Bunda dan Tazkia
Sebagai keluarga baru yang sudah mengikrarkan diri melaksanakan Sunnah Rasullullah SAW di sebuah kota kecil di Kulon Progo, Jogjakarta, tanggal 11 Desember 2005 yang lalu memang terasa baru bagi kami yang masih amat minim pengalaman dalam mengurus rumah tangga, mengurus keluarga. Belum dapat saya sampaikan dalam tulisan saya dalam Bahasa Indonesia kali ini mengenai suka dan dukanya selama mengarungi Biduk Rumah Tangga yang dibina sejak tanggal 11 Desember 2005 yang lalu itu.

Tidak terasa tahun 2012 ini adalah tahun ke 7 (tujuh) usia pernikahan kami dan nyaris tidak pernah kami lewatkan untuk selalu saling mengingatkan dan saling menjaga diri dari hal hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Sebagai keluarga yang masih amat baru, dan mungkin bisa disebut sebagai keluarga "anak bawang" alias "anak baru kemarin sore" dibandingkan dengan senior senior saya di sini. Orang tua mungkin menjadi contoh yang bisa dibilang langka, dan orang tua kita dahulu sudah mengajarkan betapa yang namanya Loyalitas dan kesetiaan pada pasangan sungguh amat mengagumkan. Tidakkah itu merupakan contoh yang indah yang wajib menjadi panutan bagi keluarga keluarga baru era sekarang ini?


Apa ? Era sekarang ini?. Dalam buku "Ganti Hati" karangan Bapak Dahlan Iskan dibagian akhir cover buku itu sudah disebutkannya dengan jelas bahwa satu generasi memang berbeda dengan generasi lainnya. Satu generasi yang berbeda jauh memang tidak dapat dipaksa untuk didekat dekatkan. Orang tua kita adalah panutan yang sempurna untuk ditiru oleh anak anaknya.

Hadirnya dua buah hati, sepasang putra dan putri merupakan amanah, titipan, dan ujian dari Sang Pencipta Allah SWT bagi kami sekeluarga. Menantikan kehadiran buah hati bagi mereka yang sudah menikah namun belum diberikan oleh Allah SWT memang terasa berat, menyakitkan, dan kadang menimbulkan rasa kekecewaan. Mengapa saya bisa mengatakan demikian, ya karena kami memang pernah mengalami masa penantian yang cukup lama untuk diberikan buah hati.

Selama kurang lebih satu tahun setengah masa penantian kami akan lahirnya buah hati kami yang pertama, Abbie Muhamamd Fuirqan Haryono yang sekarang sudah menginjak usia yang ke 4, 5 tahun  kurang lebih. Terlahir di sebuah rumah sakit bersalin yang sederhana yang terletak di Kota Baru pada tanggal 12 Maret 2008.  Saat ini Abbie atau "siganteng" panggilan sayang kami padanya kini bersekolah di salah satu TK Islam yang terletak dibilangan Jalan Ahmad Yani.

Menyusul berikutnya adiknya yang lahir ke dunia, perempuan, yang kemudian kami beri nama "Tazkia Montessori Putri Haryono" yang dilahirkan saat terjadinya musibah meletusnya Gunung Merapi , ya Tazkia atau "Cah Ayu" panggilan sayang Bundanya kepada Tazkia memang lahir di KulonProgo, Jogjakarta (Central Java) pada tahun 2010 lalu, tepatnya tanggal 10.  Beda dikit dengan tanggal Pernikahan kami yang 11, dan uniknya Abbie lahir pada tanggal 12nya.  Jadi kalaw di susun berurutan memang menjadi deret angka 10 - 11- 12 gitu deh.  Tapi stopsss, saya tidak membahas angka  angka di sini atau di sana

Aktifitas Yang Seru
Punya dua anak yang masih dalam kelompok BALITA (Dibawah Lima Tahun-red) memerlukan perhatian ekstra dalam merawat dan membesarkannya bagi kami berdua, kedua orang tuanya.  Bayangkan saya dan istri sama sama bekerja, saya aktif sebagai salah satu karyawan di sebuah perusahaan swasta di kota Pontianak, sedangkan istri saat ini tercatat sebagai salah satu staf pengajar di sebuah SMA yang terletak di kabupaten Kubu Raya, kecamatan Kubu.

Kesibukan yang dirasakan rutin setiap harinya membuat kami berdua memerlukan waktu yang cukup ekstra hal ini terutama karena kami berdua tidak memiliki pembantu rumah tangga,  tidak mau punya.  Mungkin saat ini memang belum diputuskan untuk mencari pembantu rumah tangga.   Di beberapa keluarga teman dan kerabat memang banyak yang mendapatkan batuan dari kerabat atau keluarga untuk merawat dan menjaga anak anak di rumah mereka, namun tidak bagi kami untuk saat ini, entah saat nanti.


Abbie dan Tazkia.  Photo by Asep Haryono


Bagi saya pribadi, memang masih belajar bagaimana menjadi "Bapak Rumah Tangga" yang baik, dan ini sebenarnya sudah saya tulis pada bagian lain dari tulisan saya di sini, peranan menjaga dan membesar anak anak sudah cukup lengkap saya tulis di halaman itu, dan rekan rekan bisa membacanya di sini.   Dalam satu minggu saja, saya harus antar jemput Abbie dari rumah dan sekolahnya, setiap hari Selasa, Kamis Dan Jumat. dan begitu seterusnya.    Sedangkan adiknya, Tazkia , juga saya yang mengurusnya.

Dalam pengertian "mengurus" di sini adalah pengasuhan yang hanya berlangsung dari jam 17.00 WIB sore hari hingga pada ke esokkan harinya yakni pada jam 07. 00 WIB, dan selanjutnya anak anak saya lanjutkan pengasuhannya kepada "orang tua angkat" nya, atau mereka yang sebenarnya bukan dari kelompok langsung darah kami, melainkan orang lain yang sudah lama kami anggap sebagai orang tua juga.   Bisa dibayangkan betapa "asyik" nya mengurus dua orang buah hati ini.    Andai sang adik (Tazkia) ingin "Be A Be" , dan pada saat itu juga abangnya (Abbie) mau mandi, wah luar biasa "serunya".  Dan semuanya dalam hitungan menit.

Ayah dan Tazkia
Begitu pula pada saat saya pulang saya pulang dari kantor biasanya sampai rumah pada pukul 17.00 WIB nah bisa dibayangkan bahwa saya hanya "punya waktu" sekitar 30 menit untuk berbenah rumah, sebelum menjemput anak anak dari rumah pengasuh (Orang Tua) angkatnya.

Adalah keluarga Bapak dan Ibu Muhyar yang kami perkirakan usianya sudah memasuki 50 an, dan mereka adalah keluarga biasa, dan mereka tidak memiliki pekerjaan tetap.  Anak anak keluarga itu sudah besar besar, dan mereka senang mendapat "tugas" mengasuh anak anak kami hingga sampai sekarang ini.

Abangnya , Abbie , sudah "alumni" dari "kampus  Muhyar" sejak beberapa bulan yang lalu, dan Abbie di asuh oleh keluarga itu sejak berusia 10 (Sepuluh) bulan hingga sekarang, dan sudah "lulus" , dan kini menyusul adiknya, Tazkia , yang masuk "kampus Muhyar" sejak berusia 2 bulan hingga sekarang.   Bagaimana dengan biaya biaya untuk pengasuhan mereka?. Mau tau ya? Yah boleh boleh saja, mengapa tidak.   Sekedar ilustrasi saja, biaya "mengurus" keduanya (Tazkia dan Abbie) berkisar antara Rp.500.000 - Rp.800.000,- dan itu belum termasuk biaya lain yang juga tidak kalah penting seperti susu, pempes, bedak, minyak telon dan lain sebagainya.

Dengan keadaan seperti sekarang ini, dengan dua anak, agak sulit bagi kami berdua (ayah dan bundanya-red) untuk sekedar "leyeh leyeh" atau bersantai sedikit menikmat indahnya A Yani Mega Mall walau cuma sekedar liat liat saja, dan tidak belanja belanji.

Atau sekedar nonton berdua di Bioskop A Yani 21 nya, juga sangat sulit dilakukan dengan kondisi seperti sekarang ini.   Jadi jika pun kami harus pergi bersantai, maka mau tidak mau atau suka tidak suka, anak anak juga harus turut serta, walaupun tidak selalu.  Terkadang juga harus ke "kampus" dulu, baru setelah kami kembali dari bepergian di jemput.

Barangkali ini saja dahulu sekelumit ceritanya, dan kesibukan akan semakin "seru" lagi jika salah satu dari mereka, ntah adik atau abangnya yang kena flu atau demam juga, nah otak di kepala harus muter tawaf kalaw perlu mencari jalan keluarnya.  Seringnya sang anak kena flu atau demam di saat keuangan keluarga sedang "demam demamnya'" dan terpaksalah harus "kreatif" dalam mencari dana mendadak untuk mengantarnya ke Dokter anak, atau sekedar membeli obat jalan di Apotik.  Semuanya ini akan menambah "jam terbang" kami dalam mengurus anak anak dalam sebuah keluarga.   Ayah dan Bunda dalam hal ini suami dan istri bagaikan sebuah "team" yang saling bahu membahu dan saling membantu.  Indah dan sangat menyenangkan. (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia