Gbr dari Internet
Catatan Asep Haryono

Berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia dan juga di luar negeri di mana saja berada kadang memerlukan perhatian kita bersama untuk tergerak aktif dalam membantu mereka dengan segenap kemampuan kita.

Misalnya saja aksi penggalangan dana dengan pengumpulan koin untuk kemanusiaan dan masih banyak lagi. Apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan saudara saudara kita yang sedang dilanda kesulitan, musibah bencana alam, tanah longsor dan berbagai kemalangan lainnya? Dengan doa saja agar mereka terbebas dari segala kesusahan itu?

Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu saja sangat baik dan dianjurkan, namun tidak dapat merubah keadaan yang sebenarnya terjadi. Membiarkan terjadinya kemalangan dan kesusahan yang menimpa saudara saudara kita itu seharusnya tidak terjadi.

Dimanakah rasa keperdulian kita kalaw terus menerus begini? Sampai kapan bangsa Indonesia terbebas dari segala kemalangan dan kesusahan ini. Membantu saudaara saudara kita yang dilanda musibah harus dengan action atau tindakan yang nyata dengan hati sebagai permaisurinya. Mengapa kita harus memakai hati dalam setiap tindak tindakan kita?

Banyak Tekanan Kepentingan
Banyak contoh contoh nyata dalam kehidupan se hari hari dan terjadi di sekitar kita yang sering membuat kita merasa sedih, marah bercampur sedih. Banyaknya kepentingan yang melatar belakangi keputusan apa pun yang akan kita buat sering membuat kita “terpaksa” membiarkan terjadinya bencana terjadi di depan mata. Kita tahu saudara saudara kita itu sedang dilanda kesusahan, kemalangan atau kesulitan hidup, tetapi kita menutup mata dan tidak tergerak sedikitpun untuk membantu atau sekedar meringankan kesulitan mereka karena ada tekanan.

Orang orang yang berperilaku seperti itu patut kita kasihani. Kita kasihan mengapa orang orang itu tidak mau mendengarkan kata hatinya. Saya bisa memahami karena banyak dimensi yang berbenturan di sini. Banyak faktor yang bersliweran di sini berbenturan satu sama lainnya berkecamuk bak perang di dalam hatinya. Di satu sisi hatinya yang paling dalam mereka tahu bahwa kita harus membantu kesulitan dan kesusahan orang lain sebatas kemampuan, namun di sisi lain ada kepentingan yang harus dipatuhi dan dilindungi. Mengapa ini bisa terjadi?

Sebenarnya cukup mudah untuk menjawab pertanyaan di atas. Harus ada perjuangan yang luar biasa beraninya yang harus diambil untuk menentang kuatnya pengaruh tekanan agar keputusan yang diambil tepat. Resiko tentu sudah ada. Apakah akan kena teguran, atau sanksi atas tindakannya itu? Langkah berani seperti yang saya sebutkan tadi tidak mudah dilakukan orang, dan hanya mereka yang bisa menjembatani kepentingan dan kearifan lokal sajalah yang mampu memenangkan “peperangan” di dalam hatinya.

Andai kita tidak mampu secara terbuka atau diam diam dalam membantu meringankan kesulitan dan kesusahan orang lain, lakukanlah sesuatu yang “beda” tanpa harus melanggar kesetiaan dan loyalitas kita dalam membela kepentingan tadi. Jadi jika kita tidak mampu membantu meringankan kesulitan dan kesusahan orang lain maka berilah “sesuatu” agar mereka bisa bangkit dan menolong dirinya sendiri. . Kata orang jika kita tidak mampu memberinya ikan, nah beri saja mereka kail untuk bisa membantu mereka mencari ikan sendiri. Saya kira tindakan yang terakhir yang saya sebutkan tadi adalah upaya yang terakhir yang bisa kita lakukan.

Bagaimana Harus Bersikap
Bukan hal yang mudah untuk mengikuti kata hati. Melakukan suatu kebenaran tidaklah mudah bagi sebagian orang, justru sebaliknya yang terjadi sekarang adalah sebagian orang melakukan sesuatu yang dianggapnya benar. Ini ngawur sebenarnya. Berbuat sesuatu kebenaran adalah domain yang tidak bisa dikotak katik dipandang dari segala sudut. Melakukan sesuatu yang kita anggap benar adalah korup, dan bersifat otoriter. Dari sinilah kita tahu bahwa ada “musuh” baru yang harus diperangi yakni diri kita sendiri.

Mengapa pula kini kita berhadapan dengan diri sendiri? Dimanakah hati ini berperan dalam melihat suatu kebenaran?. Kita boleh saja tersinggung, marah dan terbakar emosi kita karena merasa diperlakukan tidak adil dan sewenang wenang oleh orang lain, tetapi pikiran dan tindakan kita haruslah tetap dingin, positive thinking dan elegan. Ada harga diri yang dipertaruhkan dalam upaya kita memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak kita. Kita berhak memperjuangkan hak yang seharusnya milik kita karena sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Persoalan akan semakin runyam jika sudah bersinggungan dengan kesalahan yang sudah kita buat di masa lalu. Catatan tinta hitam yang pernah kita buat menjadi catatan kelam kehidupan kita di masa lalu yang tidak bisa dilupakan.

Kesalahan memang bisa dimaafkan, tetapi tidak mudah untuk dilupakan. Saya rasa kesalahan adalah hal yang manusiawi. Tidak ada orang di planet ini yang tidak pernah membuat satu kesalahan. Kita belajar dari kesalahan. Nah yang kita sayangkan ini adalah menggunakan catatan kesalahan tersebut sebagai dasar pijakan keputusan yang akan dibuat dengan menafikan kebenaran. Di sinilah hati berperan.

Jika itu sudah meniadi haknya, maka berikan hak itu kepadanya. Seorang pelajar yang kedapatan melakukan tindakan kriminal dan harusdi tindak sesuai hukum yang berlaku yang berujung kepada penahanan fisik di penjara, tidak akan berkurang haknya untuk mengikuti ujian nasional.

Ini hanya contoh saja. Jadi bersikap adil bukanlah hal yang mudah. Jangan lagi berlandaskan perasaan (feeling) atau emosi dalam memandang suatu kasus. Berpikirlah dengan jernih. Memilah milah mana yang seharusnya menjadi hak orang lain, mana yang berupa kebenaran, dan mana kepentingan yang harus dilindungi. Semuanya terpulang kepada hati nurani kita masing masing. Hati tidak akan pernah bohong. (Asep Haryono)

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia