Bekerja adalah aktifitas positif. Siapa pun anda, dan dimanapun anda bekerja saat ini bekerja adalah energi yang harus disalurkan secara positif dan bisa menghasilkan sesuatu yang positif juga. Bekerja selama ini dianalogikan dengan bekerja dengan mapan di perkantoran, padahal pengertian dasar kata "bekerja" itu amatlah luas.

Namun dalam tulisan saya kali ini menyoal sisi lain dari "bekerja" dalam kehidupan kita sekarang ini. Pekerjaan apa pun asalkan dilakukan dengan ikhlas dan pekerjaan itu HALAL, adalah sah dan baik di mata Allah SWT. Perpaduan antara kata HALAL dan IKHLAS banyak terkait erat dengan etos orang yang bersangkutan

Hal ini bisa tercermin dari sikap dan tingkah laku kita sehari hari dan pandangan kita terhadap pekerjaan. Benarkah kita bekerja hanya untuk mengejar penghasilan (baca: Uang) atau kita bekerja hanya karena kita butuh pekerjaan?. Tadi pagi sekitar jam 08.15 WIB , setelah absen di kantor pagi hari dan mengantar istri tercinta dan anak mengambil uang di salah satu Bank terkemuka di bilangan Gajah Mada, saya pun mengajaknya wisata kuliner sejenak bersantap SOTO AYAM dikawasan kampus IAIN. Setelah memarkir motor supraFIT 3815 HY , saya pun mengambil tempat di bawah pohon rindang di kedai SOTO AYAM dekat kampus Islam terbesar di Pontianak itu.

Saat baru beberapa sendok , sang soto ayam masuk kedalam mulut saya, saya pun dihibur oleh dua anak muda yang berpakaian santai dengan sepatu KETS dengan gitar ditangannya, dan kicrikan mini pada rekannya mengalunlah lagu lagu Iwan Fals yang bersuarakan perang terhadap korupsi dan pejabat korup. Cukup indah terdengar, karena didukung oleh olah vokal dari vibrasi pita suara sang pengamen itu yang menurut saya memang enak didengar. Saya pun tidak segan mengeluarkan uang buat diberikan kepada dua anak muda pengamen jalanan itu. Mungkin tepatnya saya sebut dengan musisi jalanan. Meminjam sebutan dari Katon Bagaskara dengan tembang "Jogjakarta" nya.

Apa yang bisa kita petik dari profesi pengamen (musisi) jalanan itu? Mereka berdua hanya bermodalkan gitar dan mencari uang keliling keliling dengan menyanyi menghibur dan mengharapkan uang recehana mengalir deras dari para pendengar suara nyanyian mereka. Uang recehan pecahan 1000 dan 500 rupiah mereka kumpulkan setiap hari untuk bisa dibelanjakan sesuai dengan harapan dan keinginan mereka.

Bersedekahlah. Jangan Kikir
Dari contoh di atas kita sebenarnya bisa mengambil pelajaran berharga dan hikmah dari kedua musisi jalanan itu. Mencari uang dengan jalan bekerja adalah hal yang biasa bagi mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap maupun tidak tetap saat sekarang ini. Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu sekarang ini, dan angka pengangguran tinggi dmana mana, dan lapangan pekerjaan yang semakin sulit didapat, kadang membuat kita selalu berhati hati dengan pekerjaan yang sudah kita miliki sekarang ini. Kita yang sudah diberikan kesempatan memiliki penghasilan tetap dari sebuah pekerjaan seharusnya kita syukuri.

Bukan sebaliknya malah bekerja dengan mengharapkan kesempatan untuk menumpuk harta sebanyak banyaknya dengan cara yang tidak jujur. Korupsi misalnya. Kita semua sudah paham bahwa budaya korupsi sudah sulit untuk ditumpas sampai ke akar akarnya, karena budaya korupsi dan koruptor sudah menyatu dalam darah di negeri kacaw balau sekarang ini. Tapi mengapa masih saja ada orang yang bekerja dengan maksud menumpuk kekayaan yang sebesar besarnya tanpa belas kasihan memperdaya dan mengambil harta yang bukan haknya?. Mengapa mereka tidak mau bersyukur atas jabatan dan posisi mapan yang sudah mereka miliki sekarang ini? Apa lagi yang kurang?.

Titel sudah H alias sudah pergi haji. Punya kendaraan bagus dan rumah yang bagus, milik sendiri serta didukung oleh keluarga yang lengkap dan pekerjaan serta karir yang cemerlang. Nah jika sudah pada tahap ini, apa lagi yang harus dia kejar sekarang? Apakah masih tamak dengan menumpuk kekayaan sebesar besarnya agar tidak habis tujuh turunan? Bukankah mereka sudah memiliki semua yang selama ini menjadi impian suatu keluarga yang ideal?. Pertanyaan berkembang pada keluarga ideal yang bagaimana? Apa ukuran keluarga ideal sekarang ini? Sederhana saja dalam pandangan saya. Keluarga ideal adalah suami istri dan anakanak lengkap dengan rumah dan pekerjaan serta karir yang cemerlang.

Agak ekstrim ukuran keluarga ideal menurut saya. Ya tidak apa khan? Pendapat orang boleh saja berbeda beda dan pendapat saya adalah ini. Silahkan anda mendifinisikan keluarga ideal menurut ukuran dan pendapat anda masing masing. Nah dengan ideal seperti ini, seharusnya keluarga ideal ini fokusnya sudah tidak lagi menumpuk kekayaan lagi. Berbagai peristiwa di tanah air dengan meninggalnya para tokoh bahkan selebritis sekalipun mungkin hal yang biasa, Namun ada hikmah dari itu semua. Bukankah itu pertanda atau peringatan dari Yang Maha Kuasa, bahwa harta itu tidak kekal. Harta banyak juga tidak ada gunanya, jika kita sudah tiada. Hanya amal perbuatan dan ibadah yang menjadi penilaian Tuhan Yang Maha Esa.

Bekerja Jujur Ikhlas
Jadi sebenarnya kita bisa kompromi dalam hal ini. Bekerja dengan mengharapkan hasil maksimal adalah sah dan boleh saja. Kita semua tentu berhak meningkatkan pendapatan dan penghasilan kita agar kita bebas finansial. Ya itu sah dan silahkan saja. Namun yang menjadi catatan saya adalah bagaimana cara kita menyadarkan diri kita sendiir bahwa harta itu tidak kekal, dan harta sebagai alat untuk mencapai keridhoan ALLAH SWT. Naik Haji memang perlu uang. Membeli perangkat solat juga pake uang. Dan Uang adalah salah satu bentuk harta. Jadi harta kita gunakan untuk hal hal yang positif. Itu benar. Yang tidak benar adalah jika motivasi kita bekerja adalah menumpuk kekayaan dengan cara yang tidak benar. itu intinya.

Jadi kita semua boleh bekerja dengan mencari harta sebanyak yang kita inginkan tentu dengan maksud dan hati yang bersih, tulus dan ikhlas. Amal ibadah kita akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas hidup dan peningkatan penghasilan kita yang semakin baik. Beramal sodakoh, dan menyisihkan harta kita kepada mereka yang berhak adalah kewajiban kita kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap rezeki yang Allah SWT percayakan untuk disalurkan kepada mereka yang berhak melalui kita. Bersyukurlah jika anda dipercaya menjadi "penyalur" rezeki bagi mereka yang membutuhkan pertolongan kita.

Mari bersedekah dengan harta kita. Bersedekah dan beramal tidak akan membuat anda jatuh miskin. Anda tidak perlu kuatir jadi bangkrut hanya karena anda dermawan dan beramal sodakoh kepada mereka yang membutuhkan. Jadi bekerjalah dengan tulus dan ikhlas hanya ditujukan semata mata karena ALLAH SWT.




Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia