Kalaw dilihat dari judul postingan saya kali ini memang bertema Kuliner ya tentu tidak terlalu jauh memang karena ini cerita kecil saja kejadian yang saya alami kemarin hari Sabtu tanggal 2 Juni 2012 di depan Masjid Al Muhtadin Universitas Tanjungpura Pontianak.

Singkat cerita hari itu saya memang "ngantor" sebentar untuk mengupload berita di portal website kantor saya yang terletak di bilangan Gajah Mada tepatnya persis di depan Pasar Flamboyan. Jadual hari Sabtu memang agak "beda" dari hari kerja rutin lainnya karena boleh setengah hari saja kerjanya.

Jam sekitar pukul 16.15 WIB, saya pun bergegas memacu kendaraan roda dua kesayangan saya Honda Supri Fit keluaran jadul tahun 2005 dengan plat kendaraan nomor KB 3815 HY yang saya beli secara kredit 8 bulan dari PD Motor KITA di Jalan Imam Bonjol tepatnya di samping Nasna Flower. Motor ini saya cicil per bulan Sebesar Rp.510.000,- (Lima Ratus Sepuluh Ribu Rupiah) dengan masa kredit cukup 10 bulan saja. Oh ya saya pake DP loh (Bukan Dewi Persik ya-red) sebesar 6 juta rupiah, wah seru banged dah. La kok jadi cerita motor sih, ini kok jadi melenceng ceritanya malah cerita motor pula he.

Kuliner Memang Mengasyikan
Saya memang seorang penggemar Kuliner Jalanan sudah cukup lama,  saya bukan anti Restoran atau menu menu yang disajikan di rumah rumah makan, Cafe , atau Hotel, karena yang begituan itu sudah bosan bagi saya.  Tren sekarang ini adalah menikmati kuliner di Jalanan, kembali "ndeso" yang terasa sangat ramah lingkungan dan juga rumah di harga.

Saya suka Pizza, tapi saya juga jengkol, atau singkong sekalipun. Yang namanya selera memang tidak dapat diperdebatkan tentunya bukan. Jalur jalur kuliner di jalan terutama di sepanjang jalan Gajah Mada misalnya, dan di sepanjang koridor jalan Jalan Sutan Syahir (kota Baru) memang "syurga" nya kuliner Jalanan bagi ukuran saya. Berbagai macam snack ringan sampai snack tidak ringan tersaji, terhampar, tergeletak, terlena, membahana, dan meregehese semuanya tumplek ruek (Ngaco bahasanya e-red) di kedua lokasi kuliner tersebut. 

Makanya begitu saya dengar ada isu Pontianak ingin dijadikan sebagai kota icon Kuliner di Kalbar, wah lompat kegirangan hingga jaraknya 2 meter ke depan saking senangnya atas ide brilian itu. Maklum saya food lovers bersertifikat ne.
Kekes.  Photo Asep Haryono
Anda suka Roti Cane? saya suka juga.  Anda suka tahu isi, tahu gejrot, bakwan atau batagor?  Ngomong ngomong soal batagor, saya punya rekan kantor saya, Kessusanto Liusvia , yang juga berprofesi sebagai karikatur /Ilustrator yang amat menggemari penganan rakyat Batagor ini.

"Batagor sekarang makin mahal, kalaw dulu harganya sekitar Rp.3.500,- (Tiga Ribu Lima Ratus Rupaih) kini sudah lebih dari 5 ribu per porsi, tapi tak apa Batagor enak banged bagi saya"  tutur Kekes, sapaan akrabnya di kantor kami.

Saya sempat bertanya kepadanya lokasi /spot Batagor kesukaannya di kota Pontianak, dia bilang beberapa tempat Batagor Jalanan yang dia sukai kebanyakan berada di wilayah jalan Imam Bonjol (tepatnya di depan kampus ASMI Pontianak), dan juga di depan Pontianak Convention Centre).  "Di Merdeka juga ada, bahkan di Alianyang juga ada kok" katanya

Jadi kalaw dia sedang berulang tahun, jangan dikasih uang, benda elektronik atau hadiah lain , cukup kasih kupon makan Batagor gratis setahun buatnya, pasti dia senang. hahahahaha.  Serius amat sih. Yang terakhir ini tentu saja becanda atau main main ya.

Kembali ke tema tulisan singkat saya hari ini, soal Siomay On The Street, rekan rekan tentu sering ya mampir di food court yang ada di Mall atau di tempat lain di Kota Pontianak. Atau barangkali pernah mampir di Siomay yang kondang di Kota Pontianak yakni Siomay Kantin Bu Jujuk atau Siomay Bandung?. 

Enak sekali bukan. Tau kah kalian beda Siomay Kantin Bu Jujuk dengan Siomay Bandung?.   Saya pribadi melihat letak perbedaan di bahan dasar Siomaynya dan assesoriesnya.   Mohon dikoreksi jika saya salah ya. Siomay Bu Jujuk bahan dasarnya Daging Sapi, jadi lembut teksturnya dan memakai emping sebagai pelengkapnya. Sedangkan Siomay Bandung memakai bahan dasar Ikan Tenggiri atau Belidak.   Mohon dikoreksi jika saya salah ya.

Nah siomay yang saya icip icip di jalanan kemarin sore (Sabtu, 2 Juni 2012) adalah abang Siomay yang biasa mangkal di depan plaza Masjid Al Muhtadin Universitas Tanjungpura Pontianak.  Dari segi cita rasa memang tidak senikmat dan selezat siomay papan atas seperti Siomay Bu jujuk dan Siomay Bandung, dan itu pastinya memang jauh beda baik ditingkat harga maupun cita rasanya.  Penganan siomay jalanan yang biasa dipasarkan dengan gerobak ini memang ditujukan untuk umum dalam artian untuk penganan anak anak. Tapi jangan salah dikotomi loh.

Tren sekarang ini malah menjungkir balikkan keadaan 180 derajat. Orang dewasa kini juga cenderung menyukai jajanan atau kuliner jalanan yang biasa identik untuk jajanan anak anak sekolah.  Tentu banyak faktor yang melatar belakanginya mengapa sampai orang dewasa pun menyukai jajanan anak anak. 

Selain urusan selera memang tidak dapat diperdebatkan, ada faktor NOSTALGIA dan kesenangan tersendiri membeli jajanan anak anak di jalanan.  Juga jajanan khas kuliner lainnya seperti Keripik Singkong, Fried Chicken , Es Puter, Rujak Petis  dan kuliner tradisional khas Indonesia lain sebagainya.

SIOMAY MAMANG : Harganya sudah mencapai 8 ribu per porsi. Soal Rasa? Jangan tanya.  Kalaw yang namanya perut lapar pasti tentunya enak. Lidah orang kan beda tentunya. Bagi saya enak aja.  Photo Asep Haryono

Dulu harga satu pirin atau satu porsi Siomay seperti ini harganya Rp.5.000,- (Lima Ribu Rupiah) saja, dan rekan rekan bise mendapatkan satu porsi siomay dengan pilihan item item kesukaan rekan rekan misalnya Kentang, Tahu, Siomaynya, atau Kol.  Tapi jarang ada konten yang selengkap di Siomay Bandung atau Siomay Kantin Bu Jujuk yang cenderung lebih lengkap isi variannya.  Ada kentang, Pare, Tahu Isi, Kol, dan juga pernak pernik lainnya.   Teksturnya juga jauh beda, kalaw siomay  jalanan seperti ini lebih lembek, karena bahan dasarnya.  Wajar saya kira sepadan dengan harganya.

Saat itu saya parkir motor Honda saya di sebelah sang mamang Siomay, dan saya pun memesan satu porsi siomay (tentu dengan banyak sambel atau cabe karena saya fans pedas-red) dan saya pun boleh angkat kaki nyanti di bangku yang sudah disediakan.  "Kadang kita di usir sama pengelola UNTAN agar tidak berjualan lagi di sini (Depan Masjid Al Muhtadin-red) padahal saya sudah lama berjualan di sini" kata nya tanpa mau disebutkan namanya.  Dia bilang tertarik juga untuk membeli lapak di Kantin UNTAN itu atau menyewanya per bulan untuk menaikan omzet jualannya.

Andai ada pengusaha yang mau memberikan modal atau pelatihan kewirausahaan kepada mamang mamang Siomay dan juga usaha muda lainnya di Kota Pontianak ini tentulah hasil jualan mereka akan lebih meningkat lagi di masa depan. 

Yang unik dari jualan Mamang Siomay ini adalah mereka "mobile" karena gerobaknya sudah dilengkapi dengan RODA, jadi jika terjadi pengusiran tidak hormat (memang ada ya diusir terhormat?-red) mereka dengan mudah memindahkan dagangannya ke tempat lain. Lain halnya jika mereka membangun sendiri lapak di sembarang tempat yang masuk dalam katagori PEKAEL alias Pedagang Kaki Lima yang banyak diuber uber oleh Satpol PP untuk segera pindah, kalaw nda pindah ya digusur habis habisan.  (Asep Haryono)

Lokasi       :  Depan Masjid Al Muhtadin Kampus Untan Pontianak.
                      Kubu Raya. Kalimantan Barat
Lihat Lokasinya di
StreetDirectory di Bawah ini



Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia