Catatan Asep Haryono

Berbatik bagi saya busana batik sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseharian saya baik yang bersifat acara formal seperti mengikuti seminar atau workshop di dalam dan di luar negeri, juga untuk kegiatan yang santai dan sederhana seperti kegiatan menghadiri ulang tahun sahabat, reuni sekolah dan lain sebagainya.

Memakai batik atau berbatik juga tidak serumit yang saya bayangkan. Beberapa tahun yang lalu saat saya masih duduk di bangku kuliah di era tahun 1990 yang lalu memakai batik tidak terlalu dipehatikan.

Saat itu saya lebih sering memakai baju yang non batik seperti memakai hem, kemeja lengan pendek tapi bukan batik dan juga kaos yang sederhana dengan latar belakang warna putih.  Saya suka sekali dengan warna putih. Saat itu saya masih kurang mengerti soal batik tidak seperti sekarang ini. Batik ternyata sangat elegan dan nyaman dipakai dalam berbagai keperluan dan kesempatan.
Foto Asep Haryono
Catatan Asep Haryono

Akhirnnya keinginan untuk bisa membetulkan sepeda Abbie yang sudah berbulan bulan ngejogrok (baca : terbelengkalai) di "gudang" (Hehehe padahal memang tidak ada gudang di rumah kontrakan kami-red), minggu lalu harapan itu kembali bersinar terang.

"Ayah, pagi ini bunda dan anak anak mau liat tetangga kita yang sudah lahir anak ke 3 nya, Ayah ke bengkel aja ya betulkan sepeda Abbie" pinta bunda Abbie kepada saya.   "Iya bunda siap" kata saya.  "Jangan lupa diperiksa rantainya, dan kaitan roda empatnya dicopot saja kan Abbie sudah besar, biar cepat bisa mengayuh sepeda roda dua, masak roda empat terus sampai tua nanti" kata Bundanya.

Anak tertua saya, Abbie Muhammad Furqan Haryono, atau yang biasa kami sapa dengan panggilan sehari hari dengan Abbie memang sudah lama memiliki sepeda roda empat merek WimCycle (mangap eh maaf kalaw salah tulisannya ya masbro-red). Harganya pun juga tidak kalah aduhai, namun tidak etis kalau saya sebutkan angkanya di sini. Rodanya ada 4 (empat), dan selama ini Abbie selalu "ketinggalan" jika diajak race sama kawan kawannya yang sudah lebih dahulu gowes sepeda dengan roda dua.

Nyaris Nyungsep
Akhirnya hari itu, tepatnya hari Ahad kemarin, taggal 6 Januari 2013 sekitar jamm 10.00 WIB pagi saya pun "menenteng" sang sepeda menuju sebuah bengkel sepeda yang cukup kondang di wilayah PIL.  PIL ini bukan kepanjangan dari "Pria Idaman Lain" ya, tapi "Pondok Indah Lestari" yakni sebuah komplek perumahan di daerah Kabupaten Kubu Raya>

Idealnya "membopong" sang sepeda roda empat ini perlu 2 (dua) orang ya. Satu yang memegang kemudi kendaraan (motor), yang satu lagi dibelakang memegang sang sepeda. Yah mirip mirip nenteng Kambing yang mau dikurbankan gitu deh. Hihehiee.  Saya jadi ingat waktu beli Kambing untuk qurban pada bulan Oktober 2012 yang lalu, saya sendiri yang nyetir, dan anak istri dibelakang saya pegangan megang si kambing hiheiheiheiee.
 
NUNGGING : hiehihee ini sepeda sampai ditunggingkann sama mamang bengkelnya karena mau dibetulkan rem depannya. Yuk mareee. Foto Asep Haryono
NGINTIP :  Wah abang tukang sepedanya melirik ke saya saat lensa kameranya ini diarahkan kepadanya.  Lirik nih yee.  Belum pernah liat orang ganteng moto ya bang? Foto Asep Haryono
SEDERHANA : Honda saya diparkir pas di depan bengkel Sepedanya. Saat sepeda dibetulkan saya  makan mie tiaw di kedai yang ada di depan bengkel ini. Sayang sekali yang jualan mie tiawnya belum siap. Foto Asep Haryono

Karena anak istri sedang ke rumah tetangga nengok lahiran, saya sendiri yang praktis "memboyong" sang sepeda yang masih beroda 4 (empat ini bak menenteng Kambing hiheiheie.  Agak sulit memegang stang motor HONDA saya (bukan IRON MAN yang biasa saya pake-red) karena letak stang sepeda agak sedikit "menganggu" kemudi stang motor saya.

Alhasil saat mau belok tikungan nyaris nyungsep ke got karena stang kemudi motor  tidak bisa dibelokkan ke kiri karena terhalang stang sepeda. Hihehheiheiee. Untung aja kaki masih gape pejak pedal rem. Kalau nda sempat ya beneran nyungsep ke got barengan sama motor dan sepedanya. Akbirnya dengan perjugan gagah berani akhirnya sampai juga saya di bengkel sepedanya.

Ngutang Dulu
Dari rumah saya "hanya" dibekali budget yang pas pasan (seperti biasalah saya nda nyaman nyebutkan angka di sini-red) buat just in case (jaga jaga-red) jika ada biaya.  Ya sudahh pastilah ada biaya jaman sekarang mana ada yang gratis keculai eh kecuali ngebengkel sendiri hiehiehiehiee.  Tadinya sih niatnya cuma minta roda rantainya dibersihkan biar nda macet sekalian "ngilangin" dua wing roda kiri dan kanannya sehingga jadi sepeda roda 2.

Nyata setelah sang sepeda di"bedah" sama tukangnya budgetnya jadi "membengkak" karena sang rantai sudh berkarat jadi harus diganti baru, selain itu juga rem depan dan belakang sepeda Abbie sudah rusak parah sehingga perlu diganti baru sesuai sarannya pak tukang sepeda. "Rantainya sudah karat nih bang, ganti baru ya, juga rem depan dan belakangnya juga total semuanya Rp.xx.xxxx" kata tukang sepedanya. Huaaaaaaaaa budgetnya nda cukup ooo.

Ya udah deh diambil aja yang penting Abbie bisa ceria dengan sepedanya yang sudahh masuk PIT itu dan bisa difungsikan kembali seperti sedia kalanya.  Lah bagaimana dengan pembayarannya?. saya waktu itu tidak bawa dompet selain "bekal" yang diberikan bunda Abbie dari rumah. Walahsil dengan diplomasi ala Menlu akhirnya boleh ngutang dulu. hiehiheiee. Setelah sepeda clear semuanya, barulah saya boyong ke rumah.  Bagaimana dengan utangnya mas bro Oh tentu saya balik lagi ke bengkel itu dan menyelesaikan kekurangan biayanya.  Hebat bisa ngutang. (Asep Haryono)

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia