Catatan Asep Haryono

Menjadi seorang penterjemah (intepreter) dadakan?  Keliatannya memang demikian benar adanya. Seperti pada saat kunjungan AEC (Australian Education Center) Surabaya saat mengunjungi dapur Pontianak Post beberapa kali. Salah satu kunjungannya pada bulan Januari 2006 dimana tim AEC Surabaya juga ikut seorang Bule Australia , Dr Shannon Smith , dan beliau juga sangat fasih dalam berbahasa Indonesia.  

Jadi jika ada tamu asing yang datang patut dicatat juga kalau tamu asing bisa jadi bisa berbahasa Indonesia, atau pretending (berpura pura) tidak bisa berbahasa Indonesia. Selain itu juga setiap kali ada
tamu ASING atau bule yang datang ke redaksi Pontianak Post, biasanya saya yang diminta mendampinginya.  Kadang jadi penerjemah kadang juga hanya duduk saja bersama mereka. Liat sikon tentunya. Kapan saya dibutuhkan. eh ehm.  Nah seperti biasa biar tidak dibilang HOAX saya sertakan satu buah foto dokumenternya di bawah ini :

Mendampingi tamu AEC,Dr Shannon Smith di ruang redaksi Thn 2006 lalu. Foto ini sudah diunggah di Twitter @AsepHaryonoKGI
Mendampingi tamu Bule dari Belanda di ruang redaksi Agustus 2012 lalu . Mereka ingin mempromosikan pendidikan bagi anak penyandang Disabilitas.  Foto Ist


Nah bener khan?

Hari itu Sabtu (16 November 2013) sekitar jam 10.00 WIB Lantai 5 Graha Pena Pontianak Post kedatangan tamu bule. Jumlahnya 1 (satu) orang.  Saat itu saya sedang menyimak penjelasan Pak Salman (Pemimpin Redaksi Pontianak Post-red) sedang memberikan penjelasan kepada rombongan Mahasiswa BSI Pontianak di ruang tengah di lantai tersebut.

"Kang, ada tamu bule. Minta bantu donk jadi penerjemah" bisik Ibu Silvina (Sekretaris Redaksi) kepada saya.  Menjadi pendamping dan atau guide tamu asing di kantor sudah merupakan hal yang biasa bagi saya.

Kalau dilihat dari frekuensinya tamu asing memang jarang sebenarnya karena kebanyakan adalah tamu kantor dari Dalam Negeri juga.  JIka pun sering datang pada umumnya tamu tamu asing tersebut sudah disertai dengan penerjemah yang mereka bawa sendiri.  Selain  itu juga banyak tamu asing yang juga sudah mengerti dan cukup lancar berbahasa Indonesia.

Akhirnya praktis saya hanya jadi tukang terjemahin saja.  Dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia begitu pula sebaliknya.  Tamu itu bernama Bryan Butsol, berkewarganegaraan Australia, berusia 55 Tahun.  Dia datang ke dapur redaksi karena ingin melaporkan tindakan perompakan Kapal nya yang terjadi pada dini hari tanggal 9 November 2013 yang lalu.  Bryan bercerita cukup panjang lebar kronologis dan juga latar belakangnya mengapa hal (perompakan) itu terjadi.  Berikut foto fotonya:

TANYA : Saat in action jadi penterjemah dadakan. Sesekali bertanya dan bersenda gurau biar nda seriuesssssss.  Foto Istimewa
CATAT : Karena panjang kaya kereta api nih bule ngomongnya, saya mencatat poin poin pentingnya untu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Foto Istimewa
Bukan Asep donk kalau nda pake Foto Bareng.  Sindrom Foto Bareng Seleb yang tragis.  Foto Istimewa
Keren E. Thanks yang udah buat ini ya.   Gambar dari http://desacilembu.blogspot.com/

Bryan menceritakan kepada kami bagian umumnya saja saat peristiwa (perompakan) itu terjadi.  Beberapa barang memang berhasil digasak kawanan perompak tersebut misalnya Laptop, Tablet , Generator dan lain sebagainya.  Pensiunan Army Officer ini menyebut total kerugian karena perompakan ini sekitar 20.000 Australian Dollar.  Nah silahkan kalkulasikan ke dalam Rupiah berapa nilai kerugian beliau. Kurs Jual Dollar Australia adalah Rp.11.000,-  sedangkan BELI Dollar Australia adalah Rp.10.693,- seperti dalam tabelnya di Detik Com saat tulisan ini di publish. (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia