Dear Blog,

Ku tulis posting kali ini yang berisi dan berjudul "Ya Allah Aku Tak Sanggup". Sebagai hamba Allah yang lemah ini, kini aku sudah tidak sanggup lagi melihat betapa banyaknya kebobrokan di negara ku ini. Begitu banyak ketidak adilan di sekitarku ini. Betapa banyak ketidakperdulian di sekitarku ini. Betapa banyak manusia rakus di sekitar ku ini. Betapa banyak manusia tamak (greed-red) di sekitar ku ini.

Betapa banyak orang munafik di sekitar ku ini. Dan betapa banyak penjilat di sekitar ku ini. Kapankah aku bisa keluar dari "kerajaan setan" ini?. Aku tidak mampu merubahnya dengan tangan ku sendiri. Karena Apa? Karena aku tidak punya wewenang, aku tidak punya power. Aku adalah orang yang diremehkan ditempat ku sendiri. Diriku sama sekali tidak diperhitungakn di lingkungan ku. Aku dianggap "tidak ada" (not exist-red) jika mereka tidak "memerlukan" diriku.

Dicampakkan. Siapa mencampakkan siapa?. Ini memang sebuah pertanyaan yang tidak bisa kujawab dan pastinya aku masih mencari tau apa benar siapa mencampakkan siapa di sini?. Mengapa masih ada orang yang hanya memerlukan orang lain saat diperlukan saja, dan dalam keadaan normal orang itu sudah dianggap tidak ada. Apakah ini yang dinamakan habis manis sepah dibuang?.

Tren sekarang ini adalah bagaimana memanfaatkan tenaga orang semaksimal mungkin, kalaw perlu diperas habis habisan dengan imbalan yang minim. Apa iya begitu?. Teori zionis yang menyebut "mencari laba yang sebesar besarnya dengan modal yang sekecil kecilnya" kini sudah lama ditinggalkan orang. Taktik memanfaatkan orang lain untuk memperkaya diri sendiri juga sudah lama dibaca orang. Ini taktik jadul alias ketinggalan zaman.

Coba saja liat kasus Penggelapan Pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan itu. Dengan seenaknya duit pajak digelapkan (baca: dikorupsi-red) dengan nilai yang fantastis sebesar 25 Milyar rupiah. Coba kita telaah dari dalam hati. Mengapa Gayus Tambunan melakukan itu semua? Benarkah dia melakukannya itu sendirian atau bersama sama dengan orang lain?. Namun apa pun itu alasannya, dan apa pun motifnya yang jelas dana pajak sebesar 25 Milyar sudah raib entah kemana mana. Konon duit 25 Milyar rupiah (Suatu jumlah yang mungkin tidak akan bisa saya kumpulkan- red) sudah berbentuk deposito, tabungan yang nolnya banyak diberbagai bank, flat dan apartemen mewah.

Serakah dan Tamak. Dua sifat manusiawi ini kerap menghinggapi orang yang dibenaknya melulu lembaran pecahan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah-red) bahkan bola matanya pun bukan warna hitam, melainkan warna pecahan uang. Begitu kira kira saya menggambarkannya dengan mudah. Setiap orang yang diliatnya bagaikan lembaran lembaran pecahan Seratus Ribuan yang melayang melayang yang harus dipegang, digenggam dan kalaw perlu ditimbun sebanyak banyaknya.

Serakah. Tidak pernah merasa cukup. Apa apa semuanya demi uang, Apa pun dibisniskan. Tidak perlu keluar modal banyak, asal mendapat laba yang semaksimal mungkin kalaw perlu menginjak martabat orang, merampas hak yang bukan miliknya asal dirinya semakin kaya, dan bertambah kaya tiap detik demi detik. Sungguh tidak tau malu prilaku orang seperti ini. Mengharapkan laba semaksimal mungkin dengan modal dan pengorbanan yang seminim mungkin. Itulah ciri ciri kasat mata dari sifat kikir, pelit, tamak dan serakah yang kini menjadi tren di jaman edan yang menomor satukan materi duniawi sekarang ini. Oala edan..edian.

Satu nasehat bijak hari : Jangan Serakah. Jangan Tamak. Aku tidak sanggup lagi ya Allah. Tangan ku tidak dapat menjangkau mereka. Kutelah berusaha memperbaikinya namun kemampuanku sangat terbatas. Dalam lemahnya diri ini, ku berusaha menyakin diri ini bahwa aku tidak setuju dengan sifat tamak dan serakah mereka.

Ku tak sanggup.......
Bandara Supadio Pontianak From Bali With Love Selfie Dengan Selebritis
| Copyright © 2013 Asep Haryono Personal Blog From Indonesia