Gambar dari Internet
Catatan Asep Haryono

Dalam menuliskan sebuah ide atau gagasan apa saja yang ingin dituangkan ke dalam sebuah postingan di blog tentu banyak ragam dan caranya masing masing. Setiap blogger atau penulis mempunyai gaya penulisan masing masing.

Ide bagaimana memulai sebuah postingan atau artikel sebenarnya sudah dikupas secara tuntas tas tass sama Miss Syahdini namun saya lupa judul dan tulisan beliau tersebut.  Saya sendiri tidak jarang mengalami kebuntuan atau macet mengenai ide apa yang saya coba tuangkan dalam sebuah postingan di blog

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya akan mencoba memaparkan trik yang sederhana bagaimana sebuah gagasan, ide, pemikiran, dan konsep pikiran blogger dituangkan dalam sebuah postingan.    Metode ini atau teknik seperti ini sering atau mempunyai kemiripan yang sangat tinggi dengan menulis desain skripsi.  Dari judul lalu mencari bahan, atau dari bahan terlebih dahulu baru kemudian akan ketemu judulnya. Hmmmm

Dari Tulisan Lalu Mencari Gambar
"Tidak ada foto, HOAX" beguti rh begitu kira kira yang sering saya dengar dan lazimnya memang sulit untuk bisa dikatakan sebuah kebenaran jika dalam sebuah artikel atau postingan di blog jika tidak dilengkapi dengan image (gambar atau foto).  Baik gambar berupa foto jepretan kamera sendiri, atau mengambil gambar darii sumber lain tentu dengan mencantumkan sumber dari mana gambar tersebut di ambil.  Tentu kita tidak mau disebut plagiator bukan?

Tapi secara pribadi saya kurang setuju dengan stikma atau stereotip tidak ada foto adalah HOAX. Saya secara pribadi kurang sependapat mengenai konsep tersebut.  Jika dalam artikel atau tulisan yang akan kita sampaikan adalah pengalaman pribadi dengan niat yang baikk dan jujur namun tema yang diangkat tidak memungkin untuk diambil gambarnya, atau tidak ada foto, tentu tidak bisa "dipaksa paksa" harus ada fotonya.

Memang jika tulisan atau artikel postingan yang dilengkapi dengan foto atau gambar maka alur cerita atau artikel yang akan kita sampaikan itu jauh lebih "bercerita". Selain itu juga karena gambar atau foto bisa "berbicara sendiri".  Dengan teknik tertentu bercerita saja sudah bisa menciptakan "image" atau "gambar" di benak para pembacanya.  Sebagai analoginya adalah siaran sandiwara radio yang sering saya dengar beberapa tahun yang lalu.

Sandiwara radio "Misteri dari Gunung Merapi" (wah urusan gunung ini mas Rawins jagonya-red) nah dalam sandiwara radio ini aliran dialog yang disampaikan para pemainnya sangat deskriptif sehingga bisa menciptakan "gambar" atau memberikan gambaran kepada para pendengarnya. "Hei Sembara mengapa kamu duduk di depan pintu seperti itu? " Kata Mantili misalnya.

Nah para pendengar radio sudah bisa membayangkan kira kejadian sebenarnya orang duduk di depan pintu. Nah tanpa gambar atau visual pun para pendengar bisa mereka reka gambar dari dialog tadi.  Nah teknik yang sering saya pake ini adalah IDE atau GAGASAN terlebih dahulu dan menceritakannya langsung di kanvas blog baru kemudian akan dicarikan gambar atau foto yang cocok sesuai dengan tema yang saya ambil.

Dari Gambar Terciptalah Tulisan
Nah teknik kedua yang sering saya pakai dalam memulai sebuah artikel atau tulisan yang akan saya sampaikan dalam sebuah blog adalah dengan memilih image, gambar atau foto jepretan saya terlebih dahulu baru kemudian tercipta sebuah gagasan atau ide apa yang akan ditulis. Dari teknik yang pertama, maka cara atau teknik yang kedua ini jauh lebih memberikan ruang yang lebih luas mengenai ide atau gagasan apa yang akan ditulis berdasarkan foto foto yang ada.

Dan tentu saja alasannya sangat sederhana.  Gambar atau Foto bercerita lebih banyak dari kata kata. Sebuah foto semangkuk bubur ayam saja yang saya tulis dalam artikel kemarin adalah salah satu contoh yang sangat sederhana. 



BUBUR :  Dari foto sederhana ini, semangkukBubur Ayam tentu akan banyak tercipta ide apa yang akan ditulis. Mau nulis cara buat bubur misalnya. Akan banyak yang dapat ditulis dari sebuah foto semangkuk bubur ayam kesukaan saya ini hiehiehiee.   Foto Asep Haryono
|
Foto semangkuk Bubur Ayam dalam artikel saya kemarin bisa dibahas dari berbagai sudut atau angle sehingga bisa menghasilkan cerita yang lebih bervariasi. Misalnya bagaimana proses pembuatan bubur ayam, apa saja konten atau isi sebuah bubur ayam dan lain sebagainya. Cerita dan ide ini akan banyak keluar dengan hanya memandang sebuah foto bubur ayam.

Namun terkadang antara teknik yang pertama dan kedua juga sering menimbulkan perbedaan konsep mengenai apa yang harus disampaikan kepada para pembacanya. Bagaimana menyakin pembaca bahwa tulisan yang dibuat adalah mengandung unsur kebenaran tanpa harus didramitisir. Sebagai contoh misalnya Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan makanan bayi terbaik di dunia saat ini.

Saat menyebut tema ASI saja para pembaca sudah paham maksudnya, jadi tidak perlu lagi ditambah dengan gambar si bayi sedang menyusui lengkap dengan gambar **Sensor** milik sang ibu.  Sebab bisa menimbulkan kesalahpahaman dan membuat risih kaum ibu lainnya yang kebetulan membaca tulisan tersebut.  Begitupula dengan pengalaman berjumpa dengan dedemit, hantu atau pocong, tentu hampir muskil alias mustahil jika harus memfoto dulu pocongnya. (Asep Haryono)



Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia