Dear Blog

Apakah para pembaca blog setia saya ini pernah menulis surat (Writing letter-red) dengan menggunakan media kertas dan pulpen dan mengirimkannya melalui amplop dengan diberi perangko?. Hmm suatu pertanyaan yang bisa saja mengagetkan para remaja yang sekarang sangat menggandrungi jejaring pertemanan facebook, twitter, chatting dan segudang aktifitas online sekarang. Memang dijaman serba "Aiti" (baca : IT) sekarang ini, mendengar kata "menulis surat" dengan cara tradisional dengan media kertas dan pulpen dan mengirimkannya dengan sebuah perangko bisa menjadi bahan tertawaan. Apa benar demikian dan sedemikian "kuno" nya tradisi menulis surat berperangko di jaman serba canggih dan era internet praktis sekarang ini?

Kesan Menghargai
Bayangkan jika suatu hari anda menerima kiriman surat dari pak pos (Sekarang lebih dikenal dengan sebutan paman Pos-red) saat kita masih sekolah dulu dulu? Bagaimana perasaan yang begitu senang membuncah saat kita membuka lembaran demi lebaran surat pos tersebut. Apa lagi saat menerima kiriman surat pos dari pacar dan kekasih anda wah tentu senang sekali bukan?. Masih ingatkah lagu dari penyanyi bersuara merdu yang dikenal dengan julukan si "burung camar" yakni Vina Panduwinata?. Ya bahkan Vina pun menyanyikan lagu yang bercerita tentang bahagianya sang gadis menerima sepucuk surat dari tukang pos membawa berita dari pria yang didambanya. Dalam syair disebut 3 lembar rayuannya....

Hati ini ku gembira
Melangkah di udara
Pak Pos membawa berita dari yang Kudamba

Sepucuk surat yang wangi
3 lembar rayuannya
Satu.. dua.. dan tiga hahaha. Ku mulai membaca
Surat Cintaku Yang Pertama
Membikin hati ku berlomba


Maaf kalaw liriknya tidak lengkap atau bahkan melompat lompat. Nanti kalaw lebih jelasnya silahkan browse aja lirik lagu Vina Panduwinata aja ya hehehe. Tapi ini sekedar ilustrasi saja bahwa sepucuk surat tradisional atau konservatif yang dilambangkan dengan media kertas dan ditulis dengan pulpen dan dikirimkan dengan perangko tetap mempunyai nilai universal yang mencerminkan kehangatan dan juga rasa cinta mendalam akan pesan pesan yang dalam yang menyentuh sanubari siapapun yang membacanya.

Si penerima surat pos tetap merasa bahagia, dan perasaan dihargai begitu kental saat surat yang ditulis tangan oleh sang pengirim surat itu sampai kepadanya. Dia bahkan bisa membacanya berulang kali, dan mengaggumi tulisan tangannya, dan kadang dia membaca surat tersebut berulang ulang kali. Ya dia bisa menyimpam surat itu dan membaca lagi sesuka hatinya. Nilai universal dan kehangatan kasih sayang dan cinta dalam tiap lembaran surat yang ditulis oleh si pengerim akan selalu membekas di hati para penerima surat tersebut. Hal ini jauh dan tidak dirasakan oleh penerima surat modern ala IT sekarang ini, E-mail atau surat elektronik.

Orang cenderung lebih menghargai perasaan orang lain yang diwujudkan dalam tulisan tangan dari tulisan ketikan komputer dalam sebuah e-mail. Nilai universal dan kehangatan cinta dalam sebuah surat tulisan tangan dan dikirim dengan perangko tetap akan selalu abadi sepanjang masa. Memang dalam hal kecepatan sampainya surat kepada penerima, memang lebih cepat dengan menggunakan e-mail yang dalam hitungan detik sudah sampai ke penerima surat. Sedangkan surat tradisional berperangko yang dikirim per pos, bahkan dengan kilat tercatat sekalipun perlu sedikitnya 24 jam untuk sampai ke penerima. Namun yang saya tulis di sini tidak membahas soal kecepatan surat sampai kepada penerima.

Tidak semua si pengirim surat konservatif, tradisional surat berperangko yang dikirim per pos dalam tulisan tangan menghendaki suratnya segera ampai ke penerim adengan cepat. Pesan universal dan kehangatan cinta dan kasih sayang sebuah surat berperangko lebih diutamakan agar sampai "pesan" nya kepada si penerima surat. Berapa pun lama waktu dibutuhkan untuk bisa sampai kepada si penerima surat berperangko. Logika sederhananya adalah jika si pengirim surat ingin sampai cepat dan hanya sekedar pesannya sampai dengan cepat, dia bisa saja mengirimkan kabar via SMS atau E-mail. Ini kalaw konteksnya agar pesan segera sampai ke target.

Namun perlu kita ingat bahwa si penerima surat kita (terutama email-red) tidak selalu memiliki komputer dengan akses internet. Tidak selalu si penerima itu ngerti IT dan memiliki akun free email seperti yahoo, gmail dan lain sebagainya. Andai pun si penerima surat sudah memiliki itu semua, bisa saja dia tinggal di daerah terpencil yang tidak ada warnet satu pun. Nah hal hal seperti ini bisa saja terjadi bukan?. Nah untuk menjawab semua itu pastilah jasa POS dan GIRO berperan penting untuk menjembatani keterbatasan sarana dan prasarana itu. Jalan keluarnya tentu saja menggunakan surat dengan perangko jawabannya.

Mengirim surat kepada sahabat, kerabat, handai taulan bahkan kepada orang tua melalui surat ditulis tangan dan dikirim melalui kantor POS dan GIRO tetaplah mencerminkan kepribadian kita yang indah, elegan, penuh rasa hormat kepada penerima surat. Kehangatan cinta dan pesan pesan universal lebih kental terasa dengan surat berperangko seperti ini. Bahkan kita memesan barang (order-red) dari internet pun akan dikirim melalui jasa kurir pos, FeDEX, ElTEHa, TIKI atau lain sebagainya. Ujung ujungnya juga dikirim melalui cara tradisional bukan?. Mesan barang boleh saja dengan email atau SMS, tapi barang yang dikirim pasti melalui media POS dan GIRO atau jasa pengiriman barang juga akhirnya.

So eh jadi tetap lah berkirim surat via POS dan GIRO. Mengirim surat berperangko akan selalu hidup di hati masyarakat Indonesia. Gemar mengirim surat sangat bijaksana. Berkirim lah surat dan perbanyaklah teman




Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia