Dear Blog

Dalam hitungan beberapa jam lagi akan terjadi pertarungan yang bakalan seru antara tim nasional Merah Putih Garuda VS si "Harimau Malaya" Timnas Malaysia yang dijadualkan akan dilangsungkan sore nanti sekitar pukul 18.30 WIB Waktu Indonesia atau sekitar pukul 7 malam waktu Malaysia.

Karena ada perbedaan waktu kurang lebih 1 (satu) jam dengan negara jiran Malaysia itu. Pertarungan keduanya memang sudah klasik karena dari beberapa kali pertemuan antara timnas Indonesia dengan Timnas Malaysia, pihak Indonesia lebih unggul dan materi pemain timnas Indonesia mempunyai kekuatan strategi dan kenyang pengalaman. Harapan membuncah tentunya tertuju kepada timnas Indonesia yang diharapkan bisa memetik kemenangan di leg pertama ajang kejuaraan piala AFF tahun 2010 ini yang bisa mengantarkan timnas Indonesia merebut tropi kebanggan AFF untuk pertama kalinya ke tanah air

Dukungan moril dari seluruh rakyat Indonesia kini tertumpah ruah ke Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur yang konon berkapasitas lebih dari 100.000 orang itu. Dalam tulisan saya kali ini tidak menyoroti carut marut penjualan tiket yang sampai sekarang masih ampuradul itu. Tapi memang di Malaysia sendiri kurang fanatik terhadap olah raga sepakbola itu dan ini terlihat dari antrian yang lengang berbeda dengan antrian mengular di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta. Ada banyak hal memang mengapa bisa terjadi perbedaan seperti itu.

Pertama ya mungkin karena publik Malaysia kurang menyenangi sepakbola sehingga tidak begitu antusias melihat pertandingan sepakbola bangsanya sendiri. Berbeda dengan situasi antrian yang mengular di stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta. Ribuan suporter timnas Indonesia harus mengantri berjam jam dari pagi hingga malam hari bahkan ada puluhan pendukung timnas dari Malang yang harus membangun tenda di depan loket penjualan karcis karena kuatir tidak kebagian karcis. Hal ini secara kasat mata membuktikan saat ini eforia dan kerinduan rakyat Indonesia akan prestasi olah raga Sepakbola sudah lama membuncah. Dan masuknya timnas Indonesia di final ajang piala AFF 2010 ini menjadi oase dan dahaga akan prestasi gemilang timnas Indonesia itu.

Kedua, harapan terlalu tinggi dan rasa ekspetasi yang besar dari rakyat Indonesia terhadap tim kesebelasan nasional Indonesia diharapkan bukan malah menjadi beban moral dari para pemain timnas Indonesia dalam laga final leg putaran pertama melawan "harimau malaya" Malaysia di stadion Bukit Jalil malam nanti.
Hadirnya Presiden SBY di putaran semifinal kemarin saat timnas Indonesia melawan timnas "mabuhay" Philipphina bisa menjadi pemicu semangat timnas Indonesia saat itu namun tidak tertutup kemungkinan malah menjadi "beban" bagi timnas Indonesia untuk memaksakan diri bermain super di segala lini. Bukan , bukan itu yang saya harapkan dari timnas kita. Jadi antusias dan harapan tinggi dari para penggila sepakbola di tanah air yang dahaga akan prestasi olahraga Sepakbola seolah menemukan formnya dan menemukan oasenya saat ini. Wajar jadi publik pesepakbola tanah air sangat ngefans dan mengidolakan timnas Indonesia. Saya kira hal yang wajar

Menang Kalah adalah Biasa
Yang namanya sebuah pertandingan olah raga MENANG ataupun KALAH adalah hal yang biasa saja. Jika anda kalah dalam sebuah pertandingan olah raga, berarti teman anda atau lawan anda yang menang. dan begitupula sebaliknya. Jika teman anda atau lawan anda KALAH dalam sebuah pertandingan , maka sudah pasti ANDA lah yang menang. Tidak ada itu KALAH bersama atau Menang Bersama. Yang namanya pertandingan antara dua pihak, maka salah satu pihak harus menang, dan salah satu pihak harus kalah. Itu sudah konsekuensi matematika logis : Ada yang Menang dan Ada yang kalah. Lalu apa masalahnya jika kalah? Lalu apa masalahnya jika Menang?.

Inilah Indonesia. Bukan INDONESIA namanya kalaw nda rusuh dan ribut dalam setiap pertandingan olahraga Sepakbola. Ini sudah terbukti, dan sudah banyak orang yang tau. Klub klub di tanah air jika bertanding sepakbola selalu rusuh. Baik rusuh antar para pemain dengan sesama pemain, pemain dengan wasit, bahkan yang paling umum terjadi adalah rusuh antar para pendukung sepakbola. Ribut dan pada berkelahi satu sama lainnya. Dan inilah carut marut para pendukung sepakbola di Indonesia.

Lihatlah publik Indonesia. Jika tim nasional di cabang olah raga apa saja (tidak harus selalu sepakbola dan bulutangkis -red) yang begitu meroket prestasinya hingga ke ranah Internasional, bertubi tubi pujian, sanjungan dan segala macamnya tertuju kepada mereka. Tetapi jika tim itu kalah atau mempunyai prestasi "jeblok" , berbagai cacian, makian, dan cercaan melayang kepada tim tersebut. Himbauan mundur dari jabatan sebagai ketua tim atau apalah akan menyertainya secara otomatis. Itukah yang namanya sportifits olah raga? Dimana letak kebesaran bangsa Indonesia jika timnasnya kalah dari lawannya? Akankah publik di tanah air bisa "menerima" kekalahan timnasnya dari lawannya?

Olah raga adalah alat pemersatu bangsa. Ungkapan ini juga ada benarnya. Lihatlah sekeliling kita. Saat timnas Indonesia, Garuda Indonesia, berhasil menggilas lawan lawannya hingga mengantarkan tim besutan pelatih Austria Alfred Riedl itu berhasil membawa timnas Indonesia mencapai final di ajang piala AFF 2010 ini, berbagai elemen bangsa berlomba lomba turut mendukung timnas Indonesia. Berbagai aturan formalitas dan kekakuan legalitas formal seakan dibabat habis demi terciptanya aliran dukungan yang deras bagai sungai mengalir.

Pejabat negara, menteri , artis hingga rakyat jelata para tukang parkir dan TKI pun tumpek ruah di GBK dan di Stadion Bukit Jalil mendukung timnas Indonesia. Bahkan undangan tiket yang diduga berbau gratifikasi oleh Komisi Pemberantasn Pemilu (KPK) yang diberikan PSSI kepada pejabat negara juga dibabat habis. Tidak perduli itu berbau gratifikasi yang memang ada payung hukum yang melarangnya, tidak digubris oleh Istana. Hantam aja rek. Toh cuma tiket menonton ini, lagian pula cuma undangan, nda minta, mubazir kan kalaw nda diambil. Yang penting semangat mendukung timnas Indonesia jalan terus. Biarpun dapat undangan tiket dari PSSI tetaplah pemberian tiket menonton dari PSSI itu tetap harus dilaporkan kepada KPK karena sudah ada Undang Undang yang mengaturnya. Tapi apa lacur, hantam saja mas. Cuek aja KPK itu. Yang penting ramai ramai yuk dukung timas. Walah kacow kacowwwwwwww

Sebagai penutup postingan blog saya hari ini, mari kita sudahi dulu aturan formalitas seperti itu ya KPK. Bisa kita urus belakangan saja apakah tiket pemberian PSSI kepada pejabat negara itu benar benar bermasalah kelak di kemudian hari karena sudah masuk unsur penyuapan atau gratifikasi yang memang harus dilaporkan kepada KPK jika nilainya di atas Rp.250.000,-. Kita semua tau tiket VVIP di Senayan (GBK) itu nilainya bombastis naik 100 persen kini menjadi seharga satu juta rupiah untuk 1 tiket VVIP. Mari kita dukung timnas Indonesia yang dalam beberapa jam lagi akah melawan timnas Malaysia di Stadion Bukit Jalil Malaysia.

Berjuanglah GARUDA Ku. Doa seluruh bangsa Indonesai menyertai mu


Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia