Jangan Berkata Tidak
Bila kau jatuh cinta
Terus Terang Sajalah
Buat Apa Berdusta

Cinta itu anugerah
Maka Berbahagialah
Sebab kita sengsara Bila Tak Punya Cinta


Lirik lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Doel Sumbang yang berjudul "Arti Kehidupan" yang saya dengar sore kemarin menginspirasi saya untuk membuat tulisan ringan ini. Cinta. Ah sekali lagi soal cinta. Ngomongin soal cinta akan tidak ada batasnya. Cinta teramat luas untuk bisa didefinisikan, dan cinta memang luas melintasi antar generasi, ras, suku, agama dan semua tingkatan manusia. Begitu universalnya cinta sehingga tidak dapat dibatasi maknanya. Satu kata yang menarik perhatian saya dari lirik lagu di atas adalah "Sengsara". Dalam potongan syairnya, Doel Sumbang menyebut "..Sebab kita sengsara Bila Tak Punya Cinta". Nah ini dia. Sengsara karena Cinta atau Cinta yang membuat sengsara?.

Ups...! judul tulisan saya kali ini memang begitu menggoda ya. Jomblo. Apakah ada kaitannya antara Sengsara karena tidak punya cinta hingga Jomblo?. Hmm. Memang tidak akan bisa memastikan ada kaitannya. Sengsara karena tidak punya cinta tidak selalu menjadi Jomblo yang menjadi tema tulisan saya kali ini. JOMBLO juga tidak selalu karena mendapat cinta yang sengsara. Huaaaa. Jadi tambah ribet. Kalaw anda bingung membaca ke arah mana tulisan ini, adalah hal yang wajar. Jangankan anda yang bingung, saya sendiri juga bingung. Saya juga pernah menjadi Jomblo beberapa tahun lalu. Ya bisa dibilang veteran Jomblo gitu deh. Heheheheheehe.

Saya bermaksudkan untuk menyindir mereka yang masih betah ngejomblo, atau bermimpi untuk terus menjadi jomblo. Itu adalah hak anda. Hak siapa saja. Namun saya mencoba membahas ringan saja bahwa menjadi Jomblo bukan suatu kesalahan. Tidak ada yang salah dengan status anda yang masih mempertahankan atau malu malu menjadi Jomblo. Kalo dalam lagunya Bang Rhoma Irama yang mendayu-dayu itu, jomblo diartikan bujangan alias nggak punya gandengan (emangnya truk, pake gandengan?) he...hee. Sorry, saya nggak ngerti juga asal muasal kata JOMBLO itu berasal. Siapa yang pertama kali menciptakan kata sakti "jomblo" juga saya kurang tau.

Dalam dunia remaja anak sekarang ini, kata "jomblo" selalu dikaitkan dengan pacar. Saya mencoba untuk membatasi diri dari kata "pacar" yang amat sensitif. Saya termasuk orang yang sangat menentang pacaran sebelum menikah. Tapi saya menghormati orang yang melakukannya hanya dengan maksud untuk mengenal lebih dekat. Memang dalam agama Islam tidak dianjurkan untuk melakukan itu (pacaran-red) selain dari yang disebut dengan ta'aruf dan lain sebagainya sesuai dengan hukum dan syariat Islam. Namun untuk menghindari tulisan ini berbau "ceramahg" karena memang saya bukan ahlinya dari sisi agama karena keterbatasan saya. Saya coba mengiringnya ke soal soal yang gaul sajalah. Yang enteng dan ringan dan renyah serenyah kerupuk. Hehehhe.

Para Jombler, Berbahagialah !
Tapi ternyata nggak semua orang bisa menerima kalau dirinnya menjadi anggota komunitas "JOJOBA" alias jomblo jomblo bahagia. Mereka sudah semakin dewasa dalam menyikapi sebuah persoalan yang menyangkut urusan hati. Seperti dalam pepatah dalam kantong eh salah dalam laut dapat di duga , hati orang siapa tahu. Begini sobat, sebagai yang pernah mengenyam masa remaja saat saya masih berstatus pelajar SMA (Saya SMA di Bekasi era 89an-red) dulu masih teringat jelas betapa diri ini selalu berusaha menarik lawan jenis. Ikut ikutan melipat bahu kemeja bahu abu abu saya. Ikut malam mingguan dan lain sebagainya. Tapi saat saya menaksir rekan satu kelas saya waktu itu, rasanya seperti gemetaran. Saya mendekat padanya, dia menjauh. Saat dia mendekat kepada saya, saya yang lari,. Hahahahhaa.

Ini juga masih melekat saat saya masih kuliah dulu (era 90an-red). Berdandan (halah) kalau malam mingguan yang memang saat itu saya sudah merantau di Pontianak ini. Maklum sebagai anak perantauan saya kudu harus ekstra bisa membagi waktu antara kuliah dan urusan yang tidak ada kaitannya dengan kuliah. Untung saja saat kuliah dulu, tak ada satupun gadis Pontianak yang mau sama diriku. Hahahhaa. Tapi saya juga heran. Karena banyak juga rekan rekan kuliah saya yang berasal dari Jawa banyak mendapat gandengan orang Pontianak hingga saat ini mereka sudah beranak pinak. Hahaha. Memang misteri ya. Rezeki saya memang beda dengan rezeki kawan kawan kuliah saya dulu. Ujung ujungnya malah dapat orang Jogjakarta hingga menikah dan sudah dikaruniai dua orang anak ini hahahhahahaa.

Back ke cerita lagi saat saya SMA ya. Saat kuliah dulu apa aja saya lakukan agar bisa memikat hati gadis pilihan saya waktu itu. Hati hati aja kalaw ada mahasiswi yang masuk asuk dalam DPO (daftar pencarian orang) dalam misi saya. Hehehhee. Jelas penyebabnya adalah saya malu donk jadi jomblo. Rekan mahasiswa saya yang lain udah pada dapat gandengan (truk gandengan kaleee-red), sedangkan saya kok belum ya. Wah wah wah. Hey, Friend, kasihan deh saya waktu itu. Pacar nda dapat dapat, akhirnya tidak ada pilihan lain kalaw menceburkan diri ke buku buku. Jadilah kutu buku hingga mengantarkan saya menjadi Juara II Menterjemah Bahasa Inggris-Indonesia se SMA Negeri 2 BEkasi pada era itu. Bahagia rasanya. Pacar tidak dapat , namun tetap happy :) dan bahkan berprestasi.

Sobat, ngapain juga sih anda gerah dan risi banget kalo belum dapat pasangan? Kita prihatin dan ketawa geli jika pekerjaan kita menjadi berantakan karena fokus pikiran kita menjadi terpecah dua. Satu pikiran kepada pekerjaan, satu pikiran lagi kepada urusan asmara. Nah nah kalaw ini bisa diatasi saya angkat jempol. Syukur syukur anda bisa memenej keduanya, dalam arti dua duanya bisa diantasi. Sebab bukan tidak mungkin kalaw setiap hari melaksanakan "misi" mencari pasangan bisa bisa kena sindrom PMDK, alias pendekatan mulu dapet kagak. Gelodaks! Khusus untuk jenis yang terakhir ini, kayaknya harus dimasukin ke Panti Jomblo. He..he..hee!. Jangan marah dulu ya

Trus, bagi yang cewek harusnya nggak usah berdandan Padi (pantas digoda-red), sebab bagi para jomblo, pemandangan seperti itu terlalu sedap untuk dilewatkan. Makanya, bukan hanya mata aja yang pengin menikmati, tapi tangan juga pengin dapet bagian, nyubit atau sekedar jabat tangan buat kenalan. Namun yang saya sebut terakhir itu memang jarang terjadi. Karena bisa berabe urusannya. Bisa bisa dituntut karena melakukan pelecehan. Hiiii syeyemm. Itulah sobat, nggak bisa kita seratus persen, salahin para jomblo yang memburu cinta sesuai dengan ciri dan caranya masing masing. Tapi khusus bagi anda yang merasa dirinya kaum hawa memang sebaiknya tidak usah terlalu mengumbar pesona terutama mereka yang diberikan karunia dari ALLAH SWT berupa wajah yang cantik kayak Katie Holmes ataupun body kamu aduhai kayak Britney Spears. Simpan saja dulu deh.

Kesendirian itu Perlu
Mengapa saya bilang kudu di simpan dulu. Sebab kalo kamu emang dianugerahi Allah, wajah atau badan kayak gitu, mustinya bersyukur. Bersyukur memang nggak cukup hanya dengan ngucapin Alhamdulillah, tapi syukur nikmat itu, kamu wujudin dengan melindungi atau memakaikan baju yang pas dan diwajibkan oleh syariat Islam. Inget khan, apa baju wajib seorang cewek kalo dia udah baligh? Betul sekali, ya itu jilbab dan kerudung.

Bukan apa-apa Neng, tapi kalo kamu tetap aja mengumbar pesona kamu dihadapan para jombler (= istilah untuk jomblo kelas kakap), dijamin para jombler akan berniat menikmati kamu. Ya kalo cuman dinikmati luarnya doang artinya cuman dilihat. Gimana kalo dinikmati luar dalam? Hii atutttttttt. Kalo udah gitu siapa yang rugi hayo? Setiap ada aksi pasti ada reaksi. Tidak ada asap kalaw tidak ada api. Manusia diciptakan dan dilahirkan karena adanya cinta. Coba aja lihat lirik lagu DOEL SUMBANG yang saya tulis di bagian awal tulisan ini. Ada lirik kelanjutannya.

Cobaab pasti Menghujam
Namun yakinlah CInta itu akan membuat mu
MEngerti akan arti kehidupan

Dalam lirik di atas bisa diinterpretasikan ke segala arah. Dalam pendapat saya bahwa menjadi JOMBLO bukanlah suatu kesalahan, dan sudah seharusnya kita tidak menyalahkan CINTA yang belum juga hadir dalam sanubari kita. Cobalah liat kembali ke masa kecil kita dahulu, kalaw bukan karena cinta sang Bunda, kita tidak akan sebesar sekarang ini. Betapa banyak berita sanga jabang bayi yang sudah dibunuh bundanya sebelum ia dilahirkan. Berkat cinta Bundalah, kita dibesarkannya hingga kita sesukses sekarang ini.

Demikian pula manusia bisa bertahan dengan tenang dan damai di dunia ini karena cinta pula. Wajar kalaw sang legendaris mendiang King of Pop, Michael Jackson, dalam lirik lagunya "Heal the world" menyebutkan bahwa dengan cinta akan mengubah dunia menjadi perdamaian, dan selalu ada tempat di dalam sanubari kita rasa CINTA dan KASIH SAYANG. Makanya Allah ngasih kita cinta, bukan untuk disalahkan cinta itu, bukan pula untuk diumbar rasa cinta itu. Sebab kalo pun disalahin atau dibiarin liar, cinta tetap cinta, jelas yang akan disalah atau dibenarkan adalah orang yang empunya cinta alias kita, manusia. Moga aja kita masih manusia dan tidak menjelma menjadi mahluk yang lain

Banyak diantara kita yang kehilangan jati diri kita sebagai manusia karena tidak mempunya rasa cinta dalam dirinya. Kalo kamu punya rasa cinta, itu sih artinya kamu memang normal. Cuma masalahnya, apakah kalo udah jatuh cinta, langsung diekspresikan dengan membabi buta seperti orang bergaya pacaran? Genta bukanlah genta sebelum dibunyikan. Lagu juga bukanlah lagu sebelum dinyanyikan. Termasuk cinta. Kata orang cinta bukanlah cinta sebelum diekspresikan. Cinta bukanlah matematika yang bisa dirumuskan. Namun ada bagian dari Cinta yang masih bisa memakai logika sederhana.

Kamu kudu yakin dulu bahwa kalo udah jodoh nggak akan lari gunung dikejar. Artinya nggak usah pusing bin panik kalo masih berpredikat jomblo. Siapa tahu..eh, yang namanya jodoh pas beli nasi ketemu jodoh ama anaknya yang jual nasi, hee..hee.

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita.

Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.

Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan. Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini. Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

Kesepian memang berbahaya, namun kesendirian memang perlu. Kita semua perlu satu saat dimana kita tidak ingin diganggu oleh berbagai urusan dunia termasuk pada urusan mencari gebetan. Nah, dikarenakan begitu banyak dan uniknya permasalahan yang ada, pastilah hal ini memerlukan pemikiran dan perenungan yang tiada henti juga guna mencarikan penyelesaiannya. Disinilah saya melihat betapa penting dan bergunanya nalar kita guna membantu mencarikan pemecahan masalah.

Sebuah bukti mengatakan bahwa semakin kita sering berenung dan berpikir maka semakin mudah dan terlatih nalar kita mencarikan solusi dari proses itu dikarenakan terbentuknya dan tumbuhnya syaraf-syaraf baru di dalam otak kita. Disamping hal tersebut terdapat bukti psikologis juga bahwa semakin banyak dan kompleksnya persoalan yang kita hadapi dan kita pecahkan akan membuat kita terbiasa dan tidak mengalami ketergoncangan bila menghadapi persoalan yang baru dan menuntut pemikiran yang dalam. Maka akan sangat bermanfaat jika kita membiasakan diri berpikir dan merenung dalam kesendirian kita untuk mencari penyelesaian setiap permasalahan yang kita jumpai baik itu permasalahan dalam bentuk pemikiran atau bahkan dalam wujud konflik sosial dengan sesama manusia.

Dalam Kesendirian akan selalu ada keindahan


Wallahu a'lam bisshawaab.


Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia