Dear semuanya

Tema tulisan saya kali ini adalah betapa pentingnya kalaw kita (bisa) bersabar walau sedikit karena bersabar ternyata ada gunanya. Bersabar bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan.

Karena apa? Ya karena bersabar membutuhkan keberanian jiwa dan hati untuk bisa menerima dengan ikhlas atas segala apa yang terjadi kepada kita. Kadang orang selalu diidentikan bahwa bersabar hanya karena ada musibah yang datang kepada kita dan kita bersabar.

Ya itu juga bagus. Namun tidak banyak orang yang tau bahwa bersabar juga karena banyaknya rezeki yang datang menghinggapi kehidupan kita. Namun demikian bersabar selalu identik dengan adanya musibah yang datang atau sedang terjadi kepada diri kita

Banyak mengeluh juga tidak ada gunanya. Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan bahwa bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional. (Lihat ‘Uddatush Shobirin, hal. 10). Yang disebut sabar adalah di awal musibah, bukan belakangan setelah lisan mengeluh dan bersikap emosional sebagai tanda tak ridho/ sabar. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” (HR. Bukhari no. 1283). Tidak perlu mengeluh atas musibah, tahanlah lisan dan anggota badan lainnya dari banyak menggerutu dan merasa tidak suka. Hadapilah musibah dengan sabar. Begitu kira kira berbagai sumber referensi mengatakannya.

Mengalah adalah bersabar
Ini memang banyak terjadi pada setiap orang bahkan diri saya sendiri. Bayangkan saja bekerja sudah lebih dari 7 (tujuh) tahun namun juga tidak diangkat menjadi karyawan tetap (organik) , dan itu membuat diri ini menahan emosi yang luar biasa. Bukankah itu suatu tindakan pelanggaran serius terhadap undang undang ketenagakerjaan di Indonesia. Bahkan dengan revisi Undang Undang Ketenagakerjaan yang baru sekalipun saya sudah melewati syarat magang selama 5 (lima) tahun. Nah bagaimana ini sebaiknya saya bersikap. Kalaw bukan karena disadarkan oleh istri tercinta untuk tidak ngoyo mengejar status organik dan saya diminta bersabar, wah sudah dari dulu saya labrak mereka.

Karena saya yakin bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Di balik kesulitan pasti ada jalan keluar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu (yang artinya), “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan, “Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya, 24/496)

Kesulitan yang menimpa saat ini, saya yakin hanya sesaat, bukan sepanjang tahun (insya Allah) dan bukan selamanya, karena pasti ada kemudahan. Sehingga tidak perlu gelisah dan berputus asa, dan itu selalu saya tanamkan dalam diri saya setiap saat. Cobalah lihat bagaimana Allah memberikan ganti yang lebih baik terhadap suatu musibah karena seorang muslim menyerahkan semuanya pada Allah dan bersabar.

Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 918)

Ternyata kesabaran saya membuahkan hasil. Rezeki saya di kantor memang ditutup orang, tertutup atau tertunda, atau ditundakan oleh orang lain bukan menjadi masalah saya lagi. Kadang kita selalu meratapi pintu yang tertutup, dan tidak mensyukuri atau menyadari ada pintu lain yang sudah terbuka. Istri tercinta lulus dan sudah lama menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan kami sekeluarga diberikan 2 orang putra dan putri , sepasang jadinya. Bukankah itu semua adalah rezeki dari ALLAH SWT yang harus selalu saya sukuri setiap tarikan nafas. Buat apa lagi saya harus "ngoyo" memperjuangkan status organi saya di kantor ? Terserah apa yang akan mereka lakukan kepada saya, toh rezeki saya bukan dari kantor ini

Ada Kenikmatan Disetiap Musibah
Memang benar, saya merasakannya. Ada kenikmatan dari setiap musibah yangf datang apalagi kita hadapi semua itu dengan rasa bersabar dan ikhlas serta tawakal kepada Allah SWT. Sebenarnya di balik derita ada suatu yang lebih besar yang dinikmati seorang muslim. Jika menghadapi musibah dengan sabar, di situ ada pahala. Kita pun bisa meraih pahala jika menghadapi musibas tersebut dengan sabar. Begitu pula derita bisa jadi nikmat karena dengan adanya musibah, setiap orang diingatkan agar segera kembali pada Allah. Akhirnya ia pun taat, banyak memohon dan berdoa pada Allah.

Bahkan Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman.

Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin.” (Majmu’ Al Fatawa, 10/333)

Akibat derita, akibat musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan Allah dan ingin kembali pada-Nya. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika seseorang malah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita. Hanya kepada Allah seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai kesulitan.


Penutup
Ingatlah baik-baik nasehat ini. Semoga kita bisa terus bersabar dan bersabar. Sabar itu tidak ada batasnya. Karena Allah Ta’ala janjikan (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/89).

Nikmat ketika kita kembali kepada Allah dan bertawakkal pada-Nya serta banyak memohon pada-Nya, ini terasa lebih nikmat dari hilangnya derita dunia yang ada. Karena kembali pada Allah dan tawakkal pada-Nya hanyalah nikmat yang dimiliki insan yang beriman dan tidak didapati para orang yang kafir. Sedangkan nikmat hilangnya sakit dan derita lainnya, itu bisa kita dapati pada orang kafir dan orang beriman.

Saya pun sadar. Tidak baik jika saya memandang ke atas kilauan harta orang orang yang mapan karena karirnya yang cemerlang, dan memang itu sudah rezeki mereka. Kita tidak boleh punya prasangka buruk akan status harta mereka apakah karena korupsio atau hasil menjilat dengan pimpinan atau karena konspirasi jahat. No no tidak boleh ada prasangka buruk demikian. Setiap orang sudah diberikan rezekinya masing masing. Hanya soal waktu saja kapan semua itu akan datang kepada diri kita masing masing.

Di bawah saya masih banyak orang yang lebih terkapar lagi nasibnya (Mengutip sebutan dari Andi, wartawan yang sudah diterima menjadi CPNS 2011 itu-red). Saya dinasehati oleh Andi bahwa di bawah kita masih banyak yang hidup jauh lebih susah dari kita, dan untuk makan saja masih kurang. Kita harus pandai bersyukur karena saat sekarang ini kehidupan kita jauh lebih baik dari mereka yang dibawah kita.

Semoga Allah memberikan kemudahan dalam menghadapi musibah bagi keluarga dan saudara-saudara kami kaum muslimin yang berada di Jogja. Semoga Allah menganugerahkan ketabahan dan kesabaran. Aamiin Yaa Mujibas Sa’ilin.

Marilah kita bersabar.....

Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia