Catatan Asep Haryono

Berbagai berita di media cetak nasional dan juga televisi Swasta di tanah air yang memberitakan berbagai aksi kejahatan di dunia maya (cyber crime) seperti aksi penculikan pelajar sekolah yang kemudian diperdagangkan (astaghfirullah) dan juga berbagai kejahatan internet lainnya yang memakan korban generasi muda kita mulai dari aksi penculikan dengan iming iming yang menggiurkan dan lain sebagainya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak anak muda di Indonesia, khususnya para pelajar , yang gandrung pesbukan atau bahasa gaulnya "NgefBi". Yang hobi menggunakan Ipad disebut dengan Ngepet (baca "NgePad").

Sudah banyak ditulis orang di berbagai media tentang manfaat Internet bagi pelajar dan begitu juga berbagai tulisan mengenai dampak negatif dan sisi kelam (dark side) dari Internet yang bisa dibaca dengan hanya mengetikkan kata kunci (keyword) tertentu saja sudah ratusan artikel dan berita mengenai hal itu. Namun dalam hal ini saya mencoba menawarkan beberapa alternatif yang bisa diterapkan untuk menyelamatkan generasi muda kita untuk bisa terhindar dari kejahatan dunia maya yang sangat merugikan tersebut.

Jangan Mudah Percaya Dengan Orang Asing
Seorang penulis kondang di Indonesia yang kemudian dikenal sebagai tokoh blog Indonesia atau sebagai Bapak nya para blogger Indonesia ,  mas Enda Nasution , menyebutkan bahwa Generasi muda sebagai pengguna media sosial yang 90% nya berusia di bawah 35 tahun, dan hanya 20% dari total populasi Indonesia in. 

Gambar dari Internet
Beliau juga menyebutkan khususnya di Indonesia, Indonesia adalah negara ke 4 pengguna Facebook di dunia dengan 42 juta akun, negara ke 5 dgn akun Twitter terbanyak, dengan 19 juta akun dan teraktif ke 3 di dunia setelah Amerika Serikat dan Brazil. Indonesia memproduksi 1.5 juta twit per hari dan tidak berhenti ngetwit sepanjang minggu, dari senin hingga senin lagi. Menarik sekali temuan dari Mas Enda Nasution tersebut.  

Data dari kompas menyebutkan bahwa jumlah pemakai Internet itu sendiri kini sudah mencapai 55 juta pengguna data Desember 2011.  Luar biasa potensi keuntungan bisnis yang bisa di dapat sekaligus resiko penyalahgunaanya (Abuse).

Kembali kepada persoalan anak anak kita yang begitu mudahnya kepincut sama orang asing yang baru dikenalnya di jejaring sosial (social media) membuat kira para orang tua miris tak tentu rudu (Bahasa Pontianak "rudu" yang artinya kira kira prihatin tidak terkira).
Nah para orang tua perlu memposisikan diri sebagai mitra anak anak kita dalam berselancar di dunia maya, mendampingi mereka dalam menjelajah informasi yang bagai hutan belantara penuh dengan aneka pepohonan dan satwa satwa. Ibarat berkunjung ke dalam sebuah hutan, anak anak bisa tersesat di dalamnya. Bimbinglah anak anak kita agar tidak tersesat dalam mencari informasi dan hiburan dari internet. Bimbingan orang tua bukan berarti orang tua malah ikut larut dan asyik melihat lihat dan "mengintip" sang anak ngeNet. Kalau yang begini pengertiannya ya galau donk.

Orang Tua Jangan GapTek
Tidak semua orang tua di Indonesia mengerti atau tertarik belajar Internet atau browsing mencari informasi dan hiburan.  Ini harus dipahami dahulu agar kita mendapatkan pengertian dan visi yang sama. Kita tidak mungkin mengharapkan orang lain punya pola pikiran dan wawasan akan secanggih kita.  Ya bagi kawan kawan yang sudah super dalam wawasan dan pengalaman menjelajah dunia maya dan tau rambu rambu yang layak atau tidak layak dalam menjelalah internet.

Tapi tidak semua orang tua tahu itu, dan tidak semua orang tua tertarik untuk belajar buka website, bikin email bahkan ngobrol di Yahoo Messenger apalagi maenan FB (haha maenan?) dan lain sebagainya. Jangankan ngeNet , melihat alat yang namanya Komputer (Monitor, kibod) aja baru lihat. Bagaimana cara menggunakannya saja butak kayu ( Bahasa Pontianak yang artinya tidak tahu sama sekali-red).  Nah bagaimana bisa orang tua memfungsikan dirinya sebagai Pembimbing (guide) dan anak anak merasa mendapat "bimbingan" dari orang tua kalaw orang tua mereka sendiri gaptek.

Mau tidak mau orang tua harus tahu walaupun sedikit tidak apa. Jadi jika sang anak bertemu hal hal yang menurut para orang tua tidak nyaman, tidak "sehat", apalagi sampai sang anak membuka situs website yang "lucu lucu" nah orang tua bisa langsung menjelaskan kepada mereka bahwa hal itu tidak baik.  Mengharapkan petugas warnet untuk mengawasi ngenet para user atau pelanggannya juga tidak mungkin karena banyaknya customer yang datang di sana.

Bagi orang dewasa relatif mudah memfilter dampak negatif dari internet, bagaimana dengan anak anak kita? Generasi muda Perlu bimbingan orang tua.  Foto Asep Haryono

Berinternet Dengan Sehat
Sedangkan poin yang ketiga yang saya coba tawarkan ini adalah membimbing generasi muda atau anak anak kita untuk berinternet dengan sehat. Yakinlah bahwa Internet adalah sumber informasi yang penting untuk memperkaya wawasan, pengetahuan, dan sumber informasi bagi mereka agar tambah pinter, selain daripada manfaat lainnya dari Social Media (Twitter, Facebook) sebagai sarana berkomunikasi dan pertemanan dengan tetap memperhatikan rambu rambu yang ada.

Tidak mudah mempercayai orang yang tidak dikenal, tidak memberikan data yang aseli seperti nomor telepon aktif seperti Handphone, BB di akunnya masing masing.  Untuk hal yang ini mungkin terasa sulit pengawasannya terutama bagi para pelajar dan anak anak sekolah.  Hal ini mungkin tidak begitu terasa bagi kita orang dewasa (adult) yang mencantumkan nomor indentias telp HP atau BB yang aseli di akun social media karena orang tua akan mudah menolak (reject) atau menolak SMS palsu atau penipu. Nah bagaimana dengan anak anak kita yang masih lugu itu? Tentu resiko mudah percaya kepada orang asing sangat terbuka lebar selebar lapangan sepakbola. Nah loh

Berikan Kepercayaan Kepada Anak Anak
Saya bukan ahli anak anak walaupun sekarang sudah punya sepasang putra putri yang masih berusia dibawah lima tahun (BALITA) namun kelak mereka akan beranjak dewasa. Iyalah masa jadi anak anak terus sih.   Melarang sang anak anak kita saat membuka situs yang "lucu lucu" memang baik dan sebagai ganjaran langsung (qisas) seperti menghukum mereka secara langsung yang kedapatan lihat gituan.  Namun alangkah bijaksananya jika anak anak diberikan pengertian bahwa melihat itu tidak baik.

Salah satu pilihan lainnya dalam upaya orang tua menyelematkan Generasi Muda kita dari bahaya Internet adalah dengan menanamkan kepercayaan (trust) kepada generasi muda atau anak anak kita dalam berselancar di dunia maya.  Syukur jika di rumah juga sudah ada sambungan internet masing masing dan ini akan memudahkan orang tua dalam membimbing mereka dalam menjelajah dunia maya. 

Bagaimana jika sang anak justru diam diam mencari tahu di warnet?  Jangan panik, tetaplah tenang. Berikan lagi penjelasan dan pengertian dalam bahasa yang mudah dimengerti anak anak untuk tidak mudah percaya pada orang asing yang mereka jumpai di internet, tidak melihat situs yang tidak baik, dan berikan pemahaman dan bimbingan Agama sebagai bekal dan benteng UTAMA dalam mencegah dampak negatif dan bahaya yang mengintai putra putri kita. Mari selamatkan generasi muda kita dari bahaya Internet. (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia