibuat sendiri atau memesan dari pihak lain. Papan board info ini bisa digunakan untuk mencantel info info terbaru warnet , misalnya memberikan kursus singkat internet bagi pemula, atau info internet atau lainnya bisa dipajang di papan info ini. Jadi user anda selain menggunakan fasilitas warnet, mereka juga bisa upgrade informasi yang dipajang bak majalah dinding ini.  Jadi dengan demikian fasilitas warung internet yang baik dan lengkap sangat memanjakan user dan customer anda sehingga mereka bisa datang dan datan lagi ke warnet anda.

Ajak mereka bergabung dalam membership atau buat semacam kartu anggota dengan tarif khusus per bulan misalnya itu akan semakin baik lagi.  Jadi mereka bisa mendapatkan discoutn atau harga khusus dengan member card yang mereka miliki.   Bahkan jika perlu adakan Door Prize atau hadiah undian bisa perbulan atau perminggu dengan hadiah tertentu terserah anda.   Misalnya user pake 2 jam mendapat poin undian apa gitu dan diundi secara berkala.  Hal hal semacam ini akan membuat user anda kreatif, dan selalu ada sesuatu yang baru dan ini akan semakin menarik.  


BersambungTo be continued
gambar Internet
Oleh Asep Haryono

Membawa peralatan pribadi memang hak setiap orang entah itu berupa alat komunikasi bergerak seperti BB (Bukan Bau Badan-red), HP , Aiped (Ipad-red), dan apa saja yang bisa membuat seseorang itu enjoy dengan "atribut"nya begitu pula dengan saya.

Ada beberapa barang atau item yang selalu saya bawa kemana saja saya pergi. Namun kadang juga tidak saya bawa, tidak terbawa atau lupa terbawa, namun sejauh itu saya usahakan selalu membawa mereka.

Salah satu manfaat terbesar yang saya rasakan saat membawa pernak pernik sederhana ini adalah rasa nyaman dalam bepergian baik menuju lokasi tugas, ke tempat perbelanjaan, ke perpustakaan, ke Masjid atau sekedar berkunjung ke rumah sahabat atau teman. Beberapa item yang saya bawa ini bisa dengan mudah diperoleh di mana saja dan dengan harga yang relatif murah meriah.

Manfaat Yang Besar
Bukan saja karena harnya yang murah meriah saja , tetapi karena manfaatnya yang besar yang menunjang aktifitas saya sehari hari dan juga bisa juga bermanfaat bagi orang lain yang kebetulan sangat memerlukannya, nah mau tau barang apa saja kah itu.
  1. Al Quran
    Walah tidak selalu, namun saya usahakan untuk membawa Al Quran berukuran kecil walau tidak harus berukuran mini.  Jadi jika saya sedang stuck entah menunggu datangnya teman, menunggu di ruang tunggu, atau di mana saja asal ruangan yang saya diami itu bersih (Tidak harus mewah-red) akan saya sempatkan untuk mengkaji Al Quran, membacanya, dan berusaha melihat artinya dari terjemahannya.

  2. Pulpen
    Tidak selalu pulpen tinta. Pulpen apa saja kadang saya bawa lebih dari satu, dan rata rata semuanya berwarna black (hitam-red). Warna hitam di sini adalah warna isi tintanya yang hitam, kalaw bentuk pulpen nya terserah wrna apa saja, begitu juga dengan warna pulpennya boleh merah kuning hijau dilangit yang biru.  Yang penting bagi saya isi tintanya warna Hitam.

  3. Handphone + Charger
    Ini penting buat komunikasi sehari hari, walau pada kenyataannya saya lebih sering di kirimi SMS ataupun ditelepon daripada berbuat aktif mengirim SMS dan memanggil atau membuat telepon.  Charger juga penting jika suatu saat tiba tiba HP saya "lowbat" saya bisa mengisinya di jalan. Bisa juga charger ini berguna bagi orang lain yang kebetulan batterynya low bat dan bertipe sama. Cucok gan

  4. Sisir Mini
    Ini yang kadang agak aneh juga dibawa padahal jarang saya pakai bukan karena rambut saya tidak panjang saat ini, tetapi karena faktor kebiasaan saja. Pada kenyataannya saya jarang bersisir bukan karena tidak mau tampil rapi , tapi memang rambut saya tidak bisa disisir karena memang rambutnya dikit, jadi pake jari aja sudah rapi untuk ukuran saya. 

  5. Uang Tunai (Cash)
    Bisa dalam bentuk lembaran pecahan 10, 20 atau palingbesar 50 ribuan, dan saya jarang bawa uang banyak banyak bukan karena tidak mau tapi memang tidak ingin. Selain bisa tergoda membeli barang yang tidak perlu, dengan cara "memiskin" kan saku kita dari membawa uang lebih bisa mencegah kita belanja tidak perlu.  Relatif bisa hemat.   Kadang saya juga bawa pecahan logam, selain bisa buat bayar parkir , juga bisa praktis untuk memberi sedekah bagi yang memerlukan. (Sedekah kok recehan sih Sep, masin amat lu).

  6. Plastik - Kantung Plastik
    Ini ajaib banget dan sangat bermanfaat jika terjadi hujan lebat.  Kantung plastik ini sangat berguna untuk membungkus item item yang saya sebut di atas dari ancaman kebasahan.  Plastik ini selalu saya bawa kemana saja saya pergi dan salah satu item yang "wajib" saya bawa. Cuaca memang tidak dapat diperkirakan, apalagi di Pontianak, hari ini panas bisa jadi sore hari turun hujan.  Percayalah membawa plastik pelindung ini sangat bermanfaat dan sangat berguna dalam keadaan darurat semacam hujan. Trust me , it works (kata iklan-red).  Saya tidak bawa payung. Catat ya. Hehehhee

  7. ATM
    Nah ini dia, sebagai salah seorang yang hobi traveling, saya selalu bawa ATM agar praktis untuk menarik uang tunai di terminal ATM di mana saja di kota Pontianak, atau di ATM yang ada logo Merchant ATM Bersama, jadi praktis.   Kadang juga ATM saya ini bermanfaat untuk jadi kartu debet yang bisa dogunakan untuk belanja di toko atau tempat yang menerimanya.  Biasanya saya bawa 1 atau 2 ATM, namun yang sering saya pake adalah 1 saja.  Mohon mangap eh maaf nama banknya tidak saya sebutkan karena bisa dianggap Iklan. 

  8. Kamera Digital
    Ini dia yang termasuk asyik juga dibawa walau tidak wajib.  Tidak ada kewajiban buat saya membawa kamera digital (digicam), namun lebih sering saya bawa daripada tidaknya. Karena momen momen unik, lucu, berharga atau bahkan langka bisa bisa muncul tiba tiba.  Kadang jika anda beruntung anda bisa berpasan dengan artis atau seleb fave anda di jalan, atau tokoh penting. Atau ada mome menarik menurut anda yang sayang anda lewatkan.  Ini pilihan saja.

Sebenarnya masih ada satu lagi khasnya para traveler mancanegara, yakni peta (map-red) seperti peta kota Pontianak lengkap dengan nama jalan jalannya.  Hal ini dikarenakan banyak jalan yang sama atau nyaris sama di kota ini, dan lagi kalaw dibantu peta bagi saya cukup memudahkan..

Aneh ya belasan taon di kota Pontianak masih juga belum hafal jalan jalan. AHhahhahahaha. Untuk yang satu ini anda boleh tertawa hahahahaha.  Tapi saya jarang bawa peta, jadi kalaw saya bingun, tinggal telpon saja kawan dan mereka akan memberi tau jalannya. .  Nah bagaimana dengan Anda?
Oleh Asep Haryono*

Abbie sudah tidak sabar untuk mencoba sepeda barunya yang dibeli bundanya minggu lalu, padahal hari masih malam sekitar pukul 20.30 WIB. Seolah tidak sabar untuk menanti sang mentari terbit esok hari.  Begitu juga dengan mobil maenan remote control yang dibelikan bundanya di toko mainan Hamtaro (Maaf kalaw salah tulisannya-red) yang terletak di kawasan Soedarso juga dipegangnya erat erat seolah tidak mau dilepaskan. 

Abbie pun tidur sambil memeluk guling Angry Birdnya sambil matanya tak lepas dari sepeda merek Wym Cycle dan dan mobil remote barunya itu dan ttidak terasa kantukpun datang, abbie pun pulas tertidur lelap dalam mimpi indahnya.

Itulah Abbie, putra pertama kami yang hampir berusia 5 tahun itu. Pemberian hadiah kepada anak yang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan bagi sebagian orang tua adalah keharusan karena sebagai bentuk apresiasi kepada sang anak atas prestasinya disekolah. Namun tidak jarang bagi orang tua yang tidak selalu memberikan hadiah berbentuk barang kepada anak anaknya apalagi saat liburan sekolah tiba seperti sekarang ini.

Banyak orang tua memberikan hadiah istimewa bagi anak anaknya yang telah naik kelas, dan mengajak mereka untuk berlibur ke luar kota bahkan ke luar negeri. Apa tidak boleh? Ya tentu saja boleh, dan adalah hak para orang tua untuk memanjakan anak anaknya dan memberi mereka berbagai macam hadiah sebagai pengisi liburan sekolah mereka. Adakah cara lain dalam mengisi liburan anak anak kita sekarang ini?

Ke Pusat Perbelanjaan (Mall)
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa pusat pusat perbelanjaan, supermarket, dan mall tetap menjadi magnet bagi anak anak dalam mengisi hari liburan mereka dengan berbelanja di tempat tempat itu. Jangankan anak anak, anda sendiri, para orang tua, juga banyak yang gandrung ke mall walau tidak harus berbelanja berbelanji. Tidak ada ketentuan atau keharusan bagi anda, para pengunjung, untuk membelanjakan uangnya atau berbelanja (bahasa kerennya shopping-red) di mall.

Apa sih yang menarik di mall? Tentu saja banyak, dan fasilitas setiap mall atau pusat perbelanjaan tentu berbeda beda antara satu kota dengan kota yanglainnya. Pada umumnya, mall , telah melengkapi dirinya dengan fasilitas bermain bagi anak anak seperti time zone dan lain sebagainya.

Jadi jika para orang tua asyik sendiri berbelanja, dan tidak mengajak anaknya, mereka bisa menitipkan mereka (dengan pengawasan tentunya-red) ke tempat permainan. Untuk sholat 5 waktu pun, juga sudah disediakan, dan sudah umum ada mushola atau tempat sholat di mall mall.

Begitupula jika waktu makan siang sudah tiba, tidak usah kuatir, di mall juga sudah banyak tersedia berbagai macam pilihan untuk bersantap berat maupun tidak berat. Mulai dari anek gorengan ayam (Fried Chicken), burger, roti tawar, hingga nasi padang semuanya serba ada. Nah mau apa lagi semua nyaris sudah disediakan para pengusaha mall mall untuk memanjakan para pengunjungnya yang anak anak sekalipun.

Ke Luar Negeri
Hehee yang ini sebenarnya saya sih no comment (bukan ikut ikutan Dessy Ratnasari-red) karena ini sudah subyektif sifatnya. Jika keuangan anda mencukupi dan anda punya waktu luang untuk itu, mengajak anak anak mengisi liburan berkunjung ke luar negeri juga sah sah saja. Masa iya sih melarang kan nda mungkin. Jangankan ke luar negeri, ke kutub utara sekalipun boleh saja dikunjungi dan disambangi. Ini kan juga menyangkut soal selera, nah kalaw sudah menyentuh selera sudah tidak bisa diperdebatkan. Selera memang tidak dapat diperdebatkan.

Berbagai tawaran paket ke luar negeri untuk pengisi liburan anak anak juga sudah banyak ditawarkan oleh Biro Perjalanan wisata, dan anda bisa memesan paket hemat untuk itu, atau anda sendiri yang merancangnya mulai dari menentukan destinasi negara yang dituju, akomodasi penginapan yang akan disinggahi, hingga kepada aktifitas yang akan dilakukan di sana menjadi tanggung jawab anda.

Namun yang perlu dicatat jika pengisi liburan ini sudah diputuskan untuk dihabiskan di lur negeri, lebih bijaksana jika anda sudah tau betul seluk beluk negara yang akan dikunjungi tersebut, syukur syukur anda sendiri sudah pernah ke sana. Informasi bisa dari mana saja , tidak harus anda sendiri, kan bisa didapat dari teman atau tetangga anda yang sudah pernah. Jadi tidak saja kekuatan finansial saja mendukung, informasi dan pengetahuan tentang negara yang dituju juga tidak bisa dianggap enteng.

Jadi tidak perlulah para orang tua untuk memaksakan diri untuk memberi hadiah liburan anak anak anda ke luar negeri seperti yang dilakukan orang lain hanya karena anda ingin memanjakan anak anak anda untuk liburan ini. Memaksakan diri tentu tidak akan maksimal dan cenderung menghasilkan penyesalan di kemudian hari apalagi jika untuk keperluan tersebut harus berhutang sana sini. Jadi silahkan para orang tua memutuskan apa yang terbaik untuk anak anak anda, silahkan monggo aja.


Berlibur di Rumah
Ah masa sih berlibur di rumah? Emang menarik berlibur di rumah bukankah pemandangan dirumah biasa dilihat anak anak setiap menit setiap detik setiap hari? Eits jangan remehkan rumah karena bisa jadi justru dengan berlibur di rumah menjadi suri taulanda yang baik bagi anda dan keluarga. Selain bisa menghemat biaya dan pengeluaran rumah tangga, berlibur dirumah diyakini akan menambah keharmonisan keluarga, dan jauh lebih aman (safe).

Mungkin kunci persoalannya adalah konten pengisi liburan di rumah. Apa yang akan anda berikan kepada anak anak untuk berlibur di rumah? Ada banyak contohnya, dan sudah sering ditayangkan di berbagai media televisi swasta di tanah air mengenai aktifitas apa saja yang bisa diberikan kepada anak anak sebagai pengisi liburan di rumah, mulai dari aktifitas kuliner memasak membantu ayah bunda di dapur, bercocok tanam berkebun, merapihkan kamar anak anak bersama orang tua, serta aktifitas lainnya.

KE PASAR TRADISIONAL : Mengajarkan anak anda ke pasar tradisional. Memperkenalkan mereka bahwa barang harus dibeli dengan uang hasil jerih payah bekerja agar anak bisa menghargai betapa sulitnya mencari uang. Lokasi Pasar Soedarso (14/6)  Foto hak cipta Asep Haryono


Jika aktifitas berbelanja masih diperlukan, bisa saja si anak dibawa serta ayah bundanya ke pasar tradisional instead of mall tentunya. Mengapa harus ke pasar tradisional, karena di pasar tradisional itulah aktifitas jual beli terlihat jelas ada penjual, ada anda sebagai pembeli dan ada item yang diperdagangkan. Si anak akan melihat anda melakukan aktifitas jual beli, dan si anak akan belajar betapa uang juga harus di hemat, dan anak akan belajar bahwa uang harus dihargai.

Memasak dan membantu bunda di dapur juga sangat menyenangkan. Anda bisa memberikan kesempatan kepada anak anda untuk mengulek sendiri kentang di cobek dan biarkan belepotan dan kotor di tangannya, sehingga suasana menjadi meriah penuh canda tawa saat anda dan anak anak berwisata kuliner di rumah.

Setelah selesai, anda bisa mencontohkan anak anak cara menggoreng misalnya, tentu dengan pengawasan ketat juga sehingga bahaya sekecil apa pun bisa dihindari. Yang namanya bahaya tidak harus ada di mall yang bisa mengancam anak anak anda, bahkan di rumah sekalipun bahaya kan selalu mengintai. Kena cipratan minyak panas misalnya ini adalah resiko yang paling memungkinkan jika anak anak anda belajar masak masak bersama anda di rumah..

Setelah selesai semua urusan dapur, nah tinggalah anda dan anak anak mencicip hasil kerja hari itu, dan tentunya semua ini akan menambah keharmonisan anda dan anak anak menjadi lebih dekat, lebih emosional, dan hubungan antara orang tua dan anak menjadi lebih akrab terbangun dari akfititas di dapur sebagai pengisi liburan anak anak ini. Nah ini adalah contoh contoh kecil saja bagaimana memberikan anak anak anda hadiah istimewa pengisi liburan mereka .


Bahagia Bersama Anak
Pada prinsipnya terserah anda, sebagai orang tua, dalam memberikan hadiah istimewa sebagai pengisi liburan bagi anak anak anda. Tidak ada larangan tidak ada batasan, atau tidak ada sekat antara anda dan anak anak, dan semuanya kembali kepada anda sendiri, para orang tua terhadap anak anaknya. Apa yang dianggap baik bagi keluarga orang lain belum tentu baik bagi kondisi keuangan anda, tidak perlu memaksakan diri hanya karena anda ingin dipandang “keluarga ideal” oleh orang lain.

Penggambaran “keluarga ideal” yang disampaikan amat hebat oleh televisi swasta dalam tayangan iklannya yang menggambarkan sosok orang tua yang berusia muda, dari keluargha mampu dan sepasang anak anak yang manis dan cantik. Sang Ayah digambarkan mempunyai karir yang mapan, rumah yang indah dan baik, berusia muda, dan sang ibu juga muda, ibu rumah tangga atau wanita karir.

Anak akan yang bersekolah, dan segala macem. Benarkah penggambaran itu? Namanya juga iklan, semua itu memang direkayasa untuk menarik minat konsumen yang menjadi incaran para perngusaha iklan. Memang ada banyak “keluarga ideal” namun tidak semua keluarga Indonesia bernasih “semujur” yang ada dalam tayangan keluarga ideal di iklan iklan televisi.

Tentu kita tidak bisa men judge tayangan “keluarga ideal” yang digambarkan dalam produk komersial di televisi swasta itu sebagai tayangan yang menyesatkan. Namun fakta dilapangan berbicara sebaliknya, masih banyak keluarga keluarga yang tidak mampu bahkan tidak mampu membelikan anak anaknya sepotong roti. Anak anak Indonesia masih banyak yang harus bekerja keras membanting tulang untuk membantu orang tuanya. Pekerja anak sudah lama menjadi isu nasional yang diyakini banyak pihak menjadi salah satu factor penghambat pembangunan nasional.

Kembali kepada keluarga, bisa membahagikan anak anak adalah karunia, dan kesempatan seperti itu seharusnya menjadi perhatian kita, para orang tua. Harta yang melimpah (jika anda diberi amanah harta banyak oleh Allah SWT-red) tidak akan banyak artinya jika tidak ada anak anak. Merekalah generasi penerus kita, yang akan menggantikan kita jika kontrak kita di dunia tidak “diperpanjang” lagi oleh Yang Maha Kuasa. Anak anaklah yang datang dan mendoakan kita, para orang tua jika sudah tiada.

Sebagai penutup dari tulisan ini, jadi apakah yang sebaiknya kita berikan kepada anak anak sebagai pengisi liburan mereka semuanya terpulang kepada masing masing orang tua untuk memutuskan. Bisa mengajak mereka ke Mall, ke Perpustakaan, Membelikan mereka mainan kesukaan, memasak di dapur bersama orang tua, Berlibur ke Luar Negeri, atau bahkan mengajak anak anak mendalami agama, apa saja sejauh itu bernilai positif bagi orang tua dan anak anak . Selamat berlibur ya. (Asep Haryono)
Gambar dari TribunNews
Adanya rencana Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk memberikan alat kontrasepso Kondom terhadap kalangan remaja baru baru ini menimbulkan pro dan kontra yang sangat hebat.

Berbagai pemuka masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh agama, hingga kepada politisi menyebut rencana tersebut kurang mendidik, tidak pancasila dan bahkan disebut sebagai rencana yang tidak mengindahkan norma norma agama karena dianggap melegalkan perbuatan maksiat.

Sebenarnya bagaimana jalan tengah menangani persoalan seperti ini? Ada dua sisi yang seharusnya menjadi perhatian kita bersama yakni sisi moral kepatutan dan juga sisi anak didik dalam hal ini generasi muda kita, pelajar, masa depan bangsa Indonesia. Kepentingan mana yang harus kita prioritaskan kaitannya dengan rencana pemberian alat kontrasepsi kondom kepada remaja tersebut. Mari kita coba cari pemecahannya. Tentu saja pemecahan ala Asep Haryono tentunya. Hehehe. Sok tau dot com.

Perlu Pengawasan
Memang ini persoalan yang rumit dan banyak factor yang harus diperhatikan sebelum rencana pemberian gratis kondom kepada remaja itu benar benar dilaksanakan.  Sebelum kita melangkah lebih jauh terhadap sisi positif dan negatif rencana pemberian kondom secara gratis kepada remaja,  anda akan saya coba menelaah contoh sederhana yang saya coba saya bawakan di sini.  Anda tau pisau?   Bukankah pisau dengan mudah anda temukan di pasar tradisional, pasar modern hingga kepada mal di seluruh Indonesia?. Apakah manfaat dari pisau tersebut?

Ibu ibu pada sontak menjawab ya tentu saja pisau itu digunakan untuk keperluan dapur, untuk memotong sayuran, buah buahan, daging dan juga tempe. Bahkan pisau juga bisa digunakan untuk keperluan lain seperti memotong kue, memotong kertas untuk kebutuhan anak didik kita di sekolah dan lain sebagainya.

Banyak manfaatnya. Tapi coba kita ingat bahwa benda tersebut juga bisa dipakai untuk membunuh?. Nah kaget bukan?. Alat yang sederhana sekalipun, tidak harus pisau, seperti tali plastik (tali rapiah-red) juga bisa dipakai untuk menjerat leher orang sampai tewas.  Mengerikan bukan?

Jadi dari contoh sederhana di atas bisa kita lihat dan perhatikan dengan seksama adalah yang berperan “man behind the gun” artinya manusia jugalah yang menentukan untuk apa dan untuk digimanakan suatu alat diciptakan.  Mungkin agak ekstrim kalaw saya bandingkan dengan prilaku satwa atau hewan misalnya seekor ayam.

Coba anda hunuskan atau acungkan pisau yang anda beli tadi kepada seekor ayam. Apa yang terjadi? Bisa jadi anda dipatok sang Ayam, atau malah ayamnya cengar cengir karena ayam tidak punya akal.  Coba kalaw hal serupa anda hunuskan kepada manusia, bisa jadi manusia tadi tunggang langgang lari ketakutan.   Akal atau otak manusia jugalah yang menentukan untuk apa suatu alat atau inovasi itu diciptakan.

Benar kata Pak Aswandi, pakar pendidikan itu bahwa seperti fenomena “gunung es” saja persoalan yang menghimpit generasi muda sekarang ini.  Tayangan televisi yang banyak menonjolkan aspke kebendaan yang kurang baik, internet dengan segala tayangan pornographinya yang sampai sekarang sulit dibendung, bahaya tawuran pelajar, narkoba, trafficking, dan segudang masalah siap menghantam generasi muda kita.  Apa upaya kita mencegah, menangkal kalaw perlu membasmi ancaman ancaman itu?

Kalau dulu yang namanya Narkoba dianggap barang mewah, barang mahal yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berduit saja, tapi sekarang tidak lagi.  Kaum papa dan remaja di pelosok pedesaan sekalipun kini juga memakai narkoba. Darimana mereka memperoleh barang haram tersebut?  Pake uang mereka sendiri nyaris tidak mungkin.  Yang paling masuk akal adalah mereka menjadi “kurir” dan sebagai upah untuk “misi” berbahaya tersebut mereka mendapatkan sample gratis. Nah nah masuk logika bukan?

Pergaulan Bebas Sulit Dibendung
Penyakit menular seksual (atau lazim disebut dengan sebutan PMS-red) memang harus dicegah penyebar luasannya dengan segala cara kalau perlu.  Begitupula dengan HIV/AIDS juga harus kita basmi sampai ke akar akarnya, dan penyebarannya juga harus kita cegah agar tidak terlalu meluas ke dimensi kehidupan lain dari bangsa ini. Nah upaya pemberian kondom secara free alias gratis ini juga dipandang sebagai cara yang jitu , langsung ke akar masalahnya, agar penyebaran HIV/AIDS atau PMS bisa dicegah.

Sebagai kalangan mendukung terobosan luar biasa ini, karena menurut mereka penyakit maut semacam AIDS tidak dapat dicegah hanya dengan ceramah agama di (maaf) lokalisasi, karena jika sudah menjadi budaya dengan latar belakang ekonomi (kemiskinan-red) menjadi pendukungnya, prilaku seks bebas tidak bisa dipadamkan.  Orang perlu makan, dan kemiskinan absolut dituding menjadi factor pendorong orang mencari uang dengan cara yang praktis dan prakmatis.  Menjadi pekerja sex. 

Mari bermain logika.  Seorang karyawan saja harus menunggu sampai 1 bulan untuk bisa menghasilkan Rp.300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah) misalnya. Ini Contoh saja maaf.  Artinya si karyawan tersebut mendapatkan uang makan sebesar Rp.10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) satu hari.  Jadi 1 hari @ Rp.10.000,- x 30 hari = Rp.300.000,-.

 Nah itung itungan matematika ini sederhana sekali.   Jadi kesimpulannya seorang karyawan bisa memperoleh 300 ribu rupiah harus menunggu sebulan. Tapi bagi seorang pekerja sex cukup dengan memberikan layanan kamar 1 jam saja bisa lebih dari itu.  Jadi  para pekerja sex ini berpotensi meraup pundi pundi uang dengan cepat.  Kalaw dia saja bisa menghasilkan 300 ribu hanya dalam 1 jam saja, bisa dibayangkan penghasilannya selama 1 bulan yang bisa mencapai angka fantastis  9 juta rupiah. 

Dengan demikian jika alasan kemiskinan absolut menjadi penyebab seseorang menjadi seorang pekerja sex bisa saja dia tidak akan tunduk pada ceramah agama yang konon disebut sebut banyak menekankan dosa dan pahala itu.   Jadi lebih baik cegah saja penularan penyakitnya ketimbang harus memaksa mereka berhenti dari profesi mereka.  Tapi apakah seperti itu konteks permasalahannya.  Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?   Dengan Sex Education?  Wah wah saya kurang paham, saya bukan ahli pendidikan, jadi tidak usahlah saya membahas soal itu.   Atau dengan penertiban alias pada ditangkapin saja mereka, lalu dimasukkan ke dalam panti rehabilitasi?  Begitu?

Banyak pengalaman menyebutkan beberapa dari “alumni” Panti Rehabilitasi kembali ke profesi semulanya di jalan jalan.  Hal ini yang membuat pemda setempat pusing empat belas keliling (bukan tujuh lagi-red) bagaimana mengatasi agar mereka tidak kembali ke profesi semulanya.  Jadi bagaimana donk?  Apa kita izinkan saja pemberian kondom gratis ini kepada mereka?    Kalau perlu didata siapa siapa saja yang mendapatkan “souvenir” tersebut agar bisa terpantau.  Begitu kah?

 Kembali kepada Keluarga
Saya punya usul saja,bagaiamana kalaw rencana Menteri Kesehatan yang ingin membagikan alat kontrasepsi Kondom kepada para remaja itu ditunda saja, sambil menunggu situasi yang kondusif , dingin dan telah mendapatkan masukan dari berbagai kalangan termasuk dari kalangan dunia pendidikan dan pemuka semua agama.  Mengapa dari semua agama, karena saya yakin tidak ada satu agama pun di Indonesia yang “merestui” pergaulan sex bebas. 

Ilustradi dari Internet
Mengapa harus ditunda?  Daripada bangsa ini kembali terpecah pecah karena isu yang satu ini bisa dianggap orang sebagai pengalihan isu dari masalah pelik lainnya yang masih “menggantung” untuk segera diselesaikan seperti kasus Lumpur Lapindo, Korupsi BLBI, dan seabrek lainnya. 

Biarlah urusan itu menjadi urusan para petinggi dan pejabat pemerintah kita yang pusing mencari pemecahannya, nah bagaimana dengan kita sendiri? Marilah kita kembali kepada keluarga. Back to our family. 

Mengapa harus kembali kepada keluarga?  Berkaca pada pengalaman sendiri yang Alhamdulillah sudah dikaruniai dengan sepasang anak dari Allah SWT,  bagi kami sekeluarga mengasuh, mendidik dan membesarkan adalah kewajiban orang tua terhadap anak anaknya.  Prilaku anak anak yang semuanya masih dibawah usia lima tahun (balita-red) sungguh sangat unik, menggemaskan kadang polos.  Bagaimana tidak,  nyaris apa pun yang dilakukan kedua orang tua, si anak nyaris menjadi “fotokopi” kedua orang tua dari hal yang sepele sekalipun.  Anak punya kebiasaan meniru orang tuanya.

Berbohong misalnya dengan menjanjikan sang anak hadiah berupa kue keju misalnya, tentu si anak akan membuncah harapannya dijanjikan hadiah manis itu. Dan jangan lengah janji orang tua kepada anak akan ditagih, si anak mempunyai daya ingatkan yang sangat kuat kalau orang tua mereka sudah berjanji membelikan kue keju.  Jadi jangan heran kalaw anak akan terus merengek menanyakan itu. 

Bekal pendidikan agama di lingkungan keluarga, mengajari mereka perbuatan baik dengan dasar agama yang kuat Insya Allah anak anak kita tidak akan tergoda oleh bujuk rayuan narkoba sampai kepada godaan pergaulan bebas.  Itu kalaw anak laki laki? Bagaimana dengan jika anak anda perempuan? Konon sebagian besar orang tua jauh lebih concern dan kuatir terhadap anak perempuannya.  Benarkah?   Nah bagi rekan rekan yang merasa demikian kuatirnya, bisa berbagi di sini.

Sebagai penutup, saya mencoba menggaris bawahi inti dari usulan saya dalam tulisan sederhana ini adalah agar keputusan pemberian kondom gratis kepada remaja yang digadang gadang akan segera dilaksanakan oleh Jajaran Menteri Kesehatan itu sebaiknya ditunda dahulu menunggu kondisi nya kondusif dan masyarakat sudah siap dengan segala konsekuensinya.  Mari kita kembali kepada basic nya keluarga di rumah. Mari kita bentengi anak anak kita dengan bekal agama yang tangguh Insya Allah segala godaan narkoba, pergaulan bebas beserta keluarga dan sodaranya bisa mereka hindari. (Asep Haryono)
Tulisan ini Memenangkan Lomba Menulis Artikel Tahun 2012 Yang Diselenggarakan Oleh StreetDirectory
Oleh : Asep Haryono

Bersantap makan siang atau makan malam di restoran adalah hal yang biasa, namun bagaimana kalaw anda makan siang dalam suasana konsep seperti ala ranch seperti yang ada di luar negeri sungguh hal yang unik dan patut anda coba. Pengalaman unik dan suasana yang serba back to nature itulah yang saya rasakan saat pertama kali berkunjung ke Restoran Rindang Alam yang terletak di kawasan Pal Lima Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.


Resto Rindang Alam memang secara resmi baru dibuka pada tanggal 18 Oktober 2008 yang lalu dan merupakan salah satu wisata kulner andalan Kalimantan Barat padaq umumnya, dan kebanggaan warga Pontianak pada khususnya.

Bahkan Benu Boloe pernah syuting d sini dan menampilkan menu kepiting asam pedas yang amat kondang kelezatannya itu. Wartawan senior Pontianak Post, Efrizan , bahkan sudah menulis tentang resto Rindang Alam ini pada blognya. Nah jika kamu ingin menikmati hidangan seafood yang enak, asyik dan suasana santai di kota Pontianak, Resto Rindang Alam bisa menjadi pilihan anda sekeluarga.". 

Benar Benar Rindang
Seperti memang begitu sesuai dengan nama restorannya sendiri yakni Ranch and Resto Rindang Alam yang benar benar mengusung tema ala ranch sungguh mempesona dan membuat mata sedap untuk memandangnya dengan aliran angin sepoi dan segar terasa menyejukkan.  Angin semilir yang berhembus hampir dari setiap sudut itu karena memang restorannya nyaris tidak mempunyai dinding, terasa seperti perpaduan antara konsep restoran indoor dan outdoor.

Bagi warga kota Pontianak sendiri yang pernah berkunjung ke restoran ala ranch di Rindang Alam ini mungkin merasakan sensasi yang agak beda karena konsep penataan rumah makannya dipadu dengan konsep penataan kawasan buah buahan dan perkebunan yang suejuk suejuk.

Restoran yang terletak
di Jalan Ampera dekat Polsek Kota Pontianak konon berdiri di atas lahan seluas 1,6 Ha.  Ada banyak buah buahan yang sengaja ditanam dan dipelihara oleh pemiliknya tidak saja untuk menarik minat para pengunjung untuk datang ke restoran Rindang Alam ini tetapi juga untuk membuat suasana bersantap menjadi real rindang alam.


RINDANG ALAM : Sesuai dengan namanya Resto dan Cafe Rindang Alam, suasana resto ini memang seperti berada di alam terbuka terasa menyejukkan. Foto Efrizan/Pontianak Post


 TEDUH : Bagaimana anda tidak betah berlama lama di resto Rindang Alam ala ranch ini.  Suasana sejuk menyejukkan dikelilingi pepohonan.  Udara yang segar semilir angin seperti dalam AC terasa di koridor ini,  Foto Shando Safela

"Enak banged bersantap di resto Rindang Alam ini bersama keluarga dan lokasinya memang sangat menyejukkan sekali dan banyak pohon pohon ya di sini, selain itu juga tempat parkirnya cukup luas dan dijaga oleh keamanan membuat kami nyaman di sini"  kata salah Kekes kepada saya.

  Menurut pria yang bekerja sehari harinya berprofesi sebagai illustrator di sebuah media cetak ini menyebut menu Kepiting yang menjadi andalannya.  "Selain itu di resto Rindang Alam ini juga ada tempat untuk bermain anak anak, bahkan kolam renang pun ada juga wah luar biasa" kata menambahkan. Saya melihat memang ada kolam renang yang stand by dan juga berbagai sudut disediakan kolam pemancingan yang amat disukai oleh para pengunjung restoran Rindang Alam ini,



Rasa Yang Seanggun Penampilan
Begitu anda memasuki Ranch Resto and Cafe Rindang Alam ini anda sudah disambut oleh staf dan karyawan Resto yang ramah dan bersahabat, dan anda akan dipersilahkan untuk memasuki koridor menuju bagian dalam resto yang di kanan kirinya penuh dengan aneka tanaman buah buahan dan juga bunga bunga. "Wah sejuknya dan terasa tenang sekali bersantap di sini, begitu tenangnya sampai jarum jatuh pun bisa terdengar nyaring di sini" seloroh Kekes

MENUNGGU : Ini teman teman saya pada setia menunggu
pesanan datang.  Udah Lapar ya mas?. Sama donk
Foto Hak Cipta Asep
"Silahkan pak mau pesan apa, daftar menunya sudah ada di depan bapak"  sapa karyawan restorannya sambil menunjuk lembaran lembaran daftar menu yang diprint warna warni dan dilapisi oleh pelindung plastik tahan air semacam laminating atau pres.

Sambil mengeluarkan pensil dan notes kecil, karyawan itu tetap berdiri siap mencatat menunggu pesanan dari saya.  Saya dengar Menu Kepiting Saos Naga sangat kondang sangat kondang di resto and cafe Rindang Alam ini. "Ah jadi penasaran nih mau coba" gumam saya dalam hati

Saya pun dengan cekatan menyambar lembaran demi lembaran daftar menu tersebut dan memperhatikan beberapa detil menu seafood yang menjadi idola di Ranch Resto and Care Rindang Alam ini.  "Saya pesan Kepititing Saos Naga, dan air Jeruk satu gelas ya".  Beberapa kawan kawan saya pun semuanya memesan menu kesukaannya masing masing namanya juga selera memang tidak dapat diperdebatkan.  "Seperti apa sih menu Kepiting Saos Naga itu" tanya saya kepada karyawan yang mencatat pesanan saya.

"Kepiting Saos Naga disajikan dengan lumeran saos buah naga yang berasa asam manis, dan dagingnya yang lembut semakin oke jika dicocol dengan saos buah naga, dan ini menu andalam kami pak,  ini memang tiada duanya deh"  rayu petugasnya. 

"Menu baru lainnya adalah Sayur keladi Cah Tengkuyung. Rempah-rempah spesial berpadu dengan empuknya daging keladi. Wah kalau Semakin menjadi-jadi deh ketika kepiting saos naga dan dan sayur keladi cah tengkuyung tadi bertemu dengan nasi bakar ala Rindang Alam" kata Karyawan tadi sambil menutup catatannya.." Oke dokehh  sajikan ya" kata saya.

Tak berapa lama kemudian, datangnya pesanan pesanan kami dan kami pun sudah tidak sabar lagi untuk segera mencicipi aneka hidangan dan menu yang sudah kami pesan terutama saya yang memesan Kepiting Saos Naga dan Sayur Keladi Cah Tengkuyung.    Penasaran ya kaya apa?  Nah selamat menikmati foto yang saya sajikan di bawah ini.


Sayur Keladi Cah Tengkyung.   Foto Shando Safela

Kepiting   Foto Shando Safela

Wah ternyata saya baru paham yang namanya Kepiting Saos Naga ya karena Kepitingnya harus dilumeri dahulu dengan Saos Buah Naga yang disebut oleh karyawan resto tadi.  Begitu juga dengan Sayur Keladi Cah Tengkuyung yang berwarna amat menggoda.  Dan dalam sekejam suap demi suap nasi dan menu maknyus tersebut sudah kami santap bersama kawan kawan.  Sensasi bersantap makan siang hari itu bertambah syahdu dengan semilir angin sepoi sepoi dan memandang ala ranch di sekelilingnya. Luar biasa sensasinya

Ada juga menu yang saya lihat bentuknya yang menawan, mencerminkan cita rasanya yang seanggun penampilannya seperti Ikan Gurami Saos dan Sayur, juga Cumi Bakar Isi Keju yang fotonya juga saya sampaikan di sini.  "Wah ini luar biasa baru kali ini saya merasakan Cumi bakar berisi parutan keju yang menggoda dan enak banged" kata saya.  


Ikan Gurami Saos.  Foto Shando Safela

Cumi Isi Keju.  Foto Efrizan


 MAKAN BERSAMA :  Inilah rekan rekan saya yang asyik menikmati makan siang Di Ranch Resto and Cafe Rindang Alam.  Suasana ala ranch tenang dan udara yang segar menambah sensasi luar biasa bersantap di resto ini.  Foto Istimewa

Tak lama kemudian rekan saya, Shando,  pun mengambil beberapa gambar lain dari menu seafood yang dipesan kawan kawan saja. "Tunggu dulu sebelum kalian makan, Shando Safela mau foto dulu ya menu menunya" akhirnya foto fotonya pun berhasil di dapatkannya.

Ranch Resto and Care Rindang Alam ini bisa dicapai dengan kendaraan roda dua maupun Empat, dan rutenya sangat mudah dijumpai.  Bagaimana dengan harganya? Harganya cukup terjangkau, dan jangan bandingkan dengan sensasi ala ranch seperti di luar negeri . dan lingkungan yang asri penuh aneka kebun buah buahan menjadikan Ranch Resto and Care Rindang Alam menjadi icon kuliner yang terkenal di kota Pontianak sampai kini. Yuk Kita ke Restoran Rindang Alam.  (Asep Haryono)



Lokasi       :  Ranch Resto and Cafe Rindang Alam. Pal 
                     Jalam Ampera Dekat Polsek Kota Pontianak
Buka         :  Senin s/d Sabtu.  Jam 09.00 s/d  21.00 WIB

Lihat Lokasinya di StreetDirectory
di Bawah ini



Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia