Melihat judul tulisan saya kali "akhirnya kemalingan (lagi) ini memang sudah bisa ditebak isinya oleh siapa pun yang membaca judul yang sederhana ini. Hari ahad (minggu) pagi tanggal 1 Mei 2011 yang lalu, rumah kontrakan kami di komplek Duta Bandara Ahmad Yani 2 Supadio telah berhasil dimsuki maling.

Sejumlah barang turut raib yang setelah kami periksa yang berhasil digondol maling adalah sebuah Laptop Merek Axioo, HP K-Tourch, Cincin 3 gram, dan uang tunai sekitar 200 ribu rupiah. Sedangkan surat surat dan kartu kartu identitas seperti SIM, STNK, ATM, Kartu Pegawai Istri, serta identitas lainnya utuh walaupun berserakan ditempat kejadian. Setelah kami periksa dengan seksama dan menghitung kartu identitas kami tersebut, lengkap tidak ada yang hilang.

Kedua Kalinya
Ini merupakan kejadian yang kedua kalinya. Kejadian kemalingan yang pertama terjadi pada hari Sabtu tanggal 4 April 2011. Saya ingat persis karena sehari setelah peristiwa itu saya langsung membuat tulisan kemalingannya. Jadi ingat benar tanggalnya. Saat itu hari Sabtu 4 April 2011 kejadiannya. Saat itu saya mengajak anak saya yang gede baru berumur 3 tahun 2 bulan (ya gede juga kan hehehee-red) untuk mendirikan Sholat Magrib di Masjid BaBussalam yang letaknya hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumah kontrakan kami di komplek Duta Bandara.

Singkat cerita sepulang dari Sholat Magrib itulah, saya mendapati kalaw HP Nokia 1661 tertinggal di lemari perpustakaan yang letaknya di ruang tamu sudah raib alias hilang. HP beserta nomor SIM Perdana saya ikut hilang. Setelah menghubungi GrapaRI Telkomsel, nomor yang hilang itu berhasil di shutdown , dan diganti dengan kartu yang baru dengan nomor yang sama. Saya pun harus bekerja keras mengumpulkan kembali nomor nomor Hp yang turut hilang satu persatu karena saya belum sempat mencatatnya di buku manual. Saya hanya mengandalkan memori di kartu perdana saja untuk mencatat nomor nomor phonebooknya.

Kornologis Kejadian
Hari itu Sabtu malam minggu (30 April) 2011 sekitar jam 22.00 WIB saya memang berada di ruang tamu menonton pertandingan sepakbola antara Real Madrid VS Zarzagosa kalaw nda salah sih. Skornya 6-3 menang Tim Real Madrid yang dibintangi oleh Ronaldo itu. Sedangkan istri dan kedua anak saya berada di dalam kamar yang letaknya hanya bersebelahan dengan ruang tamu. Sang istri asyik bercengkerama dengan anak anak karena teriakan tertawa anak anak terdengar jelas sesekali diiringi dengan celoteh abbie (3,2 thn) yang memang lagi bandel bandelnya itu.

Selesai menontong sepakbola, saya pun larut menonton acara selanjutnya di lain channel. Kali ini meliat tayangan Box Office Movie langganan saya di chanel TransTV hingga ke pukul 00.30 WIb dinihari. Karena sudah tidak ada lagi fim yang menarik, maka saya pun mengambil Laptop di ruang kamar tempat istri dan anak anak sedang bermain main itu. Laptop Axioo milik istri punsaya bawa ker ruang tamu tempat saya menonton TV. Saya pun larut menulis atau membuat tulisan di Laptop sambil tetap menonton acara TV. Keren kan. Biasanya kan orang menonton TV sambil ngemil makanan, nah kalaw saya menonton TV sambil mengetik di laptop membuat tulisan. Saya masih ingat judul tulisan saya "keluarga ideal" yang saya maksudkan sebagai bahan blog saya nanti pagi.

Lalu tulisan saya pun kelar sekitar jam 02.30 Selasa dinihari tanggal 1 Mei 2011. Walah selama itu mengetik tulisan? Ya tentu saja tidak. Kan mengetik tulisannya sambil nonton TV ya jadi lama seleseinya ehehehe. Kalau full time ngetik aja tanpa ada kegiatan lain menonton TV mungkin saya hanya perlu waktu yang tidak terlalu lama. Selesai mengetik, saya pun menshutdown Laptop saya, dan mengembalikan semula ke kamar. Saya mendapati istri tercinta sedang menyetrika dan membereskan tas dan keperluan lain yang akan di bawa ke lokasi mengajar di SMA Negeri 1 Kubu besok Senin nanti. Tas istri yang sudah di"isi" dengan cincin, HP dan juga uang memang sudah masuk ke dalam tas merek Elizabeth kesukaannya. Dan Tas itu diletakkan di gagang pintu kamar.

Saya sempat bertanya kenapa sudah packing kan berangkat ke Kubunya hari Senin besok? Kata saya kepada istri. "Nda apa apa mas, sudah disiapkan semua dalam tas agar praktis tinggal tarik aja berangkat, takut ada yang terlupa dibawa, jadi sekarang aja diberesin" kata istri. Ya sudahlah kalaw begitu. Akhirnya Laptop pun saya taruh di meja komputer, dan sang istri tetap asyik menyetrika hingga pukul 03.00 WIB dinihari. Saya pun izin kembali ke ruang tamu, untuk mematikan TV karena sudah merasa ngantuk sekali dan mau tidur di ruangan tamu. Saya memang biasa tidur beralaskan selimut tebal di ruang tamu, sedangkan istri dan anak anak tidur di kamar dan itu hampir setiap hari. Saya pun jatuh tertidur di ruang tamu, dan istri selesai menyetrika (menurut pengakuannya) selesai jam 03.00 WIB. Anak anak sudah lebih dahulu tertidur di kamar.

Inilah saat terjadinya. Kami berdua sudah tidak ingat lagi. Saya tertidur di ruang tamu, dan istri tertidur di kamar beserta anak anak. Kami berdua bangun pas saat adzan Subuh terdengar. Saya pun bergegas ke belakang rumah untuk mengambil air wudhu. Sedangkan istri terbangun namun belum bisa sholat. Saat membuka pintu belakang untuk ambil air wudhu itulah, saya sudah curiga jendela belakang agak terbuka. Saya pikir ini pasti ulah sang istri. Karena saya sering mendapatinya menbuang air susu botol yang sudah lama dan terasa asem dengan cara membuka jendela belakang. Praktis memang tidak perlu membuka pintu. Gitu pikir saya, ya sudahlah kalaw begitu. Saya pun kembali masuk, dan pintu pun saya kunci dengan tetap membiarkan jendela terbuka. Toh sudah pagi pikir saya, dan kami pun sudah tidak tidur lagi.

Setelah selesai sholat Subuh, saya pun ke dalam kamar, dan mendapati istri saya seperti kebingungan. "Mas, lihat laptop nda? kata istri dengan mimik wajah seperti ketakutan. "Ah ada khan, kan sudah mas taruh di meja komputer ini" kata saya sambil menunjuk meja komputer. Saya masih ingat menaruh laptop di meja komputer yang ada di kamar. Tapi kok tidak ada ya, kan saya taruh di sini semalam. Kami pun berdiskusi kecil mengenai "keberadaan" laptop yang tidak jelas itu. "Lalu kemana tas bunda ya" kata istri lagi. Sang istri masih ingat betul tas yang sudah diisi lengkap itu ditaruh di gagang pintu kamar siap dipakai. Tas Elizabethnya juga tidak ada di sana. Kami pun mulai tidak enak rasanya.

Setelah hari cerah sekitar pukul 06.00 WIB kami berdua bersama sama memerika ke belakang rumah dan mendapati semua kartu identitas kami berserakan dipintu belakang. KTP, SIM, STNK, ATM, Kartu nama, Kartu Pegawai dan berbagai kartu lainnya berserakan, bertaburan di tanah belakang rumah. Tas saya pun berserakan dibawah. "Ah udahlah kena maling kita" gumam kami berdua. Dan kami sadar bahwa kami sudah dimasuki pencuri.

Yang uniknya lagi kami mendapati sepotong celana kain pendek seukuran lutut yang tidak kami kenal dan basah berada dekat dengan kartu yang berserakan itu. Kami duga sang maling berenang dari belakang rumah menuju rumah kami. Letak rumah kami memang "dipisahkan" dengan parit kecil kedalaman sekitar 2 meter lalu sawah. Posisi rumah kontrakan kami memang sasaran empuk dari maling karena berada dilingkaran komplek berhadapan dengan sawah dan sering dilalui orang luar. "yah kena maling lagi kita" kata saya. Kami duga celana pendek kain seukuran lutut itulah kami duga milik si pencuri. Kami amankan benda itu sebagai barang bukti kami.


Melaporkan Kejadian
Setelah kami yakin bahwa rumah kami dimasuki pencuri, maka kami pun langsung menghubungi keamanan via telepon dan SMS. Dari tiga orang petugas keamanan komplek yang kami hubungi itu, hanya satu yang langsung merespon panggilan darurat kami. Pak Muhyar, adalah salah satu staf keamanan komplek yang langsung datang ke rumah kami. Kami pun menceritakan peristiwa dan kronologis kejadiannya kepada beliau. Atas saran beliau, kami pun diminta segera lapor kepada ketua RT Komplek sesuai dengan tradisi dan hirarkis yang ada. Dan sudah kami laporkan kepada beliau selengkap lengkapnya.

Menurut informasi yang kami terima dari pak RT, rupanya hari itu terdapat 3 (tiga) rumah yang berhasil dibobol pencuri. Salah satu rumah tersebut ya rumah kami yang dimasuki pencuri. Rupanya kami tidak sendiri yang bernasib malang yang rumahnya dimasuki pencuri. Menurut informasi dari pak RT, 2 (dua) buah rumah lainnya yang berhasil dibobol pencuri terletak di Blok B, dan E, sedangkan rumah kami terletak di blok C. Apa yang sebenarnya terjadi, gitu kira kira pikir saya. Apakah ini merupakan pencurian terkoordinasi? atau kebetulan aja, banyak pencuri yang masuk hari itu ke komplek kami. Yang kami maksud di sini adalah para korban pencurian merupakan ulah pencuri yang berbeda beda. Itu juga kami belum tau.

Kami pun melaporkan kejadian yang menimpa kami di rumah pak RT yang juga sekaligus digunakan sebagai tempat diskusi warga. Pak RT pun mencatat dengan cermat cerita yang kami sampaikan dan mencatat apa apa saja yang hilang dicuri. Dan atas saran beliau, kami diminta membuat laporan juga ke Polsek Sui Raya atau Polsek Kubu Raya sebagai bahan laporan. Dan Pak RT Komplek Duta Bandara pun segera menggelar rapat darurat dengan semua staf keamanan komplek Duta Bandara membahas kejadian pencurian masif hari itu.

Kami pun berencana membuat laporan juga ke Polsek Setempat, namun sampai saat tulisan ini saya buat hal itu juga belum kami lakukan. Sejauh ini baru sepengetahuan RT saja yang mengetahui peristiwa yang kami alami. Alasan utama kami adalah karena kami pun tidak mau repot dengan urusan tetek bengek diPolsek, dan kami menganggap kejadian kemalingan kedua bagi kami ini adalah murni karena kelalaian kami juga. Saya pun tidak menyalahkan keamanan yang bertugas hari itu karena saya pikir tanggungjawab keamanan adalah tanggung jawab bersama, dan tidak bisa mengandalkan tenaga keamanan yang jumlahnya terbatas itu.


Seperti Siaga Satu
Pasca peristiwa kemalingan kedua kalinya ini, kami menjadi kuatir akan terjadi lagi untuk ke 3 kalinya. Saya dan isri sudah sepakat untuk menaikkan status darurat gawat dalam keluarga dari warna hijau menjadi merah (red). Dalam artian faktor keamanan rumah menjadi prioritas. Status siaga satu di rumah kontrakan kami sekarang ini juga bukan tanpa alasan. Dengan kejadian kemaliangan pertama dan yang kedua ini, kami pikir bisa saja terjadi untuk berikutnya dan berulang ulang. Maka dari itu "mata rantai" ini harus kami putus dengan cara menerapkan status siaga satu di rumah.

Kami pun memesan teralis besi untuk membuat "pertahanan" di rumah. 2 buah jendela depan, satu di samping, satu diruang taumu, dan satu jendela di kamar tidur akan dilengkapi dengan teralis minimalis yang kokoh. Kunci kamar pun sekarang sudah dipasang slop tambahan. Kelak saya sekeluarga akan tidur dalam satu kamar yang terkunci dari dalam. Ini semata mata untuk menjaga diri dari hal yang tidak kami inginkan. Karena dalam peristiwa kejadian malam itu (kemalingan kedua ini - red), sang maling sudah berhasil melihat kami secara fisik. Sang maling diyakini sudah masuk ke dalam rumah dan mendapati kami sekeluarga sedang lelap tertidur pulas. Kami sekeluarga amat bersyukur kami tidak di "apa apa" kan oleh si pencuri yang keliatannya hanya mengincar uang dan barang berharga itu.

Bagi kami sekeluarga sekarang keselamatan adalah nomor satu. Selain itu kami tidak bisa mengandalkan keamanan komplek yang memang ditugaskan untuk menjaga ketertiban dan keamanan komplek Duta Bandara. Biarlah saya menjadi "polisi" bagi saya sendiri dan keluarga. Biarlah kami sendiri yang menjaga keamanan kami. Itulah sebabnya setiap malam pasca pencurian kedua ini bak situasi dalam perang. Kamar kami kini sekarang sudah seperti benteng pertahanan dari serangan musuh. Seperti dalam perang. Bunker perlindungan. Gejala apa ini? Apakah kami paranoid? Tentu saja tidak. Dalam kacamata kami ini bukan paranoid, tapi berjaga jaga dari segala kemungkinan.

Apakah sudah tidak ada lagi rasa aman di kota ini?
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia