Sudah beberapa minggu terakhir ini hampir seluruh warga masyarakat Kalimantan Barat dibuat kesal dan jengkel bukan kepalang bukan karena persoalan politik atau skandal century yang memang tidak beres itu. Apalagi kesal sama aksi terorisme dan isu Krisdayanti mau kawin lagi sama om Raul, oo bukan bukan karena itu.

Masyarakat Kalimantan Barat saat ini dibuat kesal dan marah karena langkanya bensin diperoleh, dan untuk memperolehnya harus mengantri berjam jam dan itu sangat mengganggu aktifitas masyarakat Kalimantan Barat sehari hari. Begitupula saya, yang setiap harinya harus mengayuh sepeda motor (Hah? Mengayuh?-red) dengan rute Duta Bandara Supadio ke Gajah Mada juga harus mengalami penderitaan akibat langkanya sang bensin. Pertanyaan mendasar dalam benak saya sekarang ini : Ada apa dengan Bensin?

Bayangkan saja mulai dari perempatan Mapolda Kalimantan Barat hingga lurus saja ke gerbang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Paris hingga lurus lagi di SPBU dekat Masjid Mujahidin dan melingkar lagi ke SPBU Gajah Mada hingga mengular ke jalan Adi Sucipto. Melingkar lingkar dimana mana saya liat antrian mengulas orang mau membeli bensin murni di SPBU. Saya tidak habis pikir bagaimana dengan aktifitas keseharian mereka setiap hari kalaw urusan bensin aja nda beres gini.

Pekerjaan saya dan juga warga masyarakat Kalimantan Barat lainnya juga pasti terganggu. Bagaimana nda bisa terganggu kalaw untuk ke kantor , ke sekolah, ke kampus, atau ketempat usaha atau pasar aja bisa nda pergi karena nda ada bensin. Gimana coba? Kalaw ibu ibu nda bisa ke pasar karena nda ada bensin, apa iya harus naek taxi?.

Kan nda lucu kalaw untuk ke pasar aja harus naek TAXI, wah udah kebanyakan duit kali ya harus pake Taxi segala. Hahaha nda nda itu cuma ilustrasi saja. Betapa urusan Bensin ini bisa mengganggu roda roda dan sendi sendi kehidupan perekonomian masyarakat kecil menengah seperti kita. Ntah apa yang sebenarnya terjadi. Apakah alam yang harus disalahkan yang menjadi penyebab langkanya Bensin di Kalimantan Barat ini?

Alam Tidak Salah
Ya. Untuk urusan alam semesta, kita tidak boleh bersikap sinis dan menyalahkan sang Alam sebagai biang keladi terjadinya kekacauan bensin di Kalimantan Barat dalam beberapa minggu terakhir ini. Alam tidak bisa dijadikan alasan atau justifikasi (pembenaran) bahwa kita bertindak semena semena terhadap alam. Sudah menjadi pengetahuan kita semua, bahwa biang keladi dan penyebab kerusakan di muka bumi ini juga karena ulah tangan tangan jahil manusia. Ya karena kesalahan kita juga.

Contoh yang paling sederhana adalah erosi dan banjir. Mengapa bisa terjadinya banjir. Salah satu penyebabnya adalah kerusakan hutan hutan. Banyak pohon ditebang tanpa ampun oleh pengusaha yang hanya mementingkan kepentingan ekonominya saja dan tidak menanam kembali pohon pohon itu. Nah gundulnya hutan menjadi salah satu penyeban terjadinya banjir. Nah dari contoh sederhana ini kita sudah bisa menilai diri kita sendiri, kalaw diri kita, manusia, juga menjadi penyebab utama terjadinya bencana bencana alam di dunia ini. Banjir seolah menjadi persoalan biasa bagi warga Jakarta ini juga melanda hampir ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan negara Australia tempat saya kuliah nanti Insya Allah juga dilanda kekeringan dan banjir bandang terutama di daerah Quensland dan sekitarnya.

Nah kalau sudah begini, tidak pantas rasanya kalaw Alam menyebabkan kekacauan Bensin ini. Semua ini karena ulah manusia, karena ulah kita kita juga. Alam tidak mungkin salah. Mengapa saya katakan alam tidak mungkin salah. Karena selain alam semesta ini hanya tunduk dan patuh kepada Allah SWT, dan Alam semesta juga hanya bereaksi akibat ulah tangan jahil manusia yang merusaka alam tanpa kompromi.

Allah SWT bisa saja saja menghukum manusia yang semena mena perlakuannya terhadap alam semesta melalui serangkaian musibah banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus bahkan kelangkaan bensin sekalipun seperti yang dialami oleh warga Kalimantan Barat sekarang ini.

Mari kita Berbenah Diri
Dari langkanya bensin yang ada di hampir seluruh wilayan Kalimantan Barat, lalu apa nilai nilai atau hikmah yang bisa kita ambil dari musibah ini? Hah, musibah? Apakah kelangkaan bensin di Kalimantan Barat bisa dikatagorikan sebagai "musibah" dalam artian tanda kutip ini. Ya benar, dalam paradigma saya, apa pun yang bersifat meresahkan warga masyarakat Kalimantan Barat secara umum bisa saya katagorikan sebagai musibah yang meresahkan. Dan bisa saja ini berimplikasi ke segala dimensi mulai dari dimensi sosial, ekonomi hingga pada intrik intrik politik yang bisa saja ditunggangi oleh oknum oknum birokrat yang mementingkan kepentingan tertentu atau kepentingan dirinya sendiri. Wayahh.. repotnya

Saya juga menyayangkan jika ada kepentingan bisnis dan intrik politik dari kelangkaan bensin di Kalimantan Barat demi kepentingan pihak tertentu. Saya tidak habis pikir karena kepentingan segelintir orang yang memanfaatkan kelangkaan bensin di Kalimantan Barat harus mengorbankan ribuan orang warga Kalimantan Barat yang harus mengantri setiap hari karena kelangkaan bensin.

Lalu siapakah yang harus dikorbankan dalam hal ini? Atau lebih tepatnya siapa yang harus bertanggung jawab mengenai kelangkaan bensin seperti sekarang ini?. Tidak elok rasanya jika ada suatu musibah , kelalaian atau kealpaan , kita harus saling salah menyalahkan. Menyalahkan orang lain juga tidak akan menyelesaikan persoalan,. Kalaw bensin langka seperti sekarang ini apakah kita langsung pemerintah tidak becus menangani persoalan bensi di Kalimantan Barat? No way...

Marilah kita berbenah diri. Instropeksi diri



Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia