Tag : Bali - Asep Haryono | Akhirnya Aku Cuti - Powered by Blogger
Setelah sekian lama menunggu sekitar beberapa bulan terakhir ini akhirnya selembar fax datang dari Kantor KangGURU Indonesia yang bermarkas di Jalan Sesetan Denpasar Bali. Ya undangan berbentuk fax itu memang ditujukan buat saya untuk segera berangkat ke Bali pada awal minggu depan April 2011.

Pertemuan rutin para perwakilan KangGURU Indonesia yang merupakan putaran ke 9 (Sembilan) di Bali itu memang merupakan undangan khusus bagi para perwakilan KangGURU di seluruh Indonesia yang berjumlah 7 (tujuh) orang termasuk saya. Kegiatan rutin hampir setiap tahun ini diselenggarakan oleh KangGURU Indonesia yang mendapat sponsor dari Indonesia Australia Language Foundation (I/A/L?F) Bali.

Saya sendiri sebenarnya sudah pasrah karena menurut itung itungan saya sih jatah cuti saya tahun 2011 ini sudah tidak ada lagi karena harus "menebus" atas izin saya saat mengantarkan istri melahirkan di Jogjakarta bulan Nopember 2010 lalu. Izin yang seharusnya berlangsung 3 (tiga) hari itu melorot menjadi "libur panjang" selama kurang lebih dua minggu. Rencana kepulangan seharusnya antara tanggal 6 atau 7 Nopember 2010 menjadi kacaw karena bandara Adisucipto ditutup akibat letusan hebat Merapi pada tanggal 5 Nopember 2010 nya. Saya masih ingat kejadian waktu itu.

Momen 5 Nopember 2010
Namun manusia berkehendak, ALLAH pula yang menentukan. Pagi dinihari tanggal 5 Nopember 2010, Gunung Merapi meletus hebat. Ratusan orang tewas karena sapuan Awan Panas atau lazim disebut dengan “Wedhus Gembel” di Wilayah Cangkringan dan beberapa daerah lainnya. Dan Abu Vulkanik disertai dengam material pasir menyebar kea rah Barat Daya dan Timur saat itu hingga akhirnya debu bercampur pasir itu menutupi areal Bandara Adisucipto Jogjakarta. Akibatnya sudah bisa ditebak, Bandara Adisucipto ditutup.

Informasi awal Bandara Ditutup saya perloleh dari Running Teks salah satu televisi Swasta yang saya tonton hari itu. Saya pun tidak lantas percaya dengan apa yang saya lihat di Televisi. Maka dengan dibonceng motor sama Paman , saya pun boncengan naik motor berdua menuju Kantor Batavia yang terletak di Jalan Urip Sumohardjo, samping kampus LPP itu,

”Selamat siang dengan Bapak. Karena situasi yang belum memungkinkan untuk sementara jadual penerbangan Bapak untuk penerbangan tanggal 6 Nopember 2010 dibatalkan, dan Bapak bisa dapat konfirmasi ulang jadualnya di hari yang lain atau tiketnya diuangkan kembali melalui kantor kami di sini” kata Ursula Dinihari, staf PT Metro Batavia.

Dan memang berkali kali saya mengontak maskapai penerbangan itu dan terjadi pembatan hingga 3 (tiga) kali yakni mulai dari tanggal 6 menjadi tanggal 8, lalu menjadi tanggal 10, lalu tanggal 12 hingga pada akhirnya masih dibatalkan lagi ke tanggal 13 Nopember 2010. Kalau begini caranya kapan saya bisa kembali ke Pontianak. Bayangan saya waktu itu saya pasti memperoleh hukuman karena dianggap alpa atau mangkir dari pekerjaan berhari hari.

Padahal ini semua bukan kehendak saya. Pembatalan Penerbangan saya dilakukan sepihak oleh Maskapai Penerbangan itu, ditambah lagi dengan Bandara Adisucipto yang masih ditutup karena terkena guyuran abu vulkanik bercampur Pasir yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dibatalkan oleh Maskapai Penerbangan ditambah lagi dengan Bandara Adi Sucipto di tutup. Lengkaplah sudah penderitaan saya.

Akhirnya Saya bisa Pulang
Sambil mengisi hari kepulangan saya pada tanggal 11 Nopember 2010 dan tetap berharap Bandara Adisucipto dibuka kembali, saya pun menyempatkan diri pergi mengunjungi saudara yang berada di Jalan Godean yang berjarak lebih kurang 20 (duapuluh) Kilometer dari Puncak Merapi.

Saya pun bisa melihat dengan mata telanjang kepulan asap hitam yang keluar dari puncak merapi dari jalan raya Godean. Asap memutih bercampur kehitaman itu saya duga adalah awan panas Merapi. Saya pun sempat melewat Kali Code yang berwarna hitam kecoklatan bercampur lahar dingin Merapi. Kali Code yang saat itu mengalami pendangkalan itu jika ditelusuri ke pangkalnya akan sampai pada Gunung Merapi. Saya pun sempat melihat beberapa posko pengungsian di Kulon Progo yang menjadi posko pengungsi dari Muntilan dan sekitarnya.

Saya pun masih sempat berburu oleh oleh khas makanan Jogjakarta yang bisa diperoleh dengan mudah di pasar Godean Jogjakarta seperti Belut Goreng, Bakpia aneka rasa seperti durian, coklat dan Susu. Juga makanan khas daerah Kulon Progo seperti Goblek yang bentuknya mirip pempek Palembang itu. Banyak foto dan video yang berhasil saya abadikan selama berburu oleh oleh dan sopenir di Jogjakarta.

Namun lagi jadual penerbangan pulang saya ditunda lagi oleh maskapai penerbangan Batavia Air hingga ke tanggal 15 Nopember karena debu merapi masih tebal di Bandara Adisucipto. “Debu debu ini memang sangat berbahaya dan amat ditakuti oleh para pilot pesawat komersial karena jika debu itu masuk ke dalam mesin pesawat bisa berdampak amat membahayakan” kata Ursula di kantornya.

Dia pun tidak menjamin tidak akan ada penundaan lagi jika debu vulkani masih menyelimuti Bandara Adisucipto Jogjakarta.
Saya pun segera menguangkan kembali harga tiket saat itu dan membeli tiket pulang ke Pontianak pada tanggal 13 Nopember 2010 rute tujuab Jakarta – Pontianak. Ya akhirnya saya pun memutuskan untuk berangkat pulang ke Pontianak melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta.

Ada Hikmahnya
Seperti dalam film “Terminal” yang dibintangi oleh Tom Hank. Menunggu juga bisa menjadi hal yang menarik karena dalam masa menunggu itulah banyak hal yang bisa kita kerjakan sehingga kehidupan tidak akan menjadi membosankan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi kekosongan selama masa menunggu itu. Seperti pada postingan saya kemarin bahwa ada hikmah dan kenikmatan di balik setiap musibah.

Memang benar, saya merasakannya. Ada kenikmatan dari setiap musibah yang datang apalagi kita hadapi semua itu dengan rasa bersabar dan ikhlas serta tawakal kepada Allah SWT. Sebenarnya di balik derita ada suatu yang lebih besar yang dinikmati seorang muslim. Jika menghadapi musibah dengan sabar, di situ ada pahala. Kita pun bisa meraih pahala jika menghadapi musibas tersebut dengan sabar. Begitu pula derita bisa jadi nikmat karena dengan adanya musibah, setiap orang diingatkan agar segera kembali pada Allah. Akhirnya ia pun taat, banyak memohon dan berdoa pada Allah.

Akibat derita, akibat musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan Allah dan ingin kembali pada-Nya. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika seseorang malah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita. Hanya kepada Allah seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai kesulitan.

Saya banyak mengambil hikmah dari semau ini. Dan akhirnya saya bisa mengambil cuti untuk bulan April 2011 nanti ini Insya Allah untuk segera berangkat ke Bali yang merupakan kunjungan saya yang ke 9 (sembilan) kalinya. Alhamdulillah, saya harus selalu bersyukur, karena tidak setiap orang bisa mengunjungi BALI hingga berkali kali seperti yang saya rasakan ini. Ini semua karena izin dari ALLAH SWT. Tanpa ALLAH SWT saya tidak akan ada artinya sama sekali.

Bali. I am coming Insya Allah....

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia