Dalam setiap sisi kehidupan anak manusia selalu mencerahkan dan kadang memberikan inspirasi bagi orang lain yang salah satunya adalah tokoh panutan hidup. Nah panutan ini bisa siapa saja entah itu tokoh agama, tokoh nasional, tokoh pejuang kemerdekaan, tokoh sosok pahlawan, bahkan sampai tokoh Power Ranger dan Nobita pun bisa menjadi kiblat atau arah seseorang yang mengagguminya. Memang tidak ada larangan kalaw kita mengidolakan mendiang Michael Jackson misalnya.

Atau mungkin kenalan atau sodara kita sekalipun yang mengidolakan Inul Daratista atau Ayu Ting TIng yang kondang saat ini dengan tembang "alamat palsu" nya itu. Nah siapa pun yang menjadi idola atau tokoh panutan kita itu cenderung memberikan kontribusi bagi para pengidolanya. Maunya sih kontribusi itu bersifat positif dan membawa arah kebaikan, namun siapa ang bisa menjami kalaw semua itu bisa memberikan pengaruh positif yang kita harapkan. Manusia memang tidak sempurna seperti tema tulisan saya hari ini. Klise memang, dan sering kita dengar selama ini, dan memang manusia tidak ada yang sempurna. Kata orang barat kondang menyebutnya dengan satu ungkapan pendek "nobody's perfect" atau Tak ada gading yang retak. Benarkah manusia itu tidak ada yang sempurna?

Penuh Kekurangan
Nah ini juga menarik. Yang namanya sempurna sudah pasti tidak akan ada dalam diri manusia. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, Penguasa segala kerajaan langit dan bumi, dan DIA lah Maha Sempurna. Namun bisakah manusia memiliki sedikit saja apa yang dinamakan sempurna itu. Nah perasaan merasa sempurna tentu bisa dirasakan setiap orang dan setiap orang tentu boleh merasa dirinya sempurna dalam ukuran tertentu tentunya dan bisa dipertanggungjawabkan.

Namun pada kenyataannya bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan yang sudah dari "sono"nya terpatri dalam diri setiap manusia. Allah SWT Maha Pencipta sudah memberikan bekal kepada setiap hambanya, manusia , berupa seperangkat kesempurnaan dan juga kelengkapan lainnya yang berbentuk kekurangan. Kekurangan yang saya maksud di sini bersifaat multidimensional, baik itu kekurangan lahiriah dalam artian fisik, dan juga kekurangan bathiniah yang anda sendiri yang bisa menjabarkannya apa itu kekurangan lahiriah.

Dari segudang kekurangan yang ada pada manusia itu tentunya setiap individu merasakannya sendiri, dan juga kadang dirasakan oleh orang lain. Banyak contoh yang bisa kita petik dan kita jadikan pelajaran dalam kehidupan ini. Coba saja tengok di jalan raya, dan anda akan sering menemukan para pengemis jalanan yang beranek ragam rupa dan kondisinya. Mulai dari yang badannya tegap, tegar, kuat namun pekerjaannya meminta minta.

Sampai kepada para pengemis yang memang memiliki cacat fisik, dan dia menjadikan cacat fisiknya itu sebagai alat untuk memancing belas kasihan orang sehingga memberikan bantuan uang receh kepadanya. Ada juga para pengemis atau peminta minta yang mengajak anak kecil serta bersamanya bergerilya meminta minta di jalanan. Kita tidak akan pernah tau apakah itu anaknya sendiri yang diikutkan ibu atau ayahnye mengemis hanya untuk memancing belas kasihan orang, ataukah ada motif bisnis dibalik aktifitas seperti ini. Banyak isu yang beredar bahwa anak yang sering dibawa orangtuanya serta mengemis adalah anak titipan orang lain sebagai ladang bisnis untuk menghasilkan uang dengan mereka sebagai "pekerja" nya. Nah bagaimana kita menyikapi fenomena seperti ini? Haruskah kemiskinan kita salahkan sebagai biang keladi dari rasa ketridak sempurnaan diri kita semua ini?

Bagian Penutup
Manusia seperti kita tidak akan bisa mencapai derajat kesempurnaan dalam artian menjadi "super hero" yang bisa berbuat semaunya dan segala galanya. Manusia seperti kita memang sudah dibekali oleh akal sehat yang harus digunakan dengan bijaksana dan menggunakannya untuk tujuan kebaikan baik untuk kebaikan dirinya sendiri dan atau untuk kebaikan orang lain. Kesempurnaan dalam artian fisik memang bisa dicapai oleh manusia, dengan kekuatan uangnya, dia bisa membeli dan membelanjakannya untuk bisa memenuhi hasratnya menjadi hidup sempurna dengan segala yang ada. Uang memang perlu untuk menunjang aktifitas kita sehari hari namun materi atau harta tidak bisa dijadikan alasan kalaw kita harus berbuat buruk atau jahat hanya untuk menutup nutupi ketidaksempurnaan dalam diri kita itu. Haruskah harga diri anda korbankan hanya untuk menjaga prestise atau imej kesempurnaan dalam diri anda sendiri?. Tidak perlu sampai sejauh itu. Namun yang pasti di sini adalah manusia seharusnya berusaha sekuat mungkin untuk menjadikan ketidaksempurnaanya itu sebagai kelebihan yang bisa dirubah menjadi energi positif untuk berkarya dan berprestasi.

Berbahagialah anda yang diberikan kesempurnaan oleh Allah SWT baik kesempurnaan dalam hal lahiriah, tubuh dan wajah yang baik serta. Namun alangkah indahnya jika kesempurnaan fisik dan lahiriah itu juga dibarengi dengan 3 B (beauty, brain dan behavior) seperti yang sering kita dengar dalam ajan ajang lomba miss universe itu. Wajah dan fisik yang cantik dibarengi dengan otak dan wawasan yang cerdas serta dibalut dengan sikap , perbuatan dan tingkah laku yang baik dalam keseharian akan menjadikan seseorang itu menjadi "sempurna" dan bisa dikatakan paripurna dalam hidupnya. Haruskah seideal itu kita harus berpikir dan menjadikan diri ini menjadi sesempurna seperti yang digambarkan dalam syarat 3 B di atas?. Jawabannya tentu saja tidak akan bisa sesempurna yang ideal. Hmmm. Banyak yang akan disinggung kalaw membicarakan manusia dengan segala tingkah polanya ini, dan kita juga perlu melakukan intropeksi ke dalam diri sendiri, apakah yang selama ini kita lakukan dalam hidup sebagai tujuan untuk mencapai kesempurnaan?


Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia