Hari ini adalah hari yang amat bersejarah bagi seluruh dunia. Siapa lagi kalaw bukan pernikahan agung dan terhebat yang pernah ada di planet bumi ini yakni pernikahan putra mahkota kerajaan Inggris, Pangeran William dan Kate yang diperkirakan akan berlangsung prosesi arakannya pada hari Jum'at ini.

Pernikahan yang konon terbesar di dunia ini diyakini akan disaksikan oleh jutaan pasang mata di seluruh dunia. Berbagai media cetak dari seluruh dunia akan tumplek di sana mengabadikan momen istimewa abad ini yang akan dilaksanakan di London Inggris.

Bahkan siaran langsung prosesi pernikahan William-Kate ini juga akan disiarkan streaming ke seluruh penjuru dunia. Jadi anda tidak perlu kuatir tidak bisa menyaksikan secara langsung prosesi pernikahan Pangeran William-Kate di Inggris. Anda bisa "hadir" di sana secara virtual dari tempat kerja anda, di rumah atau diwarnet sekalipun, menjadi saksi pernikahan mereka.

Namun bukan itu yang menjadi bahasan tulisan saya pada hari ini namun masih terkait dengan tema perayaan pernikahan. Tema hari ini adalah pengalaman menghadiri undangan pernikahan yang menurut catatan saya ada 2 (dua) undangan pernikahan rekan saya yang menurut saya bagus dan mewah namun meninggalkan kesan yang kurang baik dalam hal penyelenggaraannya. Ini menjadi catatan khusus dalam tulisan saya pada hari ini.

Pengalaman ini memang kurang menyenangkan bagi anda yang membacanya, tetapi setidaknya apa yang saya tulis ini adalah pengalaman pribadi saya saja saat menghadiri 2 (dua) undangan pernikahan itu. Saya berhadap informasi pengalaman saya ini akan menjadi pelajaran berharga bagi mereka mereka yang akan merencanakan selebrasi pesta pernikahan kelak di masa yang akan datang.

Makanan
Inilah pengalam pertama yang akan saya coba paparkan di sini. Saya tidak bermaksud berharap si penyelenggara hajatan nikahan atau yang punya gawean nikahan itu menyediakan makanan mewah, super kumplit, dan berjumlah banyak. Bukan bukan itu yang saya maksud. Namun menurut hemat saya makanan menjadi salah satu unsur penilaian bagi sang kedua mempelai. Bagaimana mereka memperlakukan para pengunjung dan tamu yang hadir dengan makanan yang baik dan jumlah yang mencukupi. Jangan sampai terjadi para tamu undangan yang hadir mendapati makanan yang disajikan kurang jumlahnya, sehingga mereka tidak jadi makan atau tidak dapat makan.

Mengapa makanan? Ya tentu aja para tamu akan berharap mendapat sajian makanan saat mereka menghadiri undangan pernikahan. Selain mereka menyediakan amplop berisi uang untuk kedua mempelai, sudah bisa dipastikan bahwa para tamu juga akan berharap bisa mencicipi hidangan atau makanan yang akan disediakan. Harapan para tamu akan membuncah takala melihat undangan pernikahan yang mereka terima terkesan "wah" sehingga terbersit harapan mereka pun akan mendapat sajian makanan yang istimewa dan "wah juga'. "wah mantaap undangannya nih, kertas undangannya mewah, dan tempatnya pun keren di gedung lagi pasti seru makanannya nih" gitu kira kira saya.

Tapi kenyataan ternyata berbeda dengan angan dan harapan saya. Saat kali datang di acara pernikahan mereka memang mantap gedungnya yang besar dan megah. Undangan pun datang silih berganti menyemut dan semarak di sana sini. Saat saya datang dan menanda tangani data tamu yang hadir di buku tamu, saya pun langsung mendapatkan sopneir mini sebagaimana setiap kali datang di acara nikahan orang. Namun saat saya beranjak menuju tempat penyajian makanan yang ada saya kecewa. Makanan terentu sudah habis tak tersisa, bahkan tamu tamu yang hadir di belakang saya pun terkesima, melongo. Tidak sedikit dari mereka yang menggerutu kok sampai kehabisan makanan. Para panitia pun angkat bahu dan tidak tau menahu karena stok makanan mereka juga habis,

Itu permulaan saja. Kejadian berikutnya juga terjadi. Saat menghadiri undangan nikahan yang dilaksanakan di sebuah gedung di kawasan Kota Baru pun demikian. Dan yang ini jauh lebih parah lagi. Kalaw yang pertama makanan sudah habis tak tersisa, namun alat alat makan seperti piring mangkok garpu dan sodara sodaranya masih ada. Nah yang ini sudah makanan tertentu habis tidak tersedia, juga alat alat makannya sudah tidak ada lagi. Bahkan ada beberapa tamu yang mengambil menu nasi lengkap dengan menggunakan mangkuk.

Coba bayangkan saja. Biasanya kan orang menikmati nasi lengkap dengan menggunakan piring sebagaimana lazimnya. Ini tidak. Alat makan berupa piring sudah habis, dan banyak piring piring bekas makan yang tidak dirapihkan berserakan dimana mana. Jadi yang ada hanya mangkuk mangkuk saja. Kita tau mangkuk hanya cocok untuk makanan berkuah seperti bakso. Ini mangkuk terpaksa dipakai para tamu undangan unuk makan nasi lengkap. Jadilah makan nasi lengkap dengan menggunakan mangkuk. Nelangsanya..

Sesuaikan Kemampuan
Dari beberapa kali saya menghadiri pernikahan orang, memang ada yang mendapatkan pujian karena selain kualitas makanannya baik, juga penyelenggaran selebrasi nikahannya sukses dalam artian rapih tertib dan juga khidmat. Ada juga pengalaman unik lainnya menyangkut perhelatan nikahan itu misalnya sajian musik live. Ahahh. Ini dia juga.

Hiburan sajian lagu atau musik yang mendatangkan langsung grup band atau biduan di acara nikahan memang amat menghibur. Saya tidak mempermasalahkan jenis musiknya apakah pop, maupun dandut. Saya selalu menikmati hiburan apa saja. Tapi memang jarak acara nikahan menggunakan menggunakan lagu rock atau host hahahhaa. Kayaknya nda pernah deh untuk yang satu ini.

Dari soal live musik ini saya cuma mencatat hal hal kecil saja tapi cukup mengganggu. Misalnya sound system yang terlampau keras atau nyaring hingga memekakkan telinga saya. Saya cuma kuatir karena dari sekian banyak tamu undangan, saya lihat ada beberapa tamu yang membawa serta bayi mereka hadir diacara undangan nikahan itu.

Kan kasian bayi nya yang harus "rela" mendengarkan musik live atau kaset yang diputar sang pemilik hajat yang terlampau keras atau nyaring. Saya aja kadang sakit saya rasakan di gendang telinga, apalagi bayi. Ini yang seharusnya menjadi perhatian dan catatan bagi penyelenggara nikahan siapa pun itu nantinya. Pertimbangkan bahwa para tamu bisa saja ada bayi yang dibawa serta. Jadi aturlah agar para tamu merasa nyaman. Tamu adalah raja bukan?

Menyelenggarakan selebrasi nikahan di gedung manapun sah saja. Dan itu hak setiap yang punya hajatan akan diapakan nanti, dan mau merencanakan penyelenggaraan dimana adalah hak mereka yang punya hajatan. Tapi mungkin ini menjadi catatan saja bagi saya. Setiap orang tentu mempunyai penilaian sendiri sendiri. Saya menghormati sepenuhnya hak mereka, para pelaku hajatan untuk menyelenggarakan gawean nikahannya di gedung mana saja yang mereka suka. Saya hanya memandang dari kacamata saya saja yang sudah pasti akan berbeda dengan pandangan orang lain. Seperti yang saya tulis pada edisi tulisan saya sebelumnya biarlah perbedaan itu ada. Anda punya pendapat, saya pun demikian.

Menurut pendapat saya sih penyelengaraan di gedung mewah pun tidak ada masalah. Hanya saja penyesuaian dengan bajet yang ada. Tidak perlu memaksakan diri untuk menyewa gedung besar dan megah hanya karena gengsi dan ingin dilihat orang kalaw kita adalah pasangan yang mampu menyewa gedung sekelas Gedung PCC kalaw perlu. Hehehe mangap eh maaf agak ekstrim perbandingannya.

Maksud saya di sini adalah penyesuaian saja. Kita ini siapa. Kita harus tau diri. Kita ini adalah warga biasa, orang biasa. Kita ini bukan keturunan keluarga Paris Hilton, Donald Trump atau sekelas pernikahan super mewah abad ini William-kate di awal tulisan saya ini. Jadi orang akan menilai dan membandingkan. Kemampuan ekonomi terbatas tapi memaksakan diri menyewa gedung mewah. Alhasil tidak maksimal jadinya.

Gedung besar dan bagus namun kekurangan makanan buat para tamu undangan. Bukankah itu hal yang ironi?. Seperti kata pakar keuangan keluarga yang kondang, Safir Senduk dan Rekan, bahwa penyelenggaran acara nikahan di gedung boleh saja asal disesuaikan dengan kemampuan finansil. Jangan sampai kita harus berhutang sana sini hanya demi menyelenggarakan acara selebrasi nikahan yang hebat, namun sengsara di kemudian harinya. Menanggung hutang. Menarik juga.

Penutup
Pernikahan adalah momen yang berharga dalam hidup seseorang. Merayakannya dengan sempurna adalah idaman dan dambaan setiap pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Kenangan indah dalam penyelenggaraan pernikahan akan menjadi kenangan indah para pasangan itu. Bukankah pernikahan itu diharapkan cuma sekali saja dalam hidup, jadi boleh saja donk merayakan dengan sempurna , ramai dan istimewa? ow tentu saja boleh. Silahkan silahkan. Setiap orang berhak menyelenggarakan selebrasi nikahan dengan bentuk dan format apa saja, tidak ada masalah. Silahkan saja.

Bukankah akan menjadi kenangan indah saat sang mempelai nan berbahagia bersalaman dan menyalami para tamu undangan yang hadir. Berharap mendapatkan amplop dari para tamu undangan memang mengasyikan, dan sangat mendebarkan. Setelah tamu undangan pulang, dan acara kembali normal, tinggalah sang pasangan yang berbahagia itu membuka kota amplop yang berisi uang itu wah tentu sangat menyenangkan sekali.

Siapa sih di dunia ini yang nda doyan sama duit alias uang? Hanya orang goblok saja yang tidak suka uang. Hehehe. Tentu faktor ekonomi diharapkan tidak menjadi alasan penyelenggaran prosesi nikahan ya. Kado terindah dari para tamu undangan adalah doa. Ya doa dari mereka. Doa yang akan mengantarkan pasangan yang baru menikah itu bisa menjalani rumah tangga yang sakinah, mawahdah dan warrohmah.

Apalagi setelah hadirnya balita yang lucu lucu hasil buah cinta pasangan yang baru menikah itu akan semakin melengkapi bahagia mereka, dan tiada kebahagiaan yang bisa dirasakan pasangan menikah selain hadirnya balita balita yang lucu yang akan menjadi penerus kita di masa depan. Itulah harta sejati kita yang tak ternilai. (Asep Haryono)
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia